Selasa, 19 Februari 2013

Hubungan Pertumbuhan Pendapatan, Pertumbuhan Lapangan Kerja, Globalisasi dan Nasionalisme (Kasus Amerika Serikat)


Masih ingatkah Anda tiga pilar strategi pembangunan nasional (triple track) yang dicanangkan  SBY: “Pro Job, Pro Poor dan Pro Growth”?

 Ya, pilar pembangunan yang menunjukkan semangat pembangunan dengan berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang mampu mengurangi ketimpangan ekonomi dan mendukung penciptaan lapangan kerja.

Job creation atau penciptaan tenaga kerja, ternyata bukan hanya pekerjaan rumah bagi SBY (Indonesia).  Amerika Serikat(AS), yang nota bene negara maju, pun ternyata cukup dipusingkan dengan masalah ini.


1.       Kurangnya  stimulus fiskal.
2.       Kebijakan industri selalu gagal.
3.       Globalisasi  bukanlah penyumbang utama yang  membuat ketimpangan pendapatan meningkat.


Sektor ekonomi dapat dibagi menjadi dua kelompok utama: tradable sector dan untradable sector. Tradable sectors adalah sektor yang berkaitan dengan produksi barang  yang memiliki kemampuan untuk terlibat dalam ekspor dan impor, baik bahan baku maupun pemasaran. Yang termasuk tradeable sectors adalah pertanian, pertambangan mineral dan industri manufaktur. Sementara untradable  sectors seperti jasa pemerintah, kesehatan, ritel, konstruksi, hotel, transportasi, grosir – dan lain-lain beraktifitas ekonomi di wilayah tersebut dan hanya bisa dijual di wilayah tersebut (adapun ekspor-impor untradable  sectors masih mungkin terjadi, tapi konsumennya lah yang datang ke wilayah tersebut).

1.       Pertumbuhan lapangan pekerjaan banyak berasal dari kegiatan untradable sector, , sementara pekerjaan di tradeable sectors justru menurun secara signifikan.
2.       Sebaliknya bila dilihat dari  pembentukan nilai tambah, tradable sectors justru menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih besar.


Hubungan Sektor Ekonomi dengan Globalisasi

Tradable sector sangat sensitif terhadap globalisasi. Globalisasi (free trade) menuntut perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya di seluruh penjuru dunia. Demi efisiensi, perusahaan tradable sectors,  mendapatkan tenaga kerja low skilled dari negara yang berupah rendah. Sementara perusahaan induk  dengan pekerja AS tetap tinggal di AS untuk mengontrol perusahaan multinasional yang tersebar di negara-negara lain. Upaya efisiensi ini mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas, dengan begitu nilai tambah yang terbentuk menjadi berlipat ganda. Keuntungan yang besar ini memberi benefit bagi pekerja di AS, sehingga upah mereka pun naik dengan cepat.  Sayangnya peningkatan upah ini hanya memperbesar masalah ketimpangan yang telah ada. Karena pertumbuhan pendapatan tidak disertai dengan pertumbuhan lapangan kerja baru, karena pengusaha tradable sector membuka lapangan pekerjaan di negara lain. 


Tahun 2008 AS dihantam krisis keuangan akibat ledakan gelembung kredit. Masyarakat AS banyak yang membiayai konsumsi mereka dengan utang, sehingga saat mereka kehilangan pendapatan mereka tidak mampu membayar utang mereka. Penurunan daya beli masyarakat AS terjadi secara signifikan. Kondisi ini berdampak pada untradable sector, sektor ini  kehilangan pasar potensialnya, yaitu penduduk setempat’. Dengan begitu untradable sector pun kini tidak akan mampu membantu AS dalam menciptakan lapangan kerja lagi.

Menurut Spence, krisis ekonomi AS saat ini adalah masalah struktural, bukan satu siklus yang dapat secara efektif ditangani lewat stimulus Keynesian. Spencemenyarankan upaya penyeimbangan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, sehingga ketimpangan pendapatan dikurangi dan kesempatan kerja ditambah. Maka, jalan pintas sementara adalah mendayagunakan tradable sectors (yang masih bertahan karena ditopang kekuatan global), untuk berperan dalam redistribusi pendapatan. Perusahaan multinasional besar - bersedia untuk berinvestasi dalam modal fisik dan manusia yang diperlukan untuk membuat pekerja Amerika lebih produktif, bukan hanya outsourcing yang bekerja di luar negeri.

Belajar Nasionalisme dari Ekonomi Amerika Serikat
Hmm, ternyata nasionalisme itu penting dalam menghadapi globalisasi. Mungkinkah nasionalisme kita juga bisa mendukung pilar pro job di Indonesia? Mudah-mudahan ada yang bisa Indonesia petik dari catatan ekonomi Amerika Serikat ini.

Semoga bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!



Baca artikel aslinya disini: Key to Job Growth, Equality is Boosting Tradable Sector of Economy
written by  Steven Pearlstein

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha