1. Memahami Konsep dan Definisi Produk Domestik
Bruto (PDB)
Secara harfiah Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) dapat diartikan sesuai
kata-kata pembentuknya.
·
Produk: Hasil dari proses produksi, bisa berupa barang dan
jasa.
·
Domestik: berhubungan dengan masalah dalam negeri (adjektif)[1]. Dalam hal ini menunjukkan barang dan jasa yang
diproduksi di dalam sebuah wilayah (negara).
·
Bruto: kotor (tentang berat,
gaji, hasil keuntungan, pendapatan) (nomina)[2]. Bruto merupakan kebalikan dari netto. Dalam
konteks PDB, bruto menunjukkan nilai yang masih mengandung biaya penyusutan.
Teknik dan metode penghitungan PDB terus
berkembang sesuai dengan perkembangan ekonomi manusia. Walaupun begitu, tidak
semua negara mampu mengikuti setiap metode terbaru. Hal ini karena dalam
prakteknya, menghitung PDB bukanlah hal yang mudah karena melibatkan dengan
banyak pihak dan banyak biaya. Masalah klise dalam penghitungan PDB di hampir
seluruh negara di dunia adalah: ketersediaan data.
PDB di Indonesia sendiri dihitung oleh lembaga
non departemen yang independen atas kepentingan-kepentingan sektoral. Lembaga
tersebut adalah Badan Pusat Statistik. Sampai saat ini BPS selain
menghitung PDB Indonesia, juga telah menghitung Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
Harapan saya, setelah memahami PDB dan cara
penghitungannya, kita lebih menghargai setiap informasi statistik. Kesadaran
tersebut mudah-mudahan bisa menggerakkan hati kita untuk siap membantu setiap
upaya pengumpulan, pengolahan dan penyajian data. Tidak hanya untuk kepentingan
PDB, tapi untuk semua data lainnya.
Well, DATA MENCERDASKAN BANGSA, setuju tidak?
Indikator ekonomi makro yang
banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik birokrasi pemerintah, peneliti
maupun masyarakat dunia usaha banyak yangmerupakan turunan dari angka PDB.
Indikator tersebut antara lain: Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Struktur
Perekonomian, Pendapatan Perkapita, Indeks Harga Implisit dan Inflasi.
Penjelasan lebih lengkap dapat Anda temukan di bagian “Manfaat Data Statistik”.
2. Pendekatan
dalam Penghitungan PDB
Produk Domestik Bruto (PDB) data statistik
yang merupakan agregat perolehan nilai tambah (value
added) dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah.
Penghitungan PDB dapat dilakukan
dengan tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Produksi (Production
Approach)
Pengertian
PDB dengan pendekatan produksi adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi dalam suatu wilayah pada suatu suatu
periode (biasanya setahun).
b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pengertian PDB dengan pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam proses produksi di
suatu wilayah pada suatu periode (biasanya setahun).
Balas jasa faktor produksi
tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Jumlah
semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah
bruto (NTB) sektoral. PDB merupakan jumlah dari NTB seluruh
sektor lapangan usaha.
c.
Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
Pengertian
PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga
swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik
bruto (PMTB), perubahan stok, dan ekspor neto di suatu wilayah pada suatu periode (biasanya
setahun).
Ekspor
neto adalah ekspor dikurangi impor.
3. Dua Macam
PDB yang Harus Dihitung
Penghitungan PDB, dengan
pendekatan manapun, selalu dihitung dengan dua cara, yaitu ‘atas dasar harga berlaku’ (ADHB) dan ‘atas dasar harga konstan’ (ADHK).
A. PDB
atas dasar harga berlaku (PDB
ADHB) atau dikenal juga sebagai PDB Nominal menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
berjalan (current price), baik pada saat menilai produksi, biaya antara
maupun komponen nilai tambah.
B. PDB
atas dasar harga konstan (PDB ADHK) atau dikenal juga sebagai PDB Riil menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada suatu
tahun tertentu yang disebut sebagai tahun dasar, baik pada saat
menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
Kenapa PDB harus
dihitung dengan dua harga?
Dalam menghitung pertumbuhan ekonomi, kita harus menghilangkan
faktor perkembangan harga. PDB ADHB masih mengandung inflasi, sehinga
perkembangan produksi yang ingin disoroti malah tidak bisa terlihat. Itu
sebabnya perlu ditetapkan tahun dasar, sehingga perkembangan pertumbuhannya
dapat terlihat dan dapat dibandingkan. Pemahaman tentang PDB ADHK akan
lebih jelas jika Anda memahami teknis penyusunannya, yang InsyaAllah akan
diterangkan kemudian.
4. Manfaat
Data Statistik PDB
Menghitung PDB bukanlah perkara
mudah dan murah, apalagi bagi Indonesia dengan keberagaman kuantitas dan
kualitas penduduk, cakupan wilayah yang besar dan kemampuan anggaran yang
terbatas.Namun sebagai sebuah negara, Indonesia wajib mengitung PDB. Kenapa?
Bisakah Anda bayangkan bagaimana
kita bisa mengukur kemajuan ekonomi kita, bila kita tidak punya ukurannya. Lalu
bagaimanakah kita tahu posisi ekonomi kita dibandingkan dengan negara lain jika
kita tidak punya alat ukur yang sama?
5. Statistik
Turunan PDB, Indikator-indikator Ekonomi Penting dalam Ukuran Ekonomi.
Adapun statistik turunan yang
bisa didapat dari angka PDB adalah:
1)
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah besarnya persentase perubahan PDB
pada tahun berjalan terhadap PDB pada tahun sebelumnya.
Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya pada penjelasan PDB ADHK,
dalam menilai suatu pertumbuhan ekonomi yang berbasis produksi (PDB), maka kita
harus menghilangkan faktor harga. Oleh karena itu, walau PDB ADHB dapat
dihitung laju pertumbuhannya juga, namun untuk melihat kinerja ekonomi yang
selalu digunakan adalah laju pertumbuhan PDB ADHK.
2)
Struktur Ekonomi
Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, PDB dapat dihitung dengan
berbagai pendekatan, yaitu: pendekatan produksi; pendekatan pendapatan; dan
pendekatan pengeluaran. Setiap pendekatan itu memiliki metode penghitungan yang
berbeda-beda.
Penghitungan PDB dengan pendekatan produksi memecah ekonomi kedalam
beberapa sektor. Saat ini Indonesia masih membagi perekonomian ke dalam 9
sektor ekonomi (sektor lapangan usaha/industry origin). Maka bila Anda
menemui istilah “PDB Lapangan Usaha” atau “PDB Sektoral”, jangan
kebingungan, keduanya adalah mahluk yang sama.
Adapun sektor-sektor ekonomi dalam PDB sektoral adalah:
Sektor 1. Pertanian, perkebunan,perikanan dan kehutanan.
Sektor 2. Pertambangan dan Penggalian
Sektor 3. Industri Pengolahan (Industri Manufaktur)
Sektor 4. Listrik, Gas dan Air
Sektor 5. Konstruksi (Bangunan)
Sektor 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Sektor 7. Angkutan dan Komunikasi
Sektor 8. Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan
Sektor 9. Jasa-jasa
Penghitungan PDB dengan pendekatan pengeluaran memecah
ekonomi dalam berbagai komponen. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
a. konsumsi rumah tangga;
b. konsumsi lembaga swasta nirlaba;
c. konsumsi pemerintah;
d. pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB);
e. perubahan stok (inventory); dan
f. ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Lalu apa hubungan penjelasan saya yang panjang
lebar tentang pemecahan sektor dengan judul section ini:
“struktur ekonomi”? Ya tentu saja, jika Anda ingin melihat struktur maka
Anda harus mengenali dulu bagian-bagian pembentuknya. Jadi
pembentuk struktur PDB produksi/lapangan usaha/sektoral adalah sektor-sektor
ekonomi. Sedangkan pembentuk PDB pengeluaran/penggunaan adalah
komponen-komponen pengeluaran, sebagaimana yang saya uraikan diatas.
Statistik ‘struktur
ekonomi’ ini dinyatakan dalam bentuk persentase per sektor/komponen terhadap total PDB.
Tujuannya adalah untuk melihat peran/atau kontribusi tiap sektor/komponen
terhadap total PDB. Jadi Anda jangan bingung jika istilah yang digunakan
dalam statistik ini adalah struktur ekonomi, kontribusi ekonomi, peran
sektor/komponen atau distribusi sektor/komponen. Mereka adalah mahluk yang
sama!
Satu catatan saya, bahwa biasanya struktur
ekonomi dihitung dari PDB ADHB, karena tujuannya adalah melihat peran
sektor/komponen tersebut pada waktu berjalan.
3)
PDB per kapita
PDB per kapita adalah salah satu turunan dari angka PDB yang dijadikan
indikator kesejahteraan suatu wilayah (negara). Jika PDB ADHK adalah
upaya penghilangan faktor harga, maka PDB per kapita adalah upaya penghilangan
faktor jumlah penduduk.
Mari kita coba ilustrasikan, maksud dari pengeliminasian faktor penduduk
ini:
Agregat nilai tambah yang terbentuk di Negara A lebih besar dibandingkan
Negara B. Padahal secara kasat mata Negara B lebih makmur dibandingkan Negara
A. Ternyata jumlah penduduk Negara A lebih banyak daripada Negara B. Jadi
jumlah nilai tambah yang dirasakan oleh penduduk di Negara A lebih sedikit
karena pembaginya lebih besar.
Maka dari itu rumus dari PDB perkapita adalah PDB dibagi
jumlah penduduk pertengahan tahun.
Untuk
PDB per kapita, kita bisa menghitung PDB perkapita ADHB dan PDB perkapita ADHK.
Keduanya bisa digunakan kepentingan statistik yang berbeda.
PDB
perkapita ADHB menunjukan jumlah rata-rata nilai tambah yang bisa dinikmati
oleh setiap penduduk, sedangkan PDB perkapita ADHK adalah nilai riil
rata-rata yang dinikmati oleh penduduk.
4) Indeks
Harga Implisit (IHI)
Harga implisit adalah perbandingan antara PDB ADHB dengan PDB ADHK. Bisa
diterapkan untuk total PDB, maupun per sektor/komponen. Dengan catatan,
sektor/komponen yang dibandingkan berkesuaian baik jenis dan waktunya.
Dimana:
IH = Indeks Implisit
i = Sektor 1 ....9
t = Tahun t
hb = Harga berlaku
hk =
Harga Konstan
Kenapa harus menghitung harga implicit? Dan apa hubungannya harga
implicit dengan inflasi?
Jika pada PDB ADHK kita menghilangkan factor harga, pada harga
implicit kita melakukan sebaliknya. Yang kita hilangkan adalah factor produksi.
Jadi kita membandingkan harga berlaku dengan harga pada tahun dasar. Tujuannya
adalah untuk melihat pertumbuhan harganya. Adapun pertumbuhan harga sendiri
lebih kita kenal sebagai inflasi. Jadi dengan membandingkan
harga implicit tahun ini dengan tahun tahun sebelumnya kita akan mendapatkan
angka inflasi. Namun ingat saudara-saudara inflasi ini ‘sedikit’ berbeda dengan
inflasi yang kita kenal sehari-hari ya! Jadi untuk sekedar membedakan, sebaiknya
kita menyebutnya sebagai inflasi harga implicit. Namun filosofi
keduanya tetap sama kok, don’t worry…
6. Metode
Penghitungan PDRB ADHB dan PDB
ADHK
Wah bahasan tentang PDB ternyata banyak juga dan
’sedikit’ crowded ya! Hehe.. Tidak apa-apa lah, namanya
juga belajar.
Baiklah, sekarang kita akan memasuki pembahasan yang
lebih teknis lagi. Langkah pertama dalam menghitung PDB adalah mengenali metode penghitungannya.
Saudara, perlu anda garis bawahi bahwa metode
penghitungan PDB ADHB dan ADHK berbeda astu sama lain.
A. Metode
Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku ini dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu :
a. Metode
Langsung
Metode Langsung bisa dilakukan dengan pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Ketiga
pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama.
Metode langsung disini berarti
benar-benar mengumpulkan data yang dibutuhkan langsung dari sumber data.
Misalnya sektor pertanian, maka sumber datanya ( dalam hal ini, petani)
ditanyai pendapatannya/produksinya atau pengeluarannya. Hal yangsama dilakukanuntuk
setiap unit usaha yang ada di wilayah yang akan dihitung PDB-nya tersebut.
Bisa Anda bayangkan waktu yang
dibutuhkan dalam menghitung PDB dengan metode ini?
b. Metode
Tidak Langsung
Metode langsungl lebih sering
(=hampir pasti) digunakan dalam menghitung PDB, mengingat metode langsung
sangat mustahil dilakukan di Indonesia karena jumlah penduduk yang besar dan
wilayah yang luas.
Dalam metode ini, agregat nilai
tambah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah dengan menggunakan
indikator yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi tersebut. Jadi
pada metode ini, indicator ekonomi-nyalah yang dipantau perkembangan produksi
dan harganya setiap tahun.
B. Metode
Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Penghitungan PDB ADHK berbbeda
denagn ADHB. Dalam menghitung PDb ADHK, data harga tidak perlu dicari lagi
mengingat kita sudah menetapkan harganya berdasarkan tahun dasar. Namun
begitu dalam prakteknya ada masalah-masalah yang terkait dengan keterbatasan
data indicator terpilih.
Ada empat cara yang dikenal
untuk menghitung nilai tambah bruto (NTB) atas dasar harga konstan, yaitu :
a. Revaluasi
Metode ini adalah
metode yangpaling lazim digunakan. Revaluasi adalah menilai ulang,
PDB ADHB dengan mengganti harga berlaku dengan harga tahun dasar.
b. Ekstrapolasi
ekstrapolasi digunakan saat
revaluasi tidak memungkinkan. Penghitungan dengan metode ekstrapolasi
membutuhkan angka indeks produksi. Jadi PDB ADHK diperoleh dengan cara
mengalikan PDB tahun dengan indeks produksi tahun berjalan.
Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari
masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator
produksi misalnya tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap
cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.
c. Deflasi
hampir sama dengan ekstrapolasi,
tapi yang dibutuhkan dalam metode deflasi adalah indeks harga. PDB ADHK diperoleh
dengan cara membagi PDB ADHB indeks harga tahun berjalan Indeks
harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen
(IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan sebagainya. Indeks harga di
atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana PDB
ADHB diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga
konstan dengan indeks harga tersebut.
d. Deflasi Berganda
Dalam Deflasi Berganda ini,
yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah
diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut.
Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas
dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga
perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan indeks harga untuk
biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
Kenyataannya sangat sulit
melakukan deflasi terhadap biaya antara. Di samping karena komponennya terlalu
banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu
dalam penghitungan harga konstan, Deflasi Berganda ini belum banyak dipakai.
Penghitungan komponen penggunaan PDRB atas dasar harga konstan juga dilakukan
dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia maka
digunakan cara Deflasi dan Ekstrapolasi.
Waduh ada istilah baru tuh, output,
dan biaya antara (BA)!
Sengaja saya tidak membahas
keduanya dalam paparan kali ini. Saya khawatir penjelasan tentang keduanya akan
mengaburkan konsentrasi Anda dalam memahami filosofi dari PDB, sebagaimana tujuan
tulisan ini. Saya akan coba terangkan dalam paparan yang terpisah.
Sementara, pembahasan tentang
PDB ini saya cukupkan sekian.
Terimakasih atas perhatian Anda,
sampai jumpa lagi dalam pembahasan berikutnya.
Semoga Bermanfaat
Marisa
Wajdi!!!
terimaksih atas infonya icha :)
BalasHapussalam ismail
Sama-sama. Salam kembali :)
HapusMakasih bnyak jadi tambah pengetahuan
BalasHapusTerimakasih banyak, kak. sdh membantu terkait teori ekonomi makro terutama dalam belajar tentang PDB.
BalasHapusICHA....PINTER BANGET....AKU COPY BUAT TAMBAH ILMU NGE RUN DATA YA...HEHEHE
BalasHapusiki ngenyek pho? wkwkwk. Sila di copy, mudah-mudahan bermanfaat ya, bukan bikin nambah puyeng ;P
Hapus