Sabtu, 19 Januari 2013

Khidir, Datang Saat Benar-Benar Dibutuhkan


Setelah mendengarkan kisah Nabi Khidir, Raja Turkestan yang bengis , tiba-tiba, ingin bertemu dengannya. Ia sangat menginginkan jubah pengetahuan yang dimiliki Nabi Khidir. Ia mengira, jika ia mengenakan jubah itu, maka pengetahuannya akan seluas Nabi Khidir.

Sang Raja kemudian mengumumkan sebuah sayembara untuk membuat Khidir datang kehadapannya. Al Kisah, sayembara tersebut sampai ke telinga seorang lelaki  tua miskin bernama Bakhtiar Baba. Dia pun tergiur dengan iming-iming Sang Raja. Lalu ia berkata pada istrinya, "aku akan menghadap raja dan mengatakan bahwa aku bisa mendatangkan Nabi Khidir. Setelah aku mendapatkan hadiahnya, aku akan mati. Namun tak apalah, kau bisa menggunakan hadiah itu untuk melanjutkan hidup."

Dihadapan raja Bakhtiar mengaku mampu menemukan Nabi Khidir dalam waktu 40 hari. Sebagai syarat,  raja harus memberinya seribu keping emas. Raja bersedia memberi sepuluh kali lipat,  jika Bakhtiar berhasil. Tapi dia juga mengancam untuk memenggal kepala Bakhtiar, jika ia gagal. Bakhtiar pun menyanggupinya.
Selama 40 hari Bakhtiar terus merenung, mempersiapkan diri umtuk memasuki kehidupan alam barzah. Sampai akhirnya waktu itu habis. Pada hari ke-40 ia pergi menghadap raja.

"Yang Mulia, kerakusanmu telah menyebabkan engkau berpikir bahwa uang akan bisa mendatangkan Khidir. tetapi ia tidak akan muncul oleh panggilan yang berdasarkan kerakusan," ujar Bakhtiar.

Raja pun menjadi sangat marah mendengar kata-kata Bakhtiar itu.  Namun Bakhtiar terus berkata,
menurut dongeng, Khidir akan  menemui seseorang dengan maksud yang benar. Khidir akan menemui orang selama orang itu bisa memanfaatkan kunjungannya. Itulah hal yang kita tidak kita miliki".

Mendengar itu Raja semakin marah. "Cukup bualanmu itu!" hardik raja. "Aku tidak akan memperpanjang hidupmu, waktumu telah habis. Aku akan menghukummu seberat-beratnya.

Raja menoleh kepada menteri-menterinya dan bertanya, "Bagaimana cara orang ini mati?" 

Menteri pertama menjawab, "panggang dia hidup-hidup!"

Menteri kedua menjawab, "potong-potong tubuhnya lalu pisahkan anggota tubuhnya."

Menteri ketiga berkata, "sediakan kebutuhan hidup orang ini agar ia tidak lagi menipu demi kelangsungan hidup keluarganya."

Pada saat pembicaraan tengah berlangsung dengan serunya, tiba-tiba saja masuklah  orang yang sudah tua. Raja berkata, "Tidak tahukah kau bahwa kami sedang mengurusi urusan penting disini? Apa maksud kedatanganmu?"

"Saya hanya ingin mengulas nasehat para menteri ini," jawab orang tua itu.

"Apa maksudmu?" tanya raja heran.

"Aku bisa melihat bahwa menteri pertama, sebelum menjadi menteri adalah tukang roti, jadi ia berbicara tentang panggang memanggang. Sedangkan menteri kedua dulunya adalah tukang daging sehingga ia hanya tahu urusan potong-memotong. Sedangkan menteri ketiga adalah orang yang menguasai ilmu kenegaraan. Hanya dia yanng bisa melihat sumber masalah," jelas orang tua itu lagi.

"Benar yang dikatakan Bakhtiar, Khidir muncul untuk melayani setiap orang yang mampu memanfaatkan kedatangannya. Bakhtiar terdesak oleh kemiskinan yang membelitnya, hingga berani mempertaruhkan kepalanya. Keadaannya semakin genting, sehingga aku pun muncul di depanmu."

Semua orang terkejut mendengar perkataan orang tua itu. Mereka mulai mengamati orangtua itu dengan seksama. Tak lama kemudian orang tua itu menghilang. Raja sangat menyesal, karena terlalu terkesima ia tidak sempat memanfaatkan dengan baik akan kehadiran orang tua  yang merupakan Nabi Khidir itu.   Namun raja telah memahami inti petuah Khidir, dan ia ingin termasuk golongan yang mendapat manfaat dari kedatangan Nabi Khidir. Lalu ia pun memberi Bakhtiar tanggungan hidup. Menteri pertama dan kedua dipecat.  Menteri ketiga tetap dijadikan menteri penasihatnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha