" KONSEP DAN METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN
NASIONAL "
Sebelum
membahas lebih lanjut, saya ingin menekankan hal mendasar dalam pemahaman
konsep ini selanjutnya, yaitu cakupan dan periode waktu.
Konsep
pendapatan nasional, produk nasional atau
produk domestik, menyatakan agregat dari
suatu cakupan wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu (biasanya 1 tahun).
Dengan catatan awal ini, saya tidak akan mengulang pernyataan ini dalam paparan
berikutnya.
A. PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL
“Pendapatan nasional adalah agregat pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu
negara selama satu tahun.”
Secara harfiah, seharusnya
pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan tiap orang yang ada
di dalam suatu wilayah selama 1 tahun terakhir. Dalam kenyataannya hal ini
sangat mustahil dilakukan, bahkan untuk tingkat wilayah terkecil sekalipun. Jika
saya tanya berapa agregat pendapatan keluarga Anda selama setahun kemarin,
apakah anda bisa menjawabnya? Hehe..
Kenapa mustahil?
- Jumlah penduduk suatu wilayah (bisa jadi) sangat besar, menanyakan satu per satu berarti kita melakukan sensus.
- Jika kita melakukan sensus maka perlu biaya yang sangat mahal
- Kalau sangat mahal maka kita tidak akan mampu melakukannya tiap tahun. Itu sebabnya sensus di Indonesia diadakan 10 tahun sekali.
- Dan yang jelas, tidak semua orang bisa jujur akan pendapatannya. Kalaupun jujur mungkin dia tidak ingat berapa pendapatannya selama setahun.
Wah, ternyata komplek juga
permasalahan penghitungan pendapatan nasional ini ya... (baru tahu ya?)
Oke kalau memang sulit
lantas bagaimana, apakah kita harus menyerah? Oh, tentu tidak! Kita bisa
melakukannya dengan pendekatan yang lain. Bagaimanapun kita memerlukan suatu
indikator untuk menghitung kinerja perekonomian kita. Dan oleh karena
permasalahan ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, maka dunia bersepakat
untuk menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB atau GNP) sebagai indikator
kinerja pembangunan. Dengan keseragaman indikator ini, diharapkan angka-angka
PDB tiap negara bisa dibandingkan satu sama lain.
Nah, kalau begitu kita
harus beralih pada pendefinisian PDB. Apa itu Produk Domestik Bruto? Sebelum membahas PDB saya harus memberi tahu
anda, jika PDB dihitung berdasarkan lapangan usaha (industry origin) dan dan
berdasarkan konsumsi.
PDB lapangan usaha
menghitung agregat nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap unit usaha.
Sementara PDB penggunaan (konsumsi) menghitung nilai tambah yang terbentuk di
suatu wilayah dengan pendekatan konsumsi. Kenapa harus dengan pendekatan konsumsi?
Menurut penelitian, lebih mudah mengumpulkan data konsumsi daripada
mengumpulkan data pendapatan. Orang lebih mudah menjawab berapa jumlah yang
dibelanjakan daripada menjawab berapa penghasilannya.
B. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
Bagian ini
menyusun beberapa konsep dari indikator-indikator pendapatan nasional.
1.
PDB/GDP (Produk Domestik
Bruto/Gross Domestik Product)
PDB adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya,
termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang
asing yang beroperasi di wilayah yang
bersangkutan.
2.
PNB/GNP (Produk Nasional
Bruto/Gross Nasional Product)
PNB adalah seluruh nilai
produk barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam periode
tertentu, biasanya satu tahun, termasuk didalamnya barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat Negara tersebut yang berada di luar negeri.
Rumus
GNP = GDP – Produk netto
terhadap luar negeri
3.
NNP (Net National
Product)
NNP adalah jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu, setelah
dikurangi penyusutan (depresiasi) dan barang pengganti modal.
Rumus :
NNP = GNP – Penyusutan
4.
NNI (Net National
Income)
NNI adalah jumlah
seluruh penerimaan yang diterima oleh masyarakat setelah dikurangi pajak tidak
langsung (indirect tax)
Rumus :
NNI = NNP – Pajak tidak
langsung
5.
PI (Personal Income)
PI adalah jumlah seluruh
penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan
masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan
social, pajak perseorangan dan ditambah dengan transfer payment.
Rumus :
PI = (NNI + transfer
payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak
perseorangan )
6.
DI (Disposible Income)
DI adalah pendapatan
yang diterima masyarakat yang sudah siap dibelanjakan oleh penerimanya.
Rumus :
DI = PI – Pajak langsung
C. Kegunaan Statistik Pendapatan
Nasional
Data pendapatan nasional
adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian
nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain
adalah :
- PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
- PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu negara.
- PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
- Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
- PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
- Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
- PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
- PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per kepala atau per satu orang penduduk.
- PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu negara.
D. METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
1. Tujuan dan manfaat perhitungan pendapatan nasional
- Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu Negara
- Untuk memperoleh taksiran yang akurat nilai barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat dalam satu tahun
- Untuk membantu membuat rencana pelaksanaan program pembangunan yang berjangka.
2. Manfaat mempelajari pendapatan nasional
- Dapat membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu antar daerah atau antar propinsi
- Dapat membandingkan keadaan perekonomian antar Negara
- Dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah.
3. Perhitungan Pendapatan Nasional
a.
Metode Produksi
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh
nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat
dalam periode tertentu
Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]
b.
Metode Pendapatan
Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari
seluruh penerimaan(rent, wage, interest, profit) yang diterima oleh
pemilik factor produksi adalam suatu negara selama satu periode.
Y = r + w + i + p
c.
Metode Pengeluaran
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh
pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi (RTK,RTP,RTG,RT
Luar Negeri) dalam suatu Negara selama satu tahun.
Y = C + I + G + (X – M)
E. MASALAH DAN KETERBATASAN
PERHITUNGAN
a. Perhitungan PDB
dan Analisa Kemakmuran
Gambaran ringkas kemakmuran
suatu negara biasanya dihityungdari PDB perkapita. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan faktor jumlah penduduk. Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB
per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka
sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara
dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.
Kelemahan dari pendekatan di atas
adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per
kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu
negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080
(tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan
dan pengangguran. Faktor utama pemicu gejala di
atas adalah masalah distribusi pendapatan. Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik,
tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan
untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi
penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial
dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk.
b. Perhitungan PDB dan
Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya
ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan
dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial
makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika
sederhana. Jika PDB per kapita makin tinggi, maka daya
beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik.
Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan
masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB
per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.
Masalah
mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi
nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan
fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak
terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan
menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab,
dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran,
tetapi juga ketenangan batin.
Jadi
kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di
negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding
di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan
tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding
negara-negara miskin.
c. PDB Per Kapita dan
Masalah Produktivitas
Jika PDB perkapita dihitung
dengan membagi PDB dengan julah penduduk, maka Produktivitas PDB adalah hasil
pembagian PDB dengan jumlah tenaga kerja.
Dalamhal membandingkan produktivitas PDB antar negara, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan:
1.
Jumlah dan komposisi
penduduk :
Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya
sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan
tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2.
Jumlah dan struktur
kesempatan kerja :
Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak
penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi
kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat
besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas
pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah
yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan
ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif
tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.
3.
Faktor-faktor nonekonomi :
Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara
lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan.
Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang
banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga
memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan
tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama kurang lebih
3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun
pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.
d. Penghitungan
PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economy)
Angka
statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya
mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum
mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah
pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan
petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.
Di
negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan
oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi
oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan
kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut
merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya
sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang
lainnya.
Referensi :
Semoga bermanfaat.
Marisa Wajdi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha