Rabu, 30 Januari 2013

Negara yang Sukses Me-Redenominasi Mata Uang-nya


Dalam rangka melengkapi seri "Redenominasi", kali ini saya memposting sebuah ringkasan dari negara-negara yang pernah melakukan Redenominasi dan Sukses. Semoga ada yang bisa kita ambil manfaatnya.

Negara yang Sukses Me-Redenominasi Mata Uang-nya

1.      Turki
Turki melakukan redenominasi karena laju inflasi yang terus meninggi sejak tahun 1970. Inflasi yang tinggi tersebut menyebabkan nilai ekonomi di negara tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan kuadriliun. Turki meredenominasi mata uang secara bertahap dengan memperhatikan stabilitas perekonomian dalam negerinya. Proses redenominasi mata uang Lira menghabiskan waktu selama 7 tahun, dimulai tahun 2005.
Dalam redenominasi Lira, semua uang lama Turki (TL) dikonversi menjadi Lira baru (YTL, Y dalam bahasa Turki berarti “Yeni” atau baru). Redenominasi Turki, menetapkan penghapusan 6 digit nol. Jadi, kurs konversi 1 YTL = 1.000.000 TL.
Pada tahap awal, mata uang TL dan YTL beredar secara simultan selama setahun. Kemudian mata uang lama ditarik secara bertahap digantikan dengan YTL. Pada tahap selanjutnya, sebutan “Yeni” pada uang baru dihilangkan sehingga mata uang YTL kembali menjadi TL dengan nilai redenominasi. Selama tahap redenominasi, keadaan perekonomian tetap terjaga. Inflasi Turki pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 juga tetap stabil dikisaran 8-9%.[1]

2.      Rumania
Setelah rezim komunis jatuh pada tahun 1989, negara ini mengalami ketidakstabilan ekonomi. Tahun 2000 Rumania mampu menytabilkan ekonomi makronya dengan ciri-ciri: pertumbuhan ekonomi tinggi, tingkat pengangguran rendah. Namun inflasi terus melambung mengakibatkan turunnya nilai uang Lei. Tuntutan ekonomi sehat semakin besar setelah negara ini bergabung dengan Uni Eropa di tahun 2002[2]. Terinspirasi kesuksesan Redenominasi Turki, Gubernur Bank Nasional Rumania, Mugur Isarescu merancang program yang sama.
1 Juli 2005, bank sentral  Rumania memperkenalkan lembaran uang baru, 100 Lei. Uang ini dibuat persis uang lembaran tertinggi Rumania, 1 juta Lei. Hanya angka dan keterangan nominal yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi efek psikologis dalam penggunaan uang. Sama halnya dengan kekhawatiran banyak pihak di Indonesia, bahwa redenominasi tetap akan menimbulkan inflasi karena adanya efek psikologis tersebut. Selain nominal, penyebutan mata uang juga diubah dengan kode RON untuk mata uang yang baru, dan ROL untuk mata uang yang lama.
Dalam redenominasi Lei, semua uang lama Rumania (ROL) dikonversi menjadi RON. Redenominasi Rumania, menetapkan penghapusan 4 digit nol. Jadi, kurs konversi 1 RON= 1.0.000 ROL.
Kedua mata uang, baik RON dan ROL masih berlaku sampai 1,5 tahun. Tepat tanggal 31 desember 2006, ROL ditarik, tapi masih bisa ditukarkan ke bank kapanpun.
Redenominasi Rumania ternyata menunjukkan hasil yang memuaskan. Setelah redenominasi, nilai tukar mata uang Rumania menguat: terhadap dolar AS menjadi 2,98 Lei; dan terhadap Euro menjadi 3,6 Lei.
Sebagai perbandingan, sebelum redenominasi, 30 Juni 2005, nilai tukar terhadap US$ sebesar 29,891 Lei dan terhadap Euro sebesar 36,050 Lei. Hasil ini mendukung usaha Rumania untuk bisa menggunakan Euro. Tahun 2007[3] Rumania memiliki tingkat pengangguran sebesar 4%, cukup rendah dibandingkan dengan negara Eropa lainnya, seperti Polandia, Perancis, Jerman dan Spanyol dengan rasio utang luar negeri terhadap PDB Rumania yang cukup rendah (20.3%).

3.      Polandia
Polandia berhasil menghilangkan 4 angka nol dalam 1 kali operasi pada tahun 1995
4.      Ukraina
Ukraina berhasil melaksanakan redenomisasi yang menghilangkan 5 angka nol dalam 1 kali operasi pada tahun 1996.
5.      Bulgaria
Lev Bulgaria  pernah di redenominasi akibat inflasi yang tinggi, sehingga100 lev (lama) setara dengan 1 lev (baru.)[4]
6.      Brazil
Brazil termasuk negara yang paling sering melakukan redenominasi.  Tercatat negara ini telah melakukan 6 kali operasi redenomisasi, yaitu tahun 1967, 1970, 1986, 1989, 1993 dan 1994.
Walau di tahun 1994 Brazil tercatat sebagai negara yang sukses melaksanakan redenomisasi, namun negeri Samba ini sempat juga merasakan kegagalan melakukan redenominasi yakni pada tahun 1986-1989. Kombinasi sukses memangkas inflasi dan masuknya modal asing yang meningkatkan cadangan devisa merupakan faktor terpenting keberhasilan redenominasi tahun 1994 di Brazil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha