Selasa, 26 Februari 2013

Perebutan Kekuasaan Antara Bakrie Grup dan Rothschild


Dalam bisnis ternyata kawan bia jadi lawan. Ini juga yang terjadi antara Bakrie dan Rothschild. 

Keduanya berseteru bukan tanpa sebab, ada satu hal yang mereka perebutkan, yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI), anak usaha perusahaan kongsi mereka Bumi Plc.

Apa yang menyebabkan hubungan mereka jadi kurang harmonis? Siapa saja yang terlibat selain Bakrie-Rothschild?

Siapakah Nathaniel Rothschild?

Ia merupakan mantan co-presiden hedge fund berbasis di New York, Atticus Capital LLC dan satu-satunya putra dari ahli keuangan Inggris, Lord Jacobs Rothschild dan Serena Mary Dunn.
Rothschild, kelahiran 12 Juli 1971 pernah tercatat di posisi ke-7 dalam daftar 25 manajer hedge funds terkaya di Inggris versi Sunday Times. Ia diperkirakan memiliki kekayaan sekitar 650 juta poundsterling atau sekitar Rp 9,3 triliun.

Siapakah Grup Bakrie?

Perusahaan Bakrie kini telah berumur lebih dari 70 tahun.  Bakrie berkembang ke sejumlah sektor usaha, seperti pertambangan, pipa, properti, dan asuransi. Kelompok usaha ini sekarang memiliki karyawan tidak kurang dari 70.000 orang. Kini nilai portofolio Bakrie & Brothers mencapai 2,2 miliar dollar AS dengan posisi sebagai pemimpin pasar di setiap sektor dan mengalami perubahan struktur organisasi menjadi perusahaan investasi.

Grup Bakrie Menguasai Top Manajemen Bumi Plc.

Sebagai pemegang saham terbesar pada Bumi Plc, Grup Bakrie berhak menunjuk posisi-posisi kunci di jajaran Direksi dan Manajemen Bumi Plc. Maka kemudian Grup ini menguasai top manajemen dengan meletakkan  Indra Bakrie (adik pengusaha kaya Nirwan dan Aburizal Bakrie)  menjadi Komisaris Utama Bumi Plc,  Ari Hudaya menjadi Direktur Utama BUMI. Sementara itu mitra Grup Bakrie, Rothschild, diberi jabatan sebagai wakil komisaris utama di Bumi Plc.

Skenario Bisnis Grup Bakrie

Grup Bakrie bersama rekanannya Recapital Advisors melakukan pencatatan saham jalur belakang (backdoor listing) di Bursa Efek London.

Penandatanganan perjanjian jual beli saham dilakukan antara PT Bakrie and Brother Tbk (BNBR), PT Recapital Advisors dan Vallar Plc (milik Rothschild) pada Selasa 16 November 2010. Transaksi ini melibatkan uang sebanyak Rp 27 triliun.  Adapun mekanismen transaksi dilakukan dengan 2 cara, yaitu tukar guling saham dan pembayaran tunai.

Tukar guling BUMI dengan Vallar Plc:
BNBR melepaskan 5,2 miliar lembar (25%) saham BUMI di harga Rp 2.500 per saham atau total senilai Rp 13 triliun kepada Vallar Plc. Sebagai gantinya Vallar Plc akan memberikan 90,1 juta saham baru Vallar seharga GBP 10 per saham kepada BNBR, sehingga BNBR akan menguasai 43% saham Vallar Plc.

Tukar Guling BRAU dengan Vallar Plc:
Recapital Advisors, melalui anak usahanya PT Bukit Mutiara yang menguasai 90% saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) akan melepaskan 26,175 miliar saham BRAU (75%) kepada Vallar Plc.
Vallar akan membeli 12,215 miliar (35%) saham BRAU secara tunai (Rp 6,596 triliun), sedangkan sisanya sebanyak 13,960 miliar (40%) ditukar guling dengan 52,2 juta saham baru Vallar atau setara dengan 24,9% saham Vallar.

Dengan demikian setelah transaksi saham BRAU, 15%  dipegang PT Bukit Mutiara dan 75% dikuasai Vallar Plc. Akibat perubahan posisi pemegang saham yang dignifikan, Vallar Plc menjadi berkewajiban melakukan tender offer atas sisa saham publik BRAU di harga Rp 540 per saham. Sementara  Vallar sendiri telah dikuasai oleh BNBR dan Bukit Mutiara (67,9%). Skema ini membuat kelompok bisnis grup Bakrie dan  Advisors bersama-sama merambah Bursa London. Secara otomatis, BNBR menjadi pengendali baru Vallar yang selanjutnya berganti nama menjadi Bumi Plc.

Rothschild Mulai 'Mengusik' Grup Bakrie

Hanya butuh 1 tahun bagi Rothschild untuk mulai mengkritik BUMI. Kamis 10 November 2011 Rothschild mengirim surat kepada CEO BUMI Ari Hudaya. Ia mempertanyakan keputusan BUMI yang mendahulukan pembayaran awal utang kepada  China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 600 juta atau sekitar Rp 5,1 triliun. Padahal BUMI berhutang juga pada Bumi Plc sebesar US$ 500 juta. Pria yang yang memiliki 11% saham di Bumi Plc itu menyatakan pelunasan lebih awal itu dianggap tidak transparan.

Kisruh ini menimbulkan banyak dugaan miring. Ada kabar di pasar, bahwa Rothschild sedang mencoba mengkudeta Bumi Plc dari Grup Bakrie. Bahkan kabarnya, Nat ingin merebut kursi Direktur Utama Bumi Plc dari tangan BNBR. Selain itu, Nat juga telah menyebarkan isu default utang BNBR ke publik dalam upayanya tersebut. Namun, Grup Bakrie menyambut rencana penggulingan ini dengan membatalkan divestasi 75% saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Dengan pembatalan divestasi saham BRMS itu, grup Bakrie masih punya peluang memperoleh pinjaman untuk mengatasi utang senilai US$ 1,34 miliar kepada 10 kreditur yang difasilitasi Credit Suisse.

Bakrie Gandeng Salah Satu Konglomerat Tambang Indonesia, Samin Tan

Isu miringyang dihembuskan Rothschild kepada Bumi Plc membuat sahamnya tergerus, saat ini bahkan anjlok lebih dari 70% dari harga tertingginya. Turunnya harga saham Bumi Plc memberi peluang Rothschild untuk mengusir Grup Bakrie untuk hengkang dari perusahaan yang dulu bernama Vallar Plc tersebut.

Rencana ini terendus oleh Grup bakrie, sehingga segera melakukan perlawanan dengan cara membatalkan rencana divestasi 75% saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS) yang tadinya mau dijual ke Bumi Plc.  Akhirnya, Grup Bakrie memilih menjual sekitar 23,8% sahamnya di Bumi Plc kepada PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) milik pengusaha Samin Tan. Nilai transaksinya mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 8,5 triliun. Uang yang didapat dari Samin Tan inilah yang digunakan untuk membayar jaminan atas utang senilai US$ 1,34 miliar kepada 10 kreditur yang difasilitasi Credit Suisse tersebut. Atas dukungan Samin Tan, maka Grup Bakrie bersama Borneo akan menguasai 47,6% saham di Bumi Plc.

Perubahan Top Manajemen Bumi Plc Pasca Masuknya Samin Tan

Bumi Plc akhirnya mendepak wakil komisaris utamanya Nathaniel Rothschild di bulan September 2012. Perombakan komisaris Bumi Plc dilakukan berbarengan dengan laporan rugi bersih senilai U$ 282 juta di akhir 2011. Samin Tan, pemimpin Grup Borneo, menempati posisi komisaris utama Bumi Plc. Sementara Indra Bakrie menempati posisi wakil komisaris utama. Sedangkan posisi CEO masih dipegang oleh salah satu orangnya Bakrie, yaitu Nalin Rathod, menggantikan Ari Hudaya.

Rothschild Tuduh Ada Penyimpangan Dana di BUMI dan BRAU

Setelah gagal mengkudeta Bumi Plc,  Rothschild meneruskanupayanya dengan menuduh terjadinya penyimpangan dana di BUMI dan BRAU. Tuduhan ini membuat  Bumi Plc rela diselidiki oleh penyidik independen. 

Langkah yang diambil Grup Bakrie adalah mengambil kembali saham BUMI dari Bumi Plc karena merasa selama ini saham BUMI-lah yang diincar Rothschild untuk dikuasai sendiri.  Bahkan isu miring mengatakan bahawa Samin Tan, yang datang bak pahlawan bagi Bakri sebelumnya kini akan berperan sebagai pembelot. Terfengar isu bahwa akan Samin Tan, yang juga memiliki 23,8% saham Bumi Plc, akan memberikan suara kepada Rothschild dalam RUPS yang akan digelar untuk membahas penjualan BUMI. Dugaan ini muncul karena iming-imingi Rothschild untuk membantu pembayaran utang BORN ke Standard Chartered sebesar US$ 1 miliar. Namun sampai saat ini Samin Tan menyatakan bahwa hubungannya dengan Bkri baik-baik saja.

Usaha Rothschild mengobrak-abrik Bumi Plc ternyata belum selesai. Diduga Rothschild berada dibelakang serangan hacker terhadap sistem dan email perusahaan Grup Bakri dan Samin Tan. Perusahaan penyedia dan penasihat keamanan dunia maya, Context Information Security, ditunjuk untuk melakukan investigasi terhadap akun email Komisaris Utama Bumi Plc, Samin Tan, pada 24-25 November lalu. Hasilnya diketahui, sepanjang Juli 2012 akun email dan komputer pribadi Samin Tan sudah menjadi target penjahat cyber untuk mengorek informasi. 

Konsultan Senior Context,Stuart McKenzie mengatakan, sudah melakukan investigasi di Jakarta untuk mencari tahu alasan dan latar belakang si pelaku melakukan pembajakan, kerugian yang diderita target sampai seberapa banyak data yang berhasil dicuri. Hacker tersebut diduga sukses melancarkan aksinya pada 5 Agustus 2012, ditandai dengan matinya situs dan jaringan kelompok usaha itu secara sementara. Dengan demikian, maka semua email dan data yang disimpan dalam komputer bisa dilihat dengan bebas oleh si pembajak

Rothschild Ingin Rombak Direksi, Bakrie Ingin Hengkang dari Bumi Plc

Setelah menuduh terjadinya penggelapan dana di BUMI dan BRAU, Rothschild, meminta perombakan 12 dari 14 direksi dan komisaris di Bumi Plc. Ia menilai, top manajemen Bumi Plc yang ada saat ini tidak bisa memberikan nilai tambah terhadap investor. Rencana ini mendapat dukungan dari salah satu manajer investasi terkenal Inggris, Richard Buxton, pemimpin Schroders.

Beberapa direksi yang diminta lengser oleh Rothschild di antaranya CEO Nick von Schirnding dan Komisaris Utama Samin Tan. Ia mengusulkan namanya sendiri untuk menjadi direktur ekskutif. Kemudian dia mengusulkan Wallace King (mantan bos Leighton Holdings Ltd. (LEI) ) sebagai komisaris utama, Brock Gill ia menjadi CEO, Hashim Djojohadikusumo (adik kandung Prabowo Subianto), Roger Davis, Jonathan Djanogly (mantan anggota parlemen dan menteri hukum Inggris), dan Richard Gozney(mantan duta besar Inggris untuk Indonesia) menjadi direktur.

Respon Grup Bakrie
Grup Bakrie berniat merebut kembali salah satu anak usahanya, yaitu BUMI. Grup Bakrie akan melepas kepemilikan tak langsung 57.298.534 saham di Bumi plc atau setara 23,8% dari total modal ditempatkan Bumi Plc. Caranya dengan menukar saham-saham itu dengan 2,3 miliar lembar (10,3%) saham BUMI milik Bumi Plc. Selanjutnya, Bumi Plc akan menjual sisa 3,9 miliar lembar saham BUMI atau setara 18,9% kepada Grup Bakrie senilai US$ 278 juta (Rp 2,6 triliun) dibayar tunai.

Grup Bakrie sudah diminta untuk melakukan pembayaran uang muka untuk total transaksi sebesar US$ 278 juta itu disimpan dalam rekening penampung sementara (escrow). Hal ini dilakukan guna memastikan dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksi ada pada tempatnya sebelum rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).

Adik Prabowo Subianto dan Hary Tanoe Terlibat, Nuansa Politis Mulai Terasa

Nuansa politis terasa jelang RUPSLB Bumi Plc terkait pembelian kembali saham BUMI oleh Grup Bakrie, dua orangpenting Indonesia terlibat di dalam pembahasan ini, mereka adalah Hashim Djojohadikusumo (didukung Rothschild). Hasyim menyatakan dukungannya atas Rothschild semata-mata urusan bisnis.
Sedangkan orang kedua yang terlibat adalah pengusaha nasional yang baru saja 'cerai' dengan Partai Nasional Demokrat, Hary Tanoesoedibjo. Bos Grup MNC ini membeli sebagian saham Bumi Plc yang dijual oleh pebisnis nasional Rosan Roeslani. Sumber mengatakan bahwa masuknyaHary Tanoe ke Bumi Plc tidak melalui MNC tapi melalui Flaming luck Investment Limited.

Jelang pertemuan, Rosan lewat Recapital Group melepas 24.203.452 lembar saham (10% kepemilikannya di Bumi Plc).  Pembeli saham tersebut adalah Avenue Luexembourg S.A.R.I  (13.668.250 lembar), Argyle Street management Limited  (7.536.202 lembar) dan Flaming luck Investment Limited (3 juta lembar) saham.

Pemegang Saham Tolak Usulan Rothschild, Bumi Plc-Bakrie Siap Cerai

Pertarungan sengit antara Bakrie dan Rothschild akhirnya dimenangkan oleh Grup Bakrie. Dengan demikian, Bumi Plc siap meneruskan rencana 'cerai' yang diusulkan Grup Bakrie.Rencana 'perceraian' alias pemisahan dengan Grup Bakrie itu akan dilakukan melalui pembelian kembali saham BUMI. Paling lambat perceraian ini akan terlaksana 30 Mei 2013. Bakrie harus menyiapkan dana senilai US$ 278 juta (Rp 2,64 triliun) untuk membeli kembali (buyback) seluruh saham BUMI yang dipegang Bumi Plc.

Belum ada konfirmasi mengenai sumber pendanaan untuk rencana ini dari Grup Bakrie. Tapi, dalam beberapa waktu terakhir ini, Grup Bakrie sudah banyak melakukan penjualan aset. 

Meski usulan Rothschild tidak semuanya direstui, ada dua direksi yang lengser dan satu direksi baru diangkat setelah RUPSLB. Dua dewan direksi yang diturunkan dari jabatannya adalah Nalinkant Rathod and Jean-Marc Mizrahi. Bumi mendapat satu direksi baru yaitu Sir Richard Gozney.

Salah satu orang terkaya di Indonesia yang sekaligus komisaris utama Bumi Plc, Samin Tan, akan mundur dari jabatannya di perusahaan tambang tersebut. Ia masih akan menjabat sebagai komisaris sampai ada penggantinya.Samin Tan masih akan berperan sebagai wakil dari pemegang saham mayoritas Bumi Plc sekaligus penghubung mitra bisnisnya di Indonesia.

Gonjang-ganjing perebutan perusahaan ‘basah’ ini memberi sentimennegatif di pasar saham. Tidak hanya Bumi Plc atau BUMI saja, bahkan hampir semua perusahaan di bawah Bakrie grup. Anda ingin tahu apa dampaknya? Silakan klik disini.

My opinion:
kalau ini bisa disebut “cicak versus buaya” gak ya? Tapi siapa yang cicak, siapa yang buaya kira-kira?
Hm, kalau hanya mengandalkan pada nasionalisme, sebagai orang Indonesia saya berharap Bakrie dapat berdiri tegak walau diterpa Dajjal ekonomi seperti Rothschild.
Hanya saja ada pertanyaan kecil yang mendasar. Sebagai sesama orang Indonesia, sudahkah Bakrie amanah? Kalau bakrie malah jadi lintah di negara sendiri, maka di mata rakyat Indonesia Bakri lebih jahat dari penjajah sekalipun.
 Mudah-mudahan tidak ya! Sesuai pernyataan  Bobby Gafur Umar ”Kami ingin menjadi duta bagi ekonomi Indonesia”, yang tertera di laman website Bakri grup.
Mudah-mudahan Indonesia mampu berdiri melawan gempuran bangsa asing yang ingin menguasai kita.
Saya sih husnudzon saja, dan berdoa Bakie akan bangkit dan menjadi kemakmuran dan meredistribusikan kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Amin!

Semoga bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!

Dikumpulkan dari artikel-artikel detikfinance, “Drama Bakrie Grup dan Rothschild”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha