Saat perang berlangsung, kemiskinan merajalela dan
penyakit menyebar dengan cepat, akibatnya tingkat mortilitas menjadi tinggi dan
fertilitas menjadi sangat rendah. Jumlah manusia pun surut dengan sangat cepat.
Sebaliknya, saat perang usai, kondisi menjadi sangat
kondusif untuk melakukan kegiatan ekonomi, negara memiliki waktu dan kesempatan
untuk lebih aktif berperan dalam perbaikan kondisi masyarakatnya, sehingga
mortalitas dapat ditekan, fertilitas meningkat sangat tajam dan akhirnya jumlah
penduduk meledak!
Kondisi-kondisi diatas menunjukkan konsekuensi yang khas,
yang membawa para ekonom ke dalam perdebatan panjang antara hubungan ‘Pertumbuhan Penduduk’ dengan ‘Pertumbuhan Ekonomi’. Perdebatan ini
mengelompokkan mereka ke dalam tiga kelompok besar.
1. Restrict: kelompok yang
tidak setuju pada pertumbuhan penduduk
yang tinggi, karena akan membebani pertumbuhan
ekonomi.
2. Support: kelompok
yang percaya, bahwa pertumbuhan penduduk
dapat menjadi pendukung pertumbuhan
ekonomi.
3. Independent: kelompok
yang menyikapi pertumbuhan penduduk
dan pertumbuhan ekonomi sebagai dua hal yang tidak berkaitan secara langsung.
Perdebatan ini terus berlangsung dari
masa-ke-masa, membawa teori yang semakin baik seiring dengan bukti-bukti
empiris yang semakin banyak dan semakin mutakhir. Berikut ini tiga aliran
penting dalam perjalanan ‘Perdebatan
Hubungan Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi’:
A.
Aliran
tradisionalis-pesimis
Aliran tradisionalis-pesimis merupakan kelompok yang tidak setuju pada
pertumbuhan penduduk yang tinggi (restrict). Mereka percaya bahwa pertumbuhan penduduk hanya membawa
kesengsaraan pada masyarakat dan merupakan beban bagi pertumbuhan ekonomi.
Paham
yang paling terkenal dalam aliran ini adalah ‘Malthusian Population Trap’ (jebakan populasi Malthus): tekanan
peduduk menyebabkan menurunnya kapital per tenaga kerja (Capital Shallowing).
Coale dan Hoover (1958) mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk
yang tinggi mengakibatkan Capital Shallowing.
Menurut Coale dan Hoover, fertilitas yang tinggi
mengakibatkan proporsi jumlah anak meningkat. Dengan begitu pengeluaran rumah
tangga sebagian besar akan digunakan untuk konsumsi, sehingga proporsi saving menurun. Penurunan saving akan mengakibatkan turunnya pertumbuhan
modal. Secara makro, peningkatan dependency
ratio suatu negara akan mengalihkan pengeluaran pemerintah (yang seharusnya
bisa produktif), untuk membiayai kesehatan dan pendidikan.
Kelemahan dari aliran ini adalah:
1. Aliran
ini hanya mengandalkan pada pengamatan jangka pendek dan sisi negatif dari besarnya jumlah
penduduk.
2. Studi empiris yang dilakukan pada tahun 1950-1960, dimana
aliran ini dimulai, belum memadai dan masih membuka peluang bagi perbaikan.
3. Aliran ini hanya fokus pada pembentukan modal.
4. Mengabaikan efek positif dari pertumbuhan penduduk
seperti pertumbuhan skala ekonomi yang selalu berdampingan dengan pertumbuhan
penduduk.
5. Mengabaikan modal manusia.
B.
Aliran Revisionis
Aliran
revisionis lahir untuk mengkritik pandangan Aliran tradisionalis-pesimis. Mereka percaya bahwa pengamatan harus dilakukan
dalam jangka panjang, dimana banyak perubahan mungkin
terjadi.
Aliran
revisionis lahir untuk mengkritik pandangan Aliran tradisionalis-pesimis. Jika tradisionalis-pesimis
memandang sumber daya alam (SDA) sebagai suatu ‘konstanta’ dan tidak mengindahkan
teknologi serta modal manusia, maka revisionis
sebaliknya. Bagi revisonis, SDA bisa diperlakukan sebagai variabel, perkembangan
teknologi dan peningkatan
sumber daya manusia (SDM) berpeluang dalam menanggulangi dampak
negative dari pertumbuhan
penduduk. Dengan begitu, pertumbuhan penduduk bisa jadi memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Variabel
kunci dari aliran ini adalah: memandang pertumbuhan penduduk sebagai faktor
endogen, bukan faktor eksogen sebagai mana yang dipandang oleh tradisionalis-pesimis.
Pertumbuhan penduduk dapat memberi umpan balik secara langsung pada pertumbuhan
ekonomi.
Walaupun
begitu pada beberapa kondisi, para revisionis juga sedikit setuju akan
pandangan tradisionalis-pesimis. Misalnya: pertumbuhan populasi yang lambat
akan lebih menguntungkan untuk negara berkembang. Tapi perlu digaris-bawahi,
walaupun pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak menguntungkan bagi negara
berkembang, efek yang mungkin timbul tidak se-mengerikan apa yang dibayangkan oleh para tradisionalis-pesimis.
Simon (1981) mengatakan bahwa
pertumbuhan penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berikut
ini poin-poin penting dari penelitian Simon:
-
Mengukur konsekuensi pertumbuhan penduduk dalam jangka yang lebih panjang daripada aliran tradisionalis-pesimis;
-
Mamasukkan pengaruh tidak langsung dari sistem politik dan ekonomi yang ada;
-
Atribut revisionis: ada efek positif dan negatif dari pertumbuhan penduduk;
-
Namun besar efeknya sulit diukur;
-
Pengaruh negatif hanya bisa dilihat untuk pertumbuhan penduduk yang tinggi;
-
Efek neto dari nilai positif dan negatif bisa beragam dari suatu negara ke
negara lainnya;
C. Population does Matter
Seiring berjalannya waktu, dengan berkembangnya penelitian tentang penduduk dan ekonomi, terbukti bahwa ‘population does matter’. Terbukti bahwa pertumbuhan penduduk menghambat pertumbuhan ekonomi. Dan fertilitas tinggi terbukti merupakan sumber kemiskinan baik tingkat rumah tangga maupun tingkat makro.
Fertilitas yang tinggi membuat laju pertumbuhan
penduduk menjadi tinggi. Jumlah penduduk yang besar merupakan beban bagi
ekonomi, sebab pendapatan per kapita terserap habis untuk memenuhi kebutuhan
penduduk. Jika ekonomi tidak memiliki surplus diluar konsumsi, maka secara
makro, tabungan sebagai modal investasi tidak punya peluang untuk membesar. Dengan
begitu pembangunan tidak mempunyai cukup sumber biaya, akibatnya ekonomi akan
melambat.
Jumlah penduduk yang besar berpengaruh pula
pada pengangguran. Bila pembangunan
berjalan lambat, maka pembukaan lapangan kerja pun akan lambat. Tidak cukupnya lapangan kerja untuk menampung
tenaga kerja, mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran.
Aliran ‘Populatin does Matter’ menekankan pemikiran makro
ekonomi tentang: “mengapa kebijakan kependudukan itu penting?”
Simposium Population
Change and economic Development tahun 1998 membahas tentang dampak variabel
demografis terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, penggunaan sumber daya
alam (SDA) dan dalam perumusan kebijakan.
Aliran ini melihat pertumbuhan penduduk yang memberi
dampak negatif yang kuat dan signifikan pada pertumbuhan ekonomi. Penurunan
pesat tingkat fertilitas memberikan kontribusi relevan terhadap penurunan
kemiskinan.
Kelley dan Schmidt (2001)
melakukan penelitian terhdap 86 negara dalam periode 1960-1995. Berikut ini
poin-poin penting dari penelitian tersebut;
-
Pertumbuhan penduduk
meningkat karena turunnya tingkat mortalitas
-
Pertumbuhan penduduk
meningkat karena naiknya tingkat fertilitas
-
Dampak dari angka
kelahiran kasar (Crude Birth rate /CBR)
bervariasi menuurt tahap pada transisi demografi, dampak negatif menurun
kemudian dampak positifnya meningkat.
Bloom dan
Williamson (1998) dalam penelitiannya tentang Asian Miracle: hubungan pertumbuhan
ekonomi dengan penduduk menyatakan:
-
Pertumbuhan ekonomi per
kapita akan lebih tinggi jika pertumbuhan penduduk usia produktif (15-64) lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk total.
-
Terdapat hubungan yang erat
antara transisi demografi dengan pertumbuhan ekonomi.
Variabel kunci ‘population does matter’ adalah : struktur umur penduduk.
1.
Petumbuhan penduduk yang
tinggi pada usia produktif (15-64 tahun) memberikan dampak positif pada
pertumbuhan ekonomi.
2.
Sedangkan pertumbuhan
penduduk yang tinggi pada usia dibahwah 15 tahun akan berdampak negatif pada
pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana, apakah
Anda sudah bisa menarik inti sari dari perdebatan ini?
Termasuk kelompok
manakah Anda?
Semoga bermanfaat.
Marisa
Wajdi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha