Rabu, 06 Februari 2013

BELAJAR DARI “BLACK DEATH”

Pada abad ke -14, dunia sudah dipenuhi hiruk-pikuk peperangan, politik dan keserakahan. Perang perebutan kekuasaan terjadi diseluruh bagian dunia. Sampai suatu ketika, binatang kecil bernama kutu tidak mau kalah dan mulai menunjukkan kekuatannya. Kutu-kutu itu rupanya sudah terinfeksi sesuatu dari tubuh tikus yang mereka gigit. Kemudian kutu-kutu itu menggigit manusia dan menyebarkan wabah yang mengerikan.

Awalnya wabah terjadi di sebuah wilayah di Itali. Infeksi itu tidak pernah diketahui penyebab yang sebenarnya, yang jelas ia menyebar tanpa kendali. Lebih dari seperempat populasi Eropa menghadapi kematian karenanya. Bencana inilah yang kemudian dikenal sebagai “Black Death”. Sebuah epidemi yang secara permanen mengubah wajah Eropa pada zaman pertengahan.

 Rasa takut yang ditimbulkan “Black Death” menyebabkan gelombang histeria keagamaan. Namun dampak yang paling signifikan terjadi pada kaum feodal. Berkurangnya populasi akibat epidemi itu membuat populasi tenaga kerja kasar merosot dan habis. Sistem feodal yang dibangun kokoh diatas kekuatan para rakyat jelata, kehilangan penopangnya. Merekapun runtuh dan tidak mampu bangkit lagi.

Hal ini membuktikan bahwa kekuasaan akan kuat, saat orang-orang kecil yang menopangnya juga kuat. Jika mereka yan gberkuasa tidak mampu menjaga para penopang dan penyangganya, maka sudah bisa dipastikan mereka tidak akan lama berada di posisi atas. Jika mereka sudah runtuh dan jatuh menjadi puing, maka mereka tak ada beda dengan onggokan bangunan tua yang tak berharga.


"Atom adalah bagian terkecil dari suatu zat. Saat Einstein mencoba memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil, maka ledakannya mampu menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima."


Marisa Wajdi!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha