Dewasa ini banyak alasan pragmatis yang memposisikan wanita berada dalam
himpitan waktu. Diversifikasi tugas wanita membuat waktu yang diciptakan Tuhan selama
24 jam menjadi terasa sangat pendek. Waktu yang 24 jam itu akan terasa semakin
pendek jika kita menjalaninya tanpa perasaan bahagia. Agar dapat menyelami
hidup bahagia, raihlah kembali pikiran sehat yang bebas dari segala kegalauan.
Teman, Anda pasti tahu bahwa rumah yang sehat adalah rumah yang bersih
dan tertata dengan baik. Ternyata pikiran juga sama. Pikiran sehat adalah
pikiran yang tertata dengan baik. Jadi, tatalah pikiran kita, bersihkan dari
pikiran-pikiran yang tidak berguna yang hanya membuat ruang pikir menjadi
sesak. Sebagai wanita masa kini, kita dituntut untuk menggunakan otak,
sedangkan insting kita bersikeras untuk mengikuti hati. Konflik tersebut merupakan
alasan utama yang membuat kita hidup terburu-buru, stres dan kalut.
Untuk mengisi hidup dengan kebahagiaan, langkah pertama yang harus kita
ambil adalah memberi perhatian pada hati,lalu mendamaikan pikiran dan hati
kita.
Ketika kecil kita sering ditanya tentang cita-cita.
Apakah cita-cita Anda masih sama dengan cita-cita Anda dulu?
Atau mungkin Anda sudah mencapai cita-cita tersebut?
Saya sendiri dulu bercita-cita menjadi insinyur pertanian. Sekarang saya
bekerja bukan sebagai insinyur pertanian, atau sesuatu yang berhubungan dengan
insinyur pertanian. Sama sekali berbeda.. Alih-alih bekerja di lapangan, saat
ini saya bekerja justru di belakang meja. Saya mencoba mengingat, kenapa saya
ingin sekali menjadi seorang insinyur pertanian. Ternyata waktu kecil, saya
melihat jasa mantri tani yang besar bagi penduduk desa. Saya ingin menjadi
orang dengan peran besar seperti sang
Mantri. Tapi itu dulu! Sekarang cita-cita saya hanyalah menggapai karir
setinggi-tingginya.
Setelah saya renungkan, ternyata berbagai kenyataan hidup yang saya
jalani dari kecil hingga sekarang membuat cita-cita saya terdistorsi. Saya
semakin realistis, bahwa pada kenyataannya menjadi mantri tani tidak cukup
keren untuk mendongkrak status sosial. Dan saya pikir, jadi bos itu enak!
Dengan menutup mata pada tanggung jawab yang dimiliki oleh para bos saya, saya
melihat mereka selalu mendelagasikan tugas pada bawahan, lalu berlindung
dibalik peraturan saat bawahan meminta kompensasi. Sementara itu, mereka meraup
bonus yang sangat besar manakala pekerjaan anak buahnya berhasil. Walaupun terdengar sinical, tapi saya tidak
keberatan dengan cara kerja seperti itu. Toh itu memberi saya motivasi yang
kuat untuk berusaha menjadi seorang bos juga (hehe).
Bagaimana apakah Anda juga setuju? Realistis terdengarnya memang. Namun, ketika kita saya menata pikiran saya,
membuang pikiran-pikiran rongsokan, saya menemukan bahwa cita-cita masa kecil
saya mungkin adalah panggilan hidup yang sesungguhnya. Saya suka untuk menolong
orang! Dan saya tetapkan detik ini, bahwa esensi saya dalam hidup ini adalah
menolong orang. Mungkin tidak perlu menolong orang banyak secara sekaligus,
namun menolong suami dan anak-anak bisa dijadikan langkah pertama saya.
Langkah kedua, tegaskan prioritas.
Sebagai seorang wanita, kita secara natural ditugasi dalam mengatur
rumah tangga, anak-anak dan rumah tangga. Selain itu kita juga ditugasi oleh diri kita sendiri untuk menjaga
status sosial-ekonomi di mata masyarakat. Kita ingin memiliki kemampuan
ekonomi, kita ingin dianggap wanita karir, wanita yang mandiri.
Teman, waktu 24 jam sehari bukanlah panjang. Kalau kita tidur saja menghabiskan
8 jam. Itu adalah sepertiga waktu kita. Lalu sepertiganya lagi kita pakai untuk
bekerja. Lalu kita pakai seperenamnya diperjalanan. Sisanya hanyalah 4 jam, mau
diapakan waktu yang sangat sedikit ini? Apakah untuk bersantai, mengerjakan
hobi, meluangkan waktu dengan keluarga, atau bersosialisasi di masyarakat? Semuanya
saya serahkan pada Anda untuk menjawabnya sendiri. Karena untuk memenuhi semua
kegiatan yang ingin Anda lakukan, Anda hanya punya waktu 4 jam sehari. Jadi, Anda
perlu menetapkan prioritas dalam menjalaninya.
Syukurnya Tuhan telah menganugrahi wanita GPS untuk mencapai destinasi
kehidupan kita. GPS tersebut berbentuk naluri. Tak salah jika Anda mengasah
terus nalar Anda seperti para pria, tapi jangan kerdilkan kepekaan naluri Anda.
Karena ada satu kata mujarab, yang bisa
dipakai dalam menghadapi semua persoalan kehidupan : “Ikuti kata hati!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha