Rabu, 27 Februari 2013

PENGARUH KRISIS GLOBAL BAGI INDONESIA


PENGARUH KRISIS GLOBAL BAGI INDONESIA
Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat sejak 2008 tidak hanya berdampak pada minusnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat saja, namun juga perlambatan pertumbuhan ekonomi negara lain. Krisis Amerika Serikat dengan segera bertransformasi menjadi krisis global, memberi efek domino pada negara lain di dunia.  

Globalisasi krisis Amerika Serikat dengan cepat menyelimuti dunai karena Amerika Aerikat merupakan hegemoni ekonomi dunia. Apalagi Amerika Serikat memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan negara-negara maju (negara-negara sekutu Amerika Serikat di Eropa).

Asia termasuk Indonesia juga ternyata terkena imbas dari krisis ini. Berikut ini adalah dampak yang krisis global bagi Indonesia:

1.                   Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Krisis global yang terjadi di Amerika Serikat membuat investor kehilangan rasa aman. Untuk menghindari kerugian, investor melepas saham di bursa secara bersamaan dan mengkonversi dananya ke dalam US$.

2.                   Kebijakan Bank Indonesia (BI) membatasi pembelian valas.
Sementara  itu bank sentral Indonesia, Bank Indonesia (BI) memberlakukan aturan baru:  mengenai harus  adanya tujuan yang jelas untuk pembelian valas di atas US$100.000. Aturan BI ini direspon beragam oleh masyarakat luas. Kebijakan ini malah diartikan sebagai gambaran kerapuhan Rupiah (IDR). Masyarakat yang memegang US$ enggan mengkonversinya menjadi rupaih, karena takut IDR semakin melemah. Akibatnya pasokan US$ di pasar semakin terbatas sementara permintaan semakin tinggi. Hal tersebut memacu lemahnya nilai jual rupiah terhadap mata uang asing, salah satunya USD dan JPY (Yen).

3.            Labilnya pergerakan indeks saham yang cenderung menurun di Bursa Efek Indonesia yang berdampak pada sepinya Bursa Efek Indonesia (BEI). [1]
IHSG (Indeks Hasil Saham Gabungan) anjlok hingga 51,04 persen sejak Januari 2008 hingga akhir Oktober 2008. Kondisi pasar tidak memberikan indikasi positif bagi Investor yang yang telah mencabut investasinya untuk kembali menanamkan modalnya.  

Padahal, dari kalangan pengamat pasar, salah satunya Felix Sinhunata, keadaan fundamental perekonomian Indonesia dan emiten di Bursa Efek Indonesia sebetulnya tergolong stabil. Bahkan banyak emiten Indonesia yang menunjukkan kinerja operasional  dan keuangan yang meningkat. Namun faktor eksternal berupa krisis global  tidak mampu memperbaiki sentimen pasar yang negatif.

4.                   Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan beberapa pihak terkait seperti Menteri Koordiantor Perekonomian dan Gubernur Bank Indonesia mengeluarkan sepuluh langkah pemerintah menghadapi krisis, yaitu:

1)      [2]Menjaga kesinambungan neraca pembayaran dengan mewajibkan semua BUMN (Badan Usaha Milik Negara) menempatkan semua valuta asingnya di Bank dalam negeri dalam satu kiring house.
2)      Menjaga kesinambungan neraca pembayaran dan mempercepat pembangunan infrastruktur dengan kebijakan mempercepat pembangunan proyek-proyek yang sudah mendapat komitmen pembiayaan baik bilateral maupun multilateral.
3)      Menjaga kestabilan likuiditas dan mencegah terjadinya perang harga. Menginstruksikan BUMN untuk tidak melakukan pemindahan dana dari bank ke bank.
4)      Menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap SUN dengan melakukan stabilisasi pasar SUN. BUMN dilarang melakukan pembelian SUN di pasar sekunder.
5)      Memanfaatkan hubungan bilateral swap arrangament dari Bank Jepang, Bank Cina, dan Bank Korea apabila diperlukan.
6)      Menjaga kelangsungan ekspor dengan memberikan garansi terhadap resiko pembayaran bagi pembeli.
7)      Menjaga sektor rill dengan mengurangi pungutan ekspor menjadi nol persen.
8)      Menjaga keseimbangan fiskal 2009.
9)      Mencegah impor ilegal.
10)   Meningkatkan pengawasan barang beredar.

5.                   Memberikan rasa aman pada nasabah bank: Pemerintah melalui Bank Indoensia mengambil alih kepemilikan Bank Century yang kekurangan modal akibat krisis global.

6.                   [3]Banyak buruh yang kehilangan pekerjaan.
Kemampuan pasar internasional untuk menyerap ekspor Indonesia  melemah, karena kebanyakan negara pengekspor terhantam dampak krisis. Jadi perusahaan yang berbasis ekspor justru merupakan perusahaan yang paling merasakan dampak dari krisis global ini.
Karena ggaal ekspor, perusahaanpun mengalami kerugiandan harus merumahkan para buruhnya. Kompas melaporkan, setidaknya 7000 buruh tekstil di Surabaya di rumahkan.  Demikian pula di Bandung, menurut Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, sebagian besar pabrik tekstil di Bandung kini telah merumahkan masing-masing sekitar 30 sampai 100 orang buruh nya. Belum lagi di Semarang, 1.400 buruh juga dirumahkan. Ada juga rencana pengajuan Pemutusan Hubungan Kerja  (PHK) terhadap 12.600 pekerja di bidang manufaktur kepada pemerintah.

7.                   Perusahaan yang menggunakan bahan baku impor mengalami kerugian akibat melemahnya rupiah dan pengawasan yang semskin ketat.
Sekitar 600 restoran asing mengaku mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku.  Kurs yang melemah terhadap US$ membuat biaya produksi semakin tinggi.  Hal ini memperngaruhi permintaan dan menawaran produksi barang dan jasa di Indonesia. Bila terjadi secara serentak, tidak mustahil pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melemah pula.

8.                  Membengkaknya utang luar negeri karena melemahnya kurs terhadap US$.

9.                   Kesulitan mendanai pembangunan dari pasar ekuiditas dan kredit internasional.
Krisis global mengalihkan perhatian dunia dari negara bekembang pada usaha penyelamatan ekonomi dunia.  Kondisi perekonomian Indonesia saat ini hanya meletakkan Indonesia sebagai ‘negara aktor’ tapi ‘negara korban’.  Pada Kompas edisi Kamis, 20 November 2008 mencatat bahwa Indonesia merupakan korban tidak bersalah di urutan nomor satu dan meminta pada dunia untuk diprioritaskan.

Memang sudah sepantasnya permintaan itu diserukan Indonesia, karena seharusnya usaha penyelamatan ekonomi dunia khususnya Amerika Serikat juga harus tetap memperdulikan perkembangan negara berkembang seperti Indonesia yang sebenarnya tak ikut ambil bagian dalam penyebab terjadinya krisis global.

Pertumbuhan Indonesia tahun 2012 yang mampu tumbuh lebih dari 6 persen, menunjukkan bahwa walau dirundung masalah Indonesia mampu tegar. Banyak yangmenduga pertumbuhan ini ditopang darikekuatan domestik. Sayangnya, sebagai negara berkembang, kekuatan domestik Indonesia sangat terbatar. Mudah-mudahan Pemerintah bisa menemukan formula yang mujarab, sebelum masyarakat kehilangan daya beli-nya. Sehingga kita tidak mengulang keslahan yang lama, meminta obat ekonomi pada ‘dokter keuangan’ IMF. Mengingat IMF telah meninggalkan jeratan hutang yang membelit Indonesia. Pemerintah telah mengambil langkah yang tepat dengan memperkuat hubungan bilateral dan multirateral. Sehingga melalui hubungan itu kita tetap bisa mendapatkan kucuran dana yang sehat.  Hal ini terlihat dari kepercayaan diri pemerintah dengan cara memperlihatkan sikap tenang pada publik dalam menghadapi gejolak krisis dan selalu mengatakan bahwa mereka optimis pengaruh krisis tidak akan terasa signifikan di Indonesia melalui berbagai media, salah satunya melalui Kompas edisi 21 November 2008, kompas mencatat bahwa [4]pemerintah masih percaya diri di tengah gejolak krisis global yang sangat mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang pada 20 Novemebr 2008 saja telah mencapai Rp.12.230. nilai ini dicapai setelah beberapa kali pelemahan yang terjadi terhadap rupiah sejak awal oktober Rp.9.555 menuju pertengahan Rp.11.743 hingga akhir oktober Rp.12.230

Dengan segala upaya pemerintah itu, tentu saja saya harus mengacungkan jempol sebagai apresiasi. Apalagi kalau pemerintahdan semua unsurnya turut membantu. Para polisiti, stop mempolitisasi. Para koruptor, stop korupsi. Kalau lagi krisis gini, mbok ya prihatin sik!

Singsingkan lengan baju menyelamatkan Indonesia!

Marisa Wajdi!!!







[1] Kompas edisi Jumat, 24 Oktober 2008 (halaman 1, 15)
[2] Kompas edisi Rabu, 29 Oktober 2008 (halaman 1, 15)
[3] Kompas edisi Kamis, 20 November 2008 (halaman 22)

[4] Kompas edisi Jumat, 21 November 2008 (halaman 1,15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha