Strategi Negara-Negara Underdevelopment
dalam Kompetisi Perekonomian Internasional
Import-Substituting Industrializations (ISI) oleh Amerika Latin[1]
Negara-negara Amerika Latin mengalami periode keterpurukan pada 1930-an sampai
1950 an. Mereka terpuruk adalah karena terisolasi
dari dunia perekonomian akibat politik ekonomi terbuka tradisional. Perlahan, mereka
bertranformasi menjadi ekonomi nasionalisme, developmentalisme, dan populisme.
Aliansi implisit pembangunan industri nasional, termasuk urban
businessmen, profesional kelas menengah, dan pegawai pemerintah, serta
buruh industri, yang mendominasi kawasan (Frieden, 2006:302-303). Hingga di akhir tahun 1940-an mereka mampu
menjadi negara industri. Transformasi Amerika Latin ini tidak terlepas dari
kondisi eksternal. Situasi ekonomi internasional mendukung perubahan peran Amerika
Latin, dari eksportir utama free trade menjadi protectionist
industrializers.
Kebijakan Amerika Latin dalam melakukan transformasi:
1. Memperketat foreign trade
dengan menggunakan kebijakan import-substituting industrializations (ISI).
Kebijakan ISI berusaha mensubstitusi bahan baku impor dengan produksi industri
dalam negeri. Usaha ini menjadi pendorong utama bagi perkembangan industri
manufaktur dalam negeri, sehingga mampu mendatangkan keuntungan (Frieden, 2006:304).
2.
Melakukan kebijakan proteksionisme
dengan menerapkan trade barrier, berupa biaya impor yang sangat mahal.
3.
Pemerintah memberikan subsidi dan insentif
pada industri; memanipulasi mata uang dalam negeri lewat kebijakan suku bunga;
mengusai infrastruktur, tambang, dan pabrik kimia; serta hal lainnya yang dapat
membantu perekonomian dalam negeri.
Five-Years Plan oleh India[2]
Jawaharlal Nehru, pemimpin India yang mendukung kemerdekaan India dari
Inggris juga membawa India pada industrialisasi. Untuk memajukan
industrialisasi India, Nehru lebih meniru five-years
plans Uni Sovyet.
Pemerintah berinvestasi pada industri dasar dan infrastruktur untuk
pengembangan lebih lanjut dari sektor manufaktur modern. Dalam rentang
1951-1966, pemerintah India berinvestasi setengah pada semua sektor industri,
dan setengah lagi berpusat pada industri besi dan baja yang menurut Nehru harus
diutamakan. Hal ini terbukti efektif dengan meningkatnya sektor tekstil, logam,
dll (Frieden, 2006:313-314). Sama dengan ISI, India menetapkan insentif,
subsidi industri, dan trade protection. Walaupun agrikultural India
juga meningkat, tapi manufaktur tiga kali lebih cepat berkembang. Sama dengan
Amerika Latin, hampir 80 persen barang yang digunakan di India berasal dari
dalam negeri. Ini meningkatkan industrialisasi dalam negeri India dan bisa
dikatakan five-years plans yang diterapkan Nehru sukses
(Frieden, 2006:315).
Kartel Komoditas oleh Uni Emirat Arab[3]
Sebuah kartel mempunyai kecenderungan yang kuat untuk merusak atau
menghancurkan anggota-anggotanya sendiri. Sebuah kartel harus bisa menjamin persediannya
akan mampu memenuhi permintaan yang mungkin muncul, sehingg posisi supply harus lebih besar dari pada demand. Dengan begitu kartel baru bisa ‘mengatur’ dan mempengaruhi harga dunia. Jika syarat ini
tidak terpenuhi maka kartel tersebut akan runtuh dan kehilangan pengaruhnya.
Arab Saudi adalah produsen minyak bumi yang memegang memonopoli perdagangan
minyak bumi. Bersama dengan negara-negara penghasil minyak bumi Arab Saudi
membentuk sebuah organisasi yang dinamai OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries). Sebagian besar adalah negara-negara OPEC adalah negara-negara dari dunia
ketiga. OPEC menjadi wadah bagi negara dunia ketiga menjadi satu kartel yang
berperan dalam perekonomian dunia. Ini adalah strategi untuk berkompetisi
dengan negara-negara dominan. Untuk menunjukkan pengaruh OPEC mereka mengadakan
mengadakan perlombaan antara OPEC (Organization of the Petroleum Exporting
Countries) dan kartel-kartel komoditas lain. Tujuannya adalah untuk menaikkan ekspor pangan dan bahan mentah
mereka.
Meskipun kartel-kartel yang bergerak pada bidang komoditas bahan mentah
lainnya lainnya telah berhasil mengatur kenaikan dan penurunan harga barang di
taraf perdagangan internasional, tapi tidak ada yang menyamai situasi seperti
kartel minyak bumi. Setiap komoditas selalu mempunyai alternatif pengganti, dan
permintaan dunia untuk beberapa komoditas telah menurun karena penurunan yang
dramatis pada isi sumber daya produksi barang. Pada akhirnya, meskipun
keberadaan kartel bisa membantu menaikkan taraf ekonomi beberapa yang kurang
negara berkembang (seperti yang terjadi pada kartel minyak bumi), namun biaya pemeliharaan
kartel tersebut jauh lebih mahal daripada LDC. Untuk beberapa alasan, pengadaan
kartel pada barang-barang yang langka tidak bisa meyediakan metode yang
menjanjikan perkembangan ekonomi pada negara-negara yan kurang
berkembang.
Regionalisme Ekonomi[4]
Regionalisme ekonomi adalah kelompok negara yang tergabung dalam geografis
yang terbatasi oleh area tertentu yang berfokus pada kerjasama ekonomi dan
aliansi untuk mengembangkan posisi ekonomi yang lebih baik. Kerjasama tersebut
memerlukan beberapa hal, di antaranya:
- Aturan
area perdagangan bebas untuk meningkatkan skala pasar internal dan
serentak melindungi produsen domestik dari kompetitor luar;
- Perundang-undangan
investasi dan persetujuan untuk memperkuat posisi tawar tiap anggota di
negara maju khusunya pada MNC;
- Mengembangkan
kebijakan industri regional untuk merasionalisasikan dan memfokuskan
pembagian perusahaan lokal dalam dukungan regional.
Usaha ini telah diambil oleh Afrika
Barat dan Afrika Timur, Karibia, Asia Tenggara, dan Andean.
Saat ini, yang dicapai masih sebatas permasalahan moneter atau migrasi buruh,
sedangkan tujuan besarnya, yaitu terbentuknya pasar bebas dalam negara anggota,
seringkali terkendala oleh konflik ataupun persaingan bisnis antaranggota.
Nasionalisme ekonomi dianggap penghambat integrasi regional. Bentuk lain dari
regionalisme adalah hubungan perdagangan khusus antara negara berkembang dan
antarkelompok regional. Adapula hubungan regionalisme yang makin kuat baru-baru
ini, yaitu delinking the trade antara negara maju dan
berkembang secara independen.
Semoga bermanfaat
Marisa Wajdi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha