Jumat, 22 Februari 2013

POKOK PIKIRAN POLICY RULE DALAM KEBIJAKAN MONETER


Istilah kebijakan moneter dalam tulisan ini:
·         Kebijakan stabilitas (stabilization policy): Pelaksanaan kebijakan moneter biasanya berorientasi pada stabilitas (stabilization policy).
·         Variabel kebijakan (policy variables): Penentuan variabel kebijakan (policy variables) harus berlandaskan pada kaidah (rules).
·         Kaidah (rules): Kaidah (rules) harus memperhitungkan feed back yang bersifat tetap dalam hubungan antar variabel ekonomi.
·         Strategi kebijakan aktif atau discretion, yang lebih didasarkan pada penilaian dan pertimbangan tertentu (fine tuning) dari pengambil kebijakan.

Policy Rule

McCallum (2001 dalam Solikin, 2005) mengemukakan bahwa dalam policy rule yang dikenal secara umum, dapat dibedakan antara monetary growth rule dan interest rate rule.
Policy rule, memiliki dua pokok pemikiran. 
1.   Disain policy rule Merupakan Refleksi Sasaran
Disain policy rule pada dasarnya merefleksikan keterkaitan antara sasaran akhir kebijakan (perkembangan output dan harga) dengan sasaran operasional atau instrumen kebijakan (perkembangan besaran moneter yaitu uang primer- dan suku bunga jangka pendek). Umumnya, apabila dipilih stabilitas harga sebagai sasaran akhir kebijakan dalam kerangka strategis GDP nominal targeting, maka monetary growth rule menjadi pilihan. Sebaliknya, apabila dipilih stabilitas harga sebagai sasaran akhir kebijakan dalam kerangka strategis inflation targeting, maka interest rule menjadi pilihan.  
2.   Policy rule tidak Selalu Mencerminkan Perilaku  Bank Sentral
Dalam analisis kebijakan moneter, policy rule tidak mesti atau harus mencerminkan perilaku optimum dari bank sentral, tergantung pada tujuan analisis. Apabila tujuan analisis adalah mencari kebijakan yang optimal, maka disain policy rule sebaiknya dihasilkan dari langkah optimalisasi yang mengacu pada fungsi tujuan bank sentral, yang tentunya dapat didasarkan pada perilaku atau fungsi utilitas masyarakat; dimana dalam praktek, tidak ada satu pun bank sentral yang menyatakan fungsi tujuan tersebut secara tegas. Dengan demikian, tidak semua analisis yang disarankan untuk dipakai harus mengasumsikan adanya langkah optimal dari bank sentral. Dalam hal ini, diyakini bahwa analisis positif yang mengkaji pengaruh dari hypothetical rules dari beberapa alternatif pendekatan merupakan sesuatu yang lebih bermanfaat.

Referensi:
Manurung, Rahardja. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
Muwarni, Sri. 2007. Diakses pada tanggal 28 Mei 2012, dari:http://eprints.undip.ac.id/18300/1/Sri_muwarni.pdf
Solikin. 2005. Fluktuasi Makroekonomi dan Respon Kebijakan yang Optimal di Indonesia. Universitas Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha