Sabtu, 23 Februari 2013

UNJUK HEGEMONI NEGARA KAYA DALAM PEREKONOMIAN INTERNASIONAL


Predatorial Ekonomi Negara Utara terhadap Negara Selatan, Unjuk Hegemoni Negara Kaya dalam Perekonomian Internasional
Kajian perekonomian dunia sangat erat kaitannya dengan kajian hubungan internasional. Aspek-aspek kajian hubungan internasional ini meliputi tiga term utama yaitu pembangunan, industrialisasi dan ketergantungan.
Peradaban sejarah dunia pun akhirnya membawa ekonomi kepada era globalisasi. Dimana dalam proses globalisasi ini, dunia pernah/tengah berada dalam  fase pertarungan sengit antara ‘Utara’ dan ‘Selatan’.
Terbaginya dunia menjadi dua kelompok besar, ‘Utara’ dan ‘Selatan’, sangat berkaitan erat dengan peninggalan politik imperialisme dan kolonialisme di masa lampau. Sejarah dari Utara dan Selatan merupakan cerita mengenai perjuangan untuk mendapatkan suara yang lebih besar dan hasil yang lebih baik dalam tatanan ekonomi global (Thomas, 1987: 419).
Kata ‘Selatan’ mewakili satu klasifikasi wilayah selatan bumi yang terdiri dari banyak negara miskin dan berkembang. Negara-negara ini mayoritas tidak memiliki kesempatan untuk berperan dalam pembuatan aturan global dan formulasi kebijakan dalam mengikuti laju globalisasi. Mereka memiliki kecenderungan otomatis mengikuti sistem internasional.  Sehingga, negara ‘Selatan’ cenderung memilih privatisasi dari perusahaan umum swasta, deregulasi, dan lahan bagi investasi yang lebih dimajukan sebagai kebijakan pembangunan global..
Sedangkan ‘Utara’ merujuk pada negara-negara yang tergolong maju, yang mengeksploitasi sumber daya  negara miskin dan berkembang sehingga mereka akan bergantung ada negara kaya dalam memenuhi kebutuhannya.

Negara Kaya (Utara) dan Upayanya mendominasi Negara Miskin dan Berkembang (Selatan)

Sebagai gambaran sekilas tentang keadaan negara Selatan, bahwa pada pertengahan tahun 1990, sebagian besar penduduk dunia yang dalam kemiskinan adalah berasal dari Asia Selatan, Sub-Sahara Afrika dan Amerika Latin (Castel, 2000 dalam Winarno 2011: 58). Disini dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan global, dimana dalam waktu yang bersamaan The United Nations Human Development Report memperlihatkan bahwa harta kekayaan tiga orang terkaya didunia (yang semuanya berasal dari negara besar) ternyata lebih besar dibandingkan dengan gabungan GNP 48 negara negara terbelakang (Winarno, 2011: 59).
Dalam tulisannya “Globalization and Development in the South” (2008),  Thomas mengangkat Amerika Latin sebagai representasi negara Selatan. Hal ini dilakukannya untuk memperjelas argumen mengenai keterkaitan antara pembangunan, indutrialisasi, dan ketergantungan di era globalisasi. Pasca perang dunia dua, negara-negara Amerika latin memiliki tingkat ketergantungan besar pada banyak negara besar, dikarenakan sumber pemasukan yang ada didasarkan pada ekspor komoditas hasil pertanian yang harganya stagnan. Ketergantungan ini membentuk satu ketimpangan, khususnya dalam perekonomian. Lembaga-lembaga moneter besar seperti IMF, Bank Dunia dan Bretton Woods masih dinilai lemah dalam mengaplikasikan kebijakan ke dalam negara berkembang yang tentu semakin memperlihatkan kesenjangan Utara-Selatan. Misal saja pada pembuatan kebijakan IMF yang berbasis pada bentuk “One Dollar-One Vote” yang membuat negara Utara seperti Amerika Serikat mempunyai porsi terbesar dalam penentuan IMF tersebut. Selain itu, meliberalisasikan pasar adalah pilihan utama dari Utara, sebab mereka percaya bahwa proteksionisme ekonomi di tahun 1930-an telah menimbulkan ketidakstabilan internasional (Thomas, 1987: 420).
Liberalisasi ekonomi internasional yang digalakkan oleh Utara dengan alasan menghindarkan proteksionisme dan krisis diduga adalah upaya ‘Utara’ untuk ‘menguasai ’Selatan’. Negara-negara Utara berusaha menjalankan perekonomian dengan diserahkan pada mekanisme pasar yang mengalir tanpa adanya intervensi pemerintah. Hal ini mengindikasikan pergeseran Keynesian menuju ke sistem liberal.  Menurut Thomas, sistem liberal cenderung merugikan Selatan, karenaSelatan hanyadiperlakukan sebagai pasar dan sumber bahan mentah bagi industrinya. Untuk menghadapi manuver Utara, maka dibentuklah organisasi-organisasi kolektif. Organisasi itu antara lain Gerakan Non Blok, ECOSOC (Economic and Social Council) dan  UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development). Beberapa bentukan ini tidak lain wujud dari pencapaian negara Selatan di tahun 1970-an dalam tatanan ekonomi politik internasional yang sekaligus menjadi ancaman tersendiri bagi negara-negara kuat terutama dalam konteks yang ada pada perang dingin (Thomas, 1987:421).

Referensi:
Goodman, Douglas & Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Winarno, Budi. 2011. Isu-isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.
Thomas, Caroline. 2008. “Globalization and Development in the South”, dalam John Ravenhill, Global Political Economy, Oxford: Oxford University Press, pp. 410-447.
Semoga bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha