Jumat, 22 Februari 2013

Emas dan Perang dan Amerika Serikat


Emas memiliki sejarah panjang, tidak hanya dalam perjalanan ekonomi, namun juga dalam perjalanan politik dunia. Emas, indikator kekayaan dan kemakmuran suatu bangsa, sudah diperebutkan sejak manusia mengenal uang. Bahkan demi mendapatkan emas, tak jarang manusia berperang dan mengorbankan nyawa manusia..

Emas dan Perang

Ketika Amerika terlibat dalam perang 20 tahun di Vietnam (1 November 1955 – 30 April 1975), perang ini memaksa negeri itu meninggalkan Bretton Wood System yang digagasnya sendiri sejak akhir perang Dunia II. Bagaimana ini bisa terjadi ?, ketika rezim Breton Woods masih mengikat negara-negara dunia termasuk Amerika – seharusnya Amerika tidak bisa mencetak uang US$-nya kecuali di back-up langsung dengan emas yang setara.

Amerika Serikat tidak mendapat dukungan dari rakyatnya dalam keterlibatannya di peperangan dengan Vietnam. Dalam kondisi tersebut, tentu pemimpin Amerika Serikat tidak bisa dengan mudah mengajak rakyatnya untuk membiayai perang yang anggarannya luar biasa besar. Lantas bagaiamana mereka membiayainya? Nixon, presiden Amerika Serikat saat itu ternyata meniru langkah Benjamin Franklin, yaitu mencetak uang kertas!  Padahal tindakan itu adalah tindakan ilegal menurut Bretton Wood System . Akibatnya inflasi pun terjadi.

Karena Bretton Wood System menjadi penghambat bagi Nixon untuk mencetak uang, maka tahun 1971, secara sepihak ia membatalkan perjanjian tersebut. Setelah Bretton Wood System batal, Amerika Serikat terus memperbanyak cetakan uang kertas mereka sehingga inflasi pun semakin tinggi. Meskipun resminya perang Vietnam berakhir tahun 1975, namun inflasi terus terjadi hingga lima tahun berikutnya.

 Grafik dibawah ini menunjukkan pengaruh inflasi harga emas. Terlihat bahwa keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam sampai 1971 tidak nampak berpengaruh terhadap inflasi harga emas – karena resminya saat itu US$ harus dapat langsung di convert menjadi emas dalam perjanjian Bretton Woods. Dampak ini baru muncul setelah mereka mengingkari perjanjian yang digagasnya sendiri ini.

Biaya Perang Mengakibatkan Inflasi

·         Revolusi Amerika
Revolusi Amerika memghabiskan anggaran sebesar US$1,8 miliar.

·         Perang Amerika Serikat vs Vietnam
Perang Vietnam diperkirakan menghabiskan US$686 miliar.

·         Perang Amerika Serikat vs Irak dan Afganishtan
Amerika Serikat menghabiskan dana sangat besar untuk membiayai perang yang mahal dan menghancurkan di Irak dan Afghanistan. Sebuah website monitoring mengungkapkan bahwa kebijakan gila perang pemerintah AS di Irak dan Afghanistan menelan biaya pembayar pajak Amerika sebesar 1,35 triliun dolar AS sejak tahun 2001. Sementara Lembaga Riset Kongres mengestimasi bahwa AS telah menghabiskan US$648 miliar selama operasi di Irak, padahal George W. Bush hanya merencanakan US$50-60 miliar.

Pasca 2001 setelah Amerika Serikat menceburkan diri pada perang Afghanistan dan Iraq, dampak inflasi terhadap harga emas tersebut sama sekali tidak lagi bisa disembunyikan.

·         Perang Amerika Serikat vs Terorisme
Sebagian besar anggaran pertahanan AS, terutama sejak 2001, tercurah kepada perang, perang, dan perang. Jika dihitung anggaran yang mereka keluarkan untuk operasi militer memerangi terorisme sejak Peristiwa 9 September 2001, AS telah menghabiskan US$ 860 miliar. Dana itu digunakan untuk operasi di Afganistan, Irak, dan tempat-tempat lain di dunia.

·        Perang Amerika Serikat vs Libia (2011)
Kontribusi Amerika Serikat melawan Pemerintahan Libia bersama NATO menghabiskan US$ 2 miliar, 13,33 persen dari total pengeluaran NATO (US$ 15 miliar).

Semua estimasi itu yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, hanya digunakan untuk operasi militer. Artinya, angka itu tak termasuk pensiunan untuk veteran perang, bunga atas utang biaya perang, atau bantuan terhadap sekutu-sekutu mereka.

Berikut ini rekapan estimasi biaya perang AS (dalam dolar 2008 dan prosentase biaya dibandingkan GDP).
Biaya Perang 1812: 1,2 miliar: 2,2 %
Biaya Perang Sipil, Union: 45,2 miliar: 11,3%
Biaya Perang Sipil, Konfederasi: 15,2 miliar: GDP tak diketahui
Biaya Perang Dunia I: 253 miliar: 13,6%
Biaya Perang Dunia II: 4,1 triliun: 35,8%
Biaya Perang Korea: 320 miliar: 4,2%
Biaya Perang Vietnam: 686 miliar: 2,3%
Biaya Perang Teluk: 96 miliar: 0,3%
Biaya Perang Irak: 648 miliar: 1%
Biaya Perang Teroris Afganistan/Global: 171 miliar: 0,3%
Biaya Keamanan Nasional Paska 9/11: 33 milar: 0,1%
Biaya Operasi Paska 9/11: 859 miliar: 1,2%[1]

Catatan-catatan diatas menunjukkan besarnya anggaran yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dalam aksi-aksi  perangnya. Apalagi dampak dari penggunaan anggaran tersebut ternyata berefek negatif bagi perekonomian Amerika Serikat itu sendiri. Kita boleh jadi curiga pada motif dibelakang inisiatif si ‘polisi dunia’ ini. Boleh jadi, ujung-ujungnya ya... nyari emas, alias nyari untung...
Apakah memang harus seperti ini? Kalau mau nyari untung harus ngebuntungin dulu? Emas-oh emas..

Semoga bermanfat.
Marisa Wajdi!!!


[1] http://m.inilah.com/read/detail/40639/perang-irak-semahal-vietnam

3 komentar:

  1. Kalau sekarang sedang diisukan Amerika Shutdown, tapi apa efeknya, kok harga emas dunia malah turun.. tanya kenapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Khusus berkaitan dengan 'shutting down' : di saat yang bersamaan India, Jerman dan Perancis membuat kebijakan menahan impor emas. Padahal mereka terkenal sebagai negara yang 'doyan' belanja emas. Ketika pemeran utama tidak terlalu aktif, maka pasar pun tidak terlalu bergairah. Begitu saya rasa.

      Hapus
  2. Yap! itu pertanyaan yang sama yang terpikir oleh saya.
    Tapi kita harus hati-hati mengelompokkan masalah kedalam 2 cakupan: Regional atau Global?
    Regional: Rupiah melemah terhadap dollar AS, harga emas naik. Hal ini masih sejalan dengan teori kita.
    Global: belakangan ini emas naik lagi setelah harganya turun drastis. Fenomena ini terjelaskan dari meningkatnya kepercayaan pasar pada perekonomian AS.
    Jadi sejauh ini teori bahwa emas dan dollar AS berbanding terbalik masih belum terbantahkan.
    Dengan begitu, terlihat bahwa seringkali Indonesia tidak langsung merespon perubahan harga emas dunia karena banyak faktor internal yang ikut berperan di dalamnya, salahsatunya fundamental ekonomi yang lemah.
    Anda punya argumen lain? Terimakasih atas kunjungannya....

    BalasHapus

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha