Masih ingatkah
Anda tiga pilar strategi pembangunan nasional (triple track) yang dicanangkan SBY:
“Pro Job, Pro Poor dan Pro Growth”?
Ya, pilar pembangunan yang menunjukkan
semangat pembangunan dengan berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang mampu mengurangi
ketimpangan ekonomi dan mendukung penciptaan lapangan kerja.
Job creation atau penciptaan tenaga
kerja, ternyata bukan hanya pekerjaan rumah bagi SBY (Indonesia). Amerika Serikat(AS), yang nota bene negara
maju, pun ternyata cukup dipusingkan dengan masalah ini.
1.
Kurangnya
stimulus fiskal.
2.
Kebijakan industri selalu gagal.
3.
Globalisasi bukanlah penyumbang utama yang membuat ketimpangan pendapatan meningkat.
Sektor ekonomi dapat dibagi menjadi dua
kelompok utama: tradable sector dan untradable sector. Tradable sectors adalah
sektor yang berkaitan dengan produksi barang
yang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam ekspor dan impor, baik
bahan baku maupun pemasaran. Yang termasuk tradeable
sectors adalah pertanian, pertambangan mineral dan industri manufaktur. Sementara
untradable sectors seperti
jasa pemerintah, kesehatan, ritel, konstruksi, hotel, transportasi, grosir – dan
lain-lain beraktifitas ekonomi di wilayah tersebut dan hanya bisa dijual di wilayah
tersebut (adapun ekspor-impor untradable
sectors
masih mungkin terjadi, tapi konsumennya lah yang datang ke wilayah
tersebut).
1.
Pertumbuhan lapangan pekerjaan banyak berasal
dari kegiatan untradable sector, , sementara
pekerjaan di tradeable sectors justru
menurun secara signifikan.
2.
Sebaliknya bila dilihat dari pembentukan nilai tambah, tradable sectors justru menunjukkan
pertumbuhan yang relatif lebih besar.
Hubungan Sektor Ekonomi dengan Globalisasi
Tradable sector sangat sensitif terhadap
globalisasi. Globalisasi (free trade)
menuntut perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, agar mampu
bersaing dengan perusahaan lainnya di seluruh penjuru dunia. Demi efisiensi, perusahaan
tradable sectors, mendapatkan tenaga kerja low skilled dari negara yang berupah rendah. Sementara perusahaan
induk dengan pekerja AS tetap tinggal di
AS untuk mengontrol perusahaan
multinasional yang tersebar di negara-negara lain. Upaya efisiensi ini mampu menekan
biaya produksi dan meningkatkan produktivitas, dengan begitu nilai tambah yang
terbentuk menjadi berlipat ganda. Keuntungan yang besar ini memberi benefit bagi pekerja di AS, sehingga
upah mereka pun naik dengan cepat. Sayangnya peningkatan upah ini hanya memperbesar
masalah ketimpangan yang telah ada. Karena pertumbuhan pendapatan tidak
disertai dengan pertumbuhan lapangan kerja baru, karena pengusaha tradable sector membuka lapangan pekerjaan
di negara lain.
Tahun 2008 AS
dihantam krisis keuangan akibat ledakan gelembung kredit. Masyarakat AS banyak
yang membiayai konsumsi mereka dengan utang, sehingga saat mereka kehilangan
pendapatan mereka tidak mampu membayar utang mereka. Penurunan daya beli masyarakat
AS terjadi secara signifikan. Kondisi ini berdampak pada untradable sector, sektor ini kehilangan pasar potensialnya, yaitu penduduk setempat’. Dengan begitu untradable sector pun kini tidak akan
mampu membantu AS dalam menciptakan lapangan kerja lagi.
Menurut Spence,
krisis ekonomi AS saat ini adalah masalah struktural, bukan satu siklus yang
dapat secara efektif ditangani lewat stimulus Keynesian. Spencemenyarankan
upaya penyeimbangan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,
sehingga ketimpangan pendapatan dikurangi dan kesempatan kerja ditambah. Maka,
jalan pintas sementara adalah mendayagunakan tradable sectors (yang masih bertahan karena ditopang kekuatan
global), untuk berperan dalam redistribusi pendapatan. Perusahaan multinasional
besar - bersedia untuk berinvestasi dalam modal fisik dan manusia yang
diperlukan untuk membuat pekerja Amerika lebih produktif, bukan hanya outsourcing yang bekerja di luar negeri.
Belajar Nasionalisme dari Ekonomi Amerika Serikat
Hmm, ternyata nasionalisme
itu penting dalam menghadapi globalisasi. Mungkinkah nasionalisme kita juga
bisa mendukung pilar pro job di
Indonesia? Mudah-mudahan ada yang bisa Indonesia petik dari catatan ekonomi
Amerika Serikat ini.
Semoga
bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha