Sabtu, 23 Februari 2013

KASUS MONETER INGGRIS DI MASA MARGARETH THACER


Kasus Moneter Inggris di Masa Margareth Teacher


Teori monetarisme menyatakan bahwa supply uang dalam perekonomian mempengaruhi harga, output dan tenaga kerja. Terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat akan mengakibatkan terjadinya inflasi.

Masalah inflasi ini juga dialami oleh Inggris di akhir tahun 1970-an, dimana tingkat inflasinya mencapai angka 4%. Masalah ini mengantarkan Inggris pada permasalahan ekonomi yang serius (Brown, 1995: 72). Ekonomi Inggris yang bermasalah tersebut memaksa Margaret Thatcher, perdana menteri Inggris,  memilih bentuk pasar bebas dan kewirausahaan sebagai solusi untuk hal ini. Dalam penerapan kebijakan Tacher, monetaris mengajukan alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah di Inggris saat itu. Karena sumber masalah inflasi adalah jumlah uang beredar yang berlebihan, maka solusi harus berkaitan dengan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Adapun cara dalam menarik uang dari masyarakat dapat dilakukan lewat empat langkah strategis seperti berikut ini:
1.    meningkatkan suku bunga. Peningkatan suku bunga akan menstimulus masyarakat untuk mengalokasikan uangnya ke tabungan (saving)(Brown, 1995: 74)
2.    mengurangi pengeluaran pemerintah (Brown, 1995: 74)
3.    dengan sengaja menciptakan pengangguran agar perusahaan dapat menghindari permintaan gaji (Brown, 1995: 75)
4.    usaha perkembangan dengan meningkatkan permintaan barang dan jasa pada sektor swasta, dengan catatan yaitu ketika keadaan ekonomi mulai pulih (Brown, 1995: 75).

Penerapan langkah strategis diatas ternyata berhasil dengan memuaskan. Model monetaris tersebut menciptakan respon positif dari para pekerja. Dengan sisi individualisme yang sengaja dimunculkan, pekerja menjadi berinisiatif dalam bisnis, mencari pekerjaan, melakukan pengembangan diri dan menumbuhkan ‘kebijakan pribadi’ dalam penggunaan uang (Brown, 1995: 77).

Namun keberhasilan model monetaris ini bukan tanpa kelemahan. Menurut Brown, kelemahan utama monetarisme adalah anggapan bahwa penyebab inflasi hanya pasokan uang yang berlebih. Padahal, ada beberapa penyebab lain, yang seakan dilupakan, misalnya harga impor, suku pajak, dan suku bunga (Brown, 1995: 83).

Brown (1995: 79-81) menemukan fakta hasil penerapan kebijakan Tacher tersebut. Fakta tersebut adalah:
1.    Inggris mencoba mengurangi pinjaman sektor publik dengan meningkatkan suku bunga. Tahun pertama bunga pinjaman yang dikenakan adalah 17%, sedangkan tahun kedua turun menjadi 16%.
2.    Tingginya suku bunga mengakibatkan tumbangnya perusahaan-perusahaan yang bergantung pada utang. Akibatnya angka pengangguran semakin besar. Namun, pengurangan jumlah tenaga kerja ini justru menghasilkan peningkatan produktivitas.
3.    Tahun 1983 inflasi pulih hingga dibawah 5%, namun psikologis politik akibat mundurnya Margaret Thatcher di tahun 1990 mengakibatkan defisit ekspor-impor dari industri non-pemerintah dalam jangka waktu 5 tahun sejak 1988.
4.    Untuk merespon defisit ekspor impor, bermunculanlah perusahaan multinasional yang bermain dengan perbedaan mata uang antar negara. Akibat dari ulah mereka Inggris mengambil langkah devaluasi mata uang. Dengan devaluasi mata uang tersebut kemudian ekspor Inggris menjadi lebih kompetitif. Hal ini tercermin dari cara Inggris mempertahankan nilai pounsterling dalam angka tinggi di internasional (Brown, 1995: 85)

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa model monetaris ini tidak dapat sepenuhnya berhasil jika hanya diterapkan di satu negara saja. Atas pertimbangan demikian, maka langkah strategis Inggris adalah menawarkan ide itu pada mitra di Uni Eropa pada tahun 1993. Dari paparan singkat ini terlihat bahwa kebijakan perekonomian suatu negara sangat bergantung dengan perekonomian negara lainnya. Tak terkecuali Inggris, negara core dalam perekonomian dunia.

Refernsi:
Brown, Michael B. 1995. “The Monetarist Model”, dalam Model in Political Economy. London: Penguin 

Semoga bermanfaat
Marisa Wajdi!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha