Jumat, 22 Februari 2013

Bretton Woods System, Sistem Ekonomi Penjalin Kerjasama Global


Sejarah Bretton Woods System

Dalam pembahasan tentang merkantilisme, Anda akan melihat bagaimana negara-negara di Eropa berupaya ‘menumpuk logam mulia’ dengan menggenjot surplus perdagangan.  Kebijakan merkantilisme terutama sangat berkaitan dengan kebijakan ekonomi yang bersifat proteksionisme dengan mencegah impor dan menstimulus ekspor. Menurut Gilpin, selain proteksionisme perdagangan, terjadi juga war currency dan instability currency dalam bidang kurs mata uang (Gilpin, 1987:130).
Modern globalization yang ditandai dengan eksistensi Pax Britannica[1] (1815-1914) (Peet, 2003:29). Saat itu Inggris mendominasi industri, memiliki kekuatan merkantilis yang besar, merupakan pasar utama bagi produk pertanian dan berperan sebagai eksportir-importir terbesar di dunia.
Pada Perang Dunia I (1914-1919), Inggris “kehilangan” kekuatan politiknya dengan Prancis, Jerman, dan Rusia. Pada Perjanjian Versailles yang dilakukan setelah Perang Dunia I, para sekutu pemenang perang tersebut lebih memilih berkonsentrasi di bidang politik, seperti batas wilayah nasional, koloni, keamanan dan ganti rugi akibat perang (Peet, 2003:29). AS awalnya tidak terlalu mempermasalahkan kegiatan perekonomian, namun ketika terjadi Great Depression tahun 1929 AS fokus untuk memulihkan kondisi perekonomian. Great Depression  berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar, dan berkembangnya pengangguran. Sebagai respon dari krisis ini, masa “peralihan” dari perang ini ditandai dengan mulai munculnya beberapa kerja sama ekonomi antara negara-negara maju dan kapitalis. Runtuhnya Pax Britannica digantikan oleh Pax Americana[2].
Great Depression membuat AS menerapkan politik proteksionisme dan isolasionisme demi menjaga perekonomiannya agar tidak kembali mengalami krisis. Politik ekonomi seperti proteksionisme dan isolasionisme mendapat tentangan dari kaum Liberalis, seperti Adam Smith dan J. S. Mill. Smith menganggap bahwa keuntungan nasional sebuah negara tidak semata-mata adalah kerugian negara lainnya, namun dengan saling bekerja sama melalui sebuah pasar yang terbuka, seluruh negara di dunia akan dapat saling menguntungkan (Peet, 2003:32). Bahkan Mill menganggap bahwa melalui perdagangan, perdamaian dapat diwujudkan dan perang dapat dicegah –commerce not only brought about peace, but also rendered war obsolete(Peet, 2003:32).

Bretton Woods Systems (BWS) adalah suatu sistem ekonomi yang berkaitan dengan politik dunia. Dimana saat itu dunia secara politik terikat dalam sistem imperialisme. Sedangkan secara ekonomi sitem pertukaran moneter internasional masih diatur dengan standar emas, dimana sirkulasi mata uang nasional tergantung dari jumlah emas yang dimiliki bank sentralnya. Selain itu, sebelum PD II sistem ekonomi diatur secara bebas melalui self-regulating dengan natural flow uang dan modal (Peet, 2003:29).
Saat perekonomian dunia memasuki babak baru, terjadi dengan devaluasi yang kompetitif serta currency yang fluktuatif, karena setiap blok ekonomi yang ada berusaha mengatasi permasalahan pembayaran hutang serta permasalahan ekonomi lain at the expense of the others (Gilpin, 1987:130). Kekacauan ekonomi yang pada saat itu terjadi juga membawa sistem ekonomi internasional ke dalam fragmentasi seperti adanya “blok Sterling”, “blok Dollar”, “blok Emas” serta Jerman, Jepang dan Italia yang menciptakan Autarkic Empire (Gilpin, 1987:130).
Setelah adanya babak baru tersebut, sekitar pertengahan tahun 1930 AS mulai berkeinginan untuk mengambil alih. Tanggal 1-22 Juli 1944, di sebuah kota bernama Bretton Woods, New Hampshire diadakan sebuah pertemuan bersejarah (Peet, 2003:27).  Pertemuan berlangsung antara AS (AS) dan Inggris, beserta 44 negara negara aliansi AS dan Inggris serta satu negara netral (Argentina). Tujuan pertemuan itu adalah membentuk suatu kerja sama internasional “mengamankan” perdamaian dan kesejahteraan dunia. Kerja sama tersebut akan menciptakan pasar dunia dengan modal dan barang yang bergerak dengan bebas yang kemudian diregulasi di bawah sebuah institusi global yang memiliki kepentingan meningkatkan stabilitas dunia. Pertemuan panjang tersebut, yang dihadiri oleh John Maynard Keynes (Inggris) dan Harry Dexter White (AS), melahirkan ‘System Bretton Woods’ (BWS).  Walaupun perjanjian Bretton Woods ditandatangani tahun 1944, namun pelaksanaannya baru bisa dijalankan dengan baik pada tahun 1947 (Frieden, 2006:289).
Pertemuan di Bretton Woods ini dilakukan melalui beberapa pertimbangan (Peet, 2003:39):
1.       Saat itu kekuatan dunia terkonsentrasi hanya di beberapa wilayah, seperti Amerika Utara dan Eropa Barat sehingga diperlukan sebuah kesepakatan yang dapat mengatur perekonomian dan perkembangan seluruh dunia.
2.       BWS dapat terwujud karena adanya kepercayaaan negara-negara peserta bahwa kapitalisme dapat menjadi sistem perekonomian dunia, yang kemudian digabungkan dengan Keynesianisme pasca-PD II.
3.       Adanya kemampuan AS untuk menjadi pemimpin ekonomi dunia. Menjelang akhir dan pasca PD II, AS menikmati pertumbuhan pasar yang besar dalam barang konsumsi, kapabilitas produksi yang meningkat, dan kuatnya nilai mata uang.

Sistem Bretton Woods

Tiga pilar Bretton Woods System, yaitu:
1.       moneter, melalui IMF (International Monetary Fund) untuk mengatasi permasalahan utang negara;
2.       perdagangan, melalui GATT, sekarang WTO (World Trade Organization), menginginkan adanya perdagangan yang lebih bebas baik dalam sektor barang maupun modal;
3.       rekonstruksi, memperbaiki keadaan perekonomian negara pasca perang dengan mendirikan IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) yang kemudian beralih nama menjadi World Bank.
Sistem ini menggunakan fixed exchange rate dengan menggunakan standar dollar-emas sehingga secara efektif mengakhiri sistem standar emas yang umum digunakan sebelumnya. Jika dalam sistem standar emas mata uang suatu negara dikonversikan langsung dengan emas, konversi yang ditetapkan BWS melalui perantaraan dollar dengan standarnya kurang lebih adalah $35 = 1 ons emas (economics.about.com).
Kombinasi tatanan baru internasional dengan otonomi nasional, pasar yang berbasis masyarakat sosial, kesejahteraan dengan stabilitas sosial dan demokrasi dalam sistem ini pada akhirnya memang membawa stabilitas yang lebih baik dalam perekonomian dunia dengan berbagai penyesuaian di negara tertentu.

Referensi:
(n.d.). Dipetik tanggal 8 April 2011, dari: http://www.time.com/time/business/article/0,8599,1852254,00.html
(n.d.). Dipetik tanggal 8 April 2011, dari: http://economics.about.com/od/foreigntrade/a/bretton_woods.htm
Frieden, Jeffrey A. 2006. “The Established Order Collapses”. Dalam Global Capitalism: Its Fall and Rise in The Twentieth Century. New York: W. W. Norton & Co. Inc. Hal. 173-194.
Gilpin, Robert. 1987. “International Money Matters”. Dalam The Political Economy of International Relations. Princeton: Princeton University Press. Hal. 118-170.
Peet, Richard. 2003. “Bretton-Woods: Emergence of A Global Economic Regime”. Dalam Unholy Trinity : The IMF World Bank and WTO. London: Zed Books. Hal. 27-66.

 Semoga bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!


[1] Pax Britannica was the period of relative peace in Europe and the world (1815–1914) during which the British Empire controlled most of the key maritime trade routes and enjoyed unchallenged sea power. http://en.wikipedia.org/wiki/Pax_Britannica

[2] Pax Americana (Latin for "American Peace") is a term applied to the historical concept of relative peace in the Western Hemisphere and later the Western world resulting from the preponderance of power enjoyed by the United States beginning around the start of the 20th century. Although the term finds its primary utility in the later half of the 20th century, it has been used in various places and eras, such as the post-Civil War era in North America[4] and globally during the time between the World Wars.[2]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha