Istilah
kebijakan moneter dalam tulisan ini:
·
Kebijakan stabilitas (stabilization policy): Pelaksanaan
kebijakan moneter biasanya berorientasi pada stabilitas (stabilization policy).
·
Variabel kebijakan (policy variables):
Penentuan variabel kebijakan (policy variables) harus
berlandaskan pada kaidah (rules).
·
Kaidah (rules):
Kaidah (rules) harus memperhitungkan feed
back yang
bersifat tetap dalam hubungan antar variabel ekonomi.
·
Strategi kebijakan aktif atau discretion,
yang lebih didasarkan pada penilaian dan pertimbangan tertentu (fine tuning) dari
pengambil kebijakan.
Policy Rule
McCallum (2001 dalam
Solikin, 2005) mengemukakan bahwa dalam policy rule yang dikenal secara
umum, dapat dibedakan antara monetary growth rule dan interest rate rule.
Policy rule, memiliki
dua pokok pemikiran.
1.
Disain policy
rule Merupakan Refleksi Sasaran
Disain policy
rule pada
dasarnya merefleksikan keterkaitan antara sasaran akhir kebijakan (perkembangan
output dan harga) dengan sasaran operasional atau instrumen kebijakan (perkembangan
besaran moneter yaitu uang primer- dan suku bunga jangka pendek). Umumnya,
apabila dipilih stabilitas harga sebagai sasaran akhir kebijakan dalam kerangka
strategis GDP nominal targeting, maka monetary
growth rule menjadi
pilihan. Sebaliknya, apabila dipilih stabilitas harga sebagai sasaran akhir
kebijakan dalam kerangka strategis inflation targeting, maka interest
rule menjadi
pilihan.
2.
Policy
rule tidak Selalu Mencerminkan Perilaku Bank Sentral
Dalam analisis kebijakan
moneter, policy rule tidak mesti atau harus
mencerminkan perilaku optimum dari bank sentral, tergantung pada tujuan
analisis. Apabila tujuan analisis adalah mencari kebijakan yang optimal, maka
disain policy rule sebaiknya dihasilkan dari
langkah optimalisasi yang mengacu pada fungsi tujuan bank sentral, yang
tentunya dapat didasarkan pada perilaku atau fungsi utilitas masyarakat; dimana
dalam praktek, tidak ada satu pun bank sentral yang menyatakan fungsi tujuan tersebut
secara tegas. Dengan demikian, tidak semua analisis yang disarankan untuk
dipakai harus mengasumsikan adanya langkah optimal dari bank sentral. Dalam hal
ini, diyakini bahwa analisis positif yang mengkaji pengaruh dari hypothetical rules dari beberapa alternatif
pendekatan merupakan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Referensi:
Manurung,
Rahardja. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi.
Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
Muwarni,
Sri. 2007. Diakses pada tanggal 28 Mei 2012, dari:http://eprints.undip.ac.id/18300/1/Sri_muwarni.pdf
Solikin.
2005. Fluktuasi Makroekonomi dan Respon Kebijakan yang Optimal di Indonesia.
Universitas Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Marisa
Wajdi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha