Predatorial Ekonomi
Negara Utara terhadap Negara Selatan, Unjuk Hegemoni Negara Kaya dalam
Perekonomian Internasional
Kajian perekonomian
dunia sangat erat kaitannya dengan kajian hubungan internasional. Aspek-aspek
kajian hubungan internasional ini meliputi tiga term utama yaitu pembangunan,
industrialisasi dan ketergantungan.
Peradaban sejarah
dunia pun akhirnya membawa ekonomi kepada era globalisasi. Dimana dalam proses
globalisasi ini, dunia pernah/tengah berada dalam fase pertarungan sengit antara ‘Utara’ dan ‘Selatan’.
Terbaginya dunia menjadi
dua kelompok besar, ‘Utara’ dan ‘Selatan’, sangat berkaitan erat dengan
peninggalan politik imperialisme dan kolonialisme di masa lampau. Sejarah dari
Utara dan Selatan merupakan cerita mengenai perjuangan untuk mendapatkan suara
yang lebih besar dan hasil yang lebih baik dalam tatanan ekonomi global
(Thomas, 1987: 419).
Kata ‘Selatan’ mewakili
satu klasifikasi wilayah selatan bumi yang terdiri dari banyak negara miskin
dan berkembang. Negara-negara ini mayoritas tidak memiliki kesempatan untuk
berperan dalam pembuatan aturan global dan formulasi kebijakan dalam mengikuti
laju globalisasi. Mereka memiliki kecenderungan otomatis mengikuti sistem
internasional. Sehingga, negara ‘Selatan’
cenderung memilih privatisasi dari perusahaan umum swasta, deregulasi, dan
lahan bagi investasi yang lebih dimajukan sebagai kebijakan pembangunan global..
Sedangkan ‘Utara’
merujuk pada negara-negara yang tergolong maju, yang mengeksploitasi sumber
daya negara miskin dan berkembang
sehingga mereka akan bergantung ada negara kaya dalam memenuhi kebutuhannya.
Negara Kaya (Utara) dan Upayanya mendominasi Negara Miskin dan Berkembang (Selatan)
Sebagai gambaran
sekilas tentang keadaan negara Selatan, bahwa pada pertengahan tahun 1990,
sebagian besar penduduk dunia yang dalam kemiskinan adalah berasal dari Asia
Selatan, Sub-Sahara Afrika dan Amerika Latin (Castel, 2000 dalam Winarno 2011:
58). Disini dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan global, dimana dalam waktu
yang bersamaan The United
Nations Human Development Report memperlihatkan
bahwa harta kekayaan tiga orang terkaya didunia (yang semuanya berasal dari
negara besar) ternyata lebih besar dibandingkan dengan gabungan GNP 48 negara
negara terbelakang (Winarno, 2011: 59).
Dalam tulisannya “Globalization and
Development in the South” (2008), Thomas mengangkat Amerika Latin sebagai
representasi negara Selatan. Hal ini dilakukannya untuk memperjelas argumen
mengenai keterkaitan antara pembangunan, indutrialisasi, dan ketergantungan di
era globalisasi. Pasca perang dunia dua, negara-negara Amerika latin memiliki
tingkat ketergantungan besar pada banyak negara besar, dikarenakan sumber
pemasukan yang ada didasarkan pada ekspor komoditas hasil pertanian yang harganya
stagnan. Ketergantungan ini membentuk satu ketimpangan, khususnya dalam
perekonomian. Lembaga-lembaga moneter besar seperti IMF, Bank Dunia dan Bretton Woods masih dinilai lemah dalam
mengaplikasikan kebijakan ke dalam negara berkembang yang tentu semakin
memperlihatkan kesenjangan Utara-Selatan. Misal saja pada pembuatan kebijakan
IMF yang berbasis pada bentuk “One Dollar-One Vote” yang membuat negara Utara seperti
Amerika Serikat mempunyai porsi terbesar dalam penentuan IMF tersebut. Selain
itu, meliberalisasikan pasar adalah pilihan utama dari Utara, sebab mereka
percaya bahwa proteksionisme ekonomi di tahun 1930-an telah menimbulkan
ketidakstabilan internasional (Thomas, 1987: 420).
Liberalisasi
ekonomi internasional yang digalakkan oleh Utara dengan alasan menghindarkan
proteksionisme dan krisis diduga adalah upaya ‘Utara’ untuk ‘menguasai ’Selatan’.
Negara-negara Utara berusaha menjalankan perekonomian dengan diserahkan pada
mekanisme pasar yang mengalir tanpa adanya intervensi pemerintah. Hal ini mengindikasikan
pergeseran Keynesian menuju ke sistem liberal.
Menurut Thomas, sistem liberal cenderung merugikan Selatan,
karenaSelatan hanyadiperlakukan sebagai pasar dan sumber bahan mentah bagi
industrinya. Untuk menghadapi manuver Utara, maka dibentuklah
organisasi-organisasi kolektif. Organisasi itu antara lain Gerakan Non Blok, ECOSOC
(Economic and
Social Council) dan UNCTAD (United Nations Conference on Trade
and Development). Beberapa
bentukan ini tidak lain wujud dari pencapaian negara Selatan di tahun 1970-an
dalam tatanan ekonomi politik internasional yang sekaligus menjadi ancaman
tersendiri bagi negara-negara kuat terutama dalam konteks yang ada pada perang
dingin (Thomas, 1987:421).
Referensi:
Goodman, Douglas
& Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi
Modern. Jakarta: Kencana
Winarno, Budi.
2011. Isu-isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.
Thomas, Caroline.
2008. “Globalization
and Development in the South”, dalam John Ravenhill, Global Political Economy, Oxford: Oxford University Press,
pp. 410-447.
Semoga bermanfaat.
Marisa
Wajdi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha