Skip to main content

TABEL INPUT-OUTPUT: Penyusunan


#7 Penyusunan Tabel Input-Output

Terdapat 2 (dua) metode untuk menyusun suatu tabel Input-Output (tabel I-O).  Metode pertama adalah metode panjang (long-way) dan metode pendek (short-cut).

A. Metode Panjang (long-way)

Metode pertama adalah metode panjang (long-way) atau biasanya juga disebut sebagai metode survei (survey method) . Metode ini merupakan suatu metode yang dimaksudkan untuk membangun tabel I-O dari tahap nol (tabel I-O belum ada) sampai tabel I-O tersebut menjadi ada, dengan menggunakan data secara lengkap, baik data yang sudah tersedia atau pun data yang diperoleh melalui penyelenggaraan berbagai survei, dan melalui rekonsiliasi atau siklus iterasi yang dilakukan berkali-kali.  Oleh karena itu, metode ini disebut sebagai metode panjang (long-way) karena membutuhkan suatu proses yang lama dan panjang; atau disebut sebagai metode survei karena membutuhkan data yang banyak yang berasal dari berbagai survei.

Data yang dibutuhkan oleh suatu tabel I-O memang banyak dan beragam macamnya, misalnya data mengenai output, input antara yang dihasilkan atau yang digunakan oleh berbagai kegiatan ekonomi, data mengenai impor input antara, data mengenai impor pengeluaran konsumsi rumahtangga, data mengenai pengeluaran pemerintah, data mengenai Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN), data mengenai investasi, data struktur produksi dalam menghasilkan output, data mengenai pajak tidak langsung dan subsidi, dan sebagainya.  Data ini tidak dapat diperoleh dari data statistik yang dikumpulkan oleh, misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) saja karena data BPS tidak cukup rinci untuk mengakomodasi semua kebutuhan data suatu tabel I-O.  Oleh karena itu, ketersediaan data perlu dibantu dengan menggunakan data lainnya, misalnya yang barasal dari berbagai Kementerian, lembaga-lembaga ekonomi lainnya, atau dengan melaksanakan berbagai kegiatan survei untuk memperkirakan berbagai macam data yang dibutuhkan.  Metode panjang (long-way) atau metode survei ini digunakan oleh BPS dalam pelaksanaan penyusunan tabel I-O Indonesia setiap 10 tahun sekali karena penyusunan tabel I-O tersebut ingin mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia menurut waktunya.

Secara singkat, tahap-tahap penyusunan tabel I-O dengan menggunakan metode panjang (long-way) atau metode survei adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.2).  Tahap awal adalah merencanakan keseluruhan bentuk tabel I-O.  Tahap ini berkaitan dengan masalah klasifikasi tabel I-O, ketersediaan data, dan tahun rujukan (reference year).  Oleh karena itu, hal yang menjadi penting pada tahap ini adalah mempelajari berbagai sumber data yang tersedia untuk menyusun tabel I-O, yang disesuaikan dengan tahun rujukan (reference year) yang akan diacu penyusunannya, misalnya tahun 2020. Pada tahap-tahap ini, pemanfaatan data yang sudah tersedia, misalnya yang tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS) atau di berbagai Kementerian, perlu dioptimalkan.  Disamping itu, pemikiran mengenai pelaksanaan berbagai survei untuk menunjang penyusunan tabel I-O yang dihubungkan dengan klasifikasi tabel I-O yang akan dibangun perlu juga dipertimbangkan.

Dari tahap ini, rancangan klasifikasi awal tabel I-O sudah dapat ditentukan. Klasifikasi mempunyai tujuan untuk mengelompokkan berbagai kegiatan ekonomi yang sangat beragam menjadi kelompok-kelompok kegiatan ekonomi atau produk-produk yang dapat dipisah-pisahkan secara jelas.  Pemisahan klasifikasi dapat dilakukan, misalnya, berdasarkan kesamaan proses produksi dalam menghasilkan suatu produk; atau kesamaan mengenai produk yang dihasilkan; atau untuk memunculkan suatu kegiatan ekonomi atau produk yang memiliki nilai strategis atau memiliki peran yang dominan di suatu negara atau suatu wilayah sehingga perlu ditampilkan secara khusus. 

Sebagai contoh, klasifikasi tabel I-O Indonesia yang disusun oleh BPS, pemilahan kegiatan-kegiatan pertanian dan kegiatan pertambangan dilakukan atas dasar konsep kelompok kesamaan produk yang dihasilkan, sehingga dengan demikian klasifikasi kedua kegiatan ekonomi tersebut pada tabel I-O Indonesia adalah klasifikasi produk, misalnya padi, jagung, tembaga, nikel, dan sebagainya. Klasifikasi kegiatan industri pengolahan dilakukan atas dasar konsep kesamaan proses produksi, sehingga dengan demikian klasifikasi kegiatan industri lebih dekat  kepada konsep kesamaan kegiatan produksi, misalnya industri makanan dan minuman yang menghasilkan produk-produk makanan dan minuman, industri otomotif yang menghasilkan mobil atau kendaraan motor lainnya, industri kimia yang menghasilkan barang-barang kimiawi, dan sebagainya. Untuk kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, kecuali kegiatan pemerintahan, klasifikasi dilakukan dengan mengikuti konsep kegiatan produksinya, misalnya pada kegiatan konstruksi atau bangunan yang menjelaskan kegiatan produksi yang menghasilkan konstruksi atau bangunan, kegiatan perdagangan yang menghasilkan jasa marjin perdagangan, dan kegiatan pengangkutan yang menghasilkan jasa marjin pengangkutan. Untuk kegiatan pemerintahan, dasar klasifikasi yang digunakan adalah konsep kelembagaan, yaitu kelembagaan pemerintahan yang memberikan jasa administrasi pemerintahan kepada masyarakat.

Namun, sebagai dasar (referensi) utama dalam upaya melakukan klasifikasi berbagai kegiatan ekonomi, beberapa panduan baku (standard manuals) yang sudah tersedia dapat digunakan, misalnya Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang mendasarkan kepada klasifikasi baku International Standard for Industrial Classification (ISIC), Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI) yang mendasarkan kepada klasifikasi baku Central Product Classification (CPC).

Penentuan klasifikasi, tidak saja dibutuhkan dalam penyusunan tabel I-O sebagai dasar pengolahan data, tetapi juga berguna untuk berbagai tujuan analisis yang ingin dilaksanakan karena, dengan menggunakan tabel I-O, dampak dari suatu kegiatan ekonomi terhadap perkembangan ekonomi nasional atau wilayah atau sebaliknya tidak akan dapat diketahui kalau kegiatan ekonomi tersebut tidak berdiri sendiri dalam suatu klasifikasi. Disamping itu, melalui klasifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi dapat juga dipelajari berbagai jenis barang dan jasa (produk), skala prioritas, peranan, teknologi pembuatan dan kegunaannya, yang dihubungkan dengan perekonomian (nasional atau wilayah). Bahkan klasifikasi yang lebih rinci akan memungkinkan pengenalan anatomi fisik yang lebih mendalam terhadap berbagai barang dan jasa (produk) yang dihasilkan.  Disamping itu, konversi dari suatu sistem ke sistem lainnya, misalnya dari HS (Harmonaized System) ke SNN (atau System of National Accounts), dilakukan melalui klasifikasi.

Dengan demikian, klasifikasi tabel I-O harus merupakan suatu klasifikasi yang lengkap dan jelas, dengan pengertian bahwa klasifikasi harus mencakup seluruh produk (barang dan jasa) serta kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada atau terdapat di negara atau wilayah bersangkutan, baik yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi domestik maupun luar negeri tetapi beroperasi di dalam teritorial negara atau wilayah bersangkutan.  Dengan demikian, tidak terdapat penafsiran ganda terhadap ruang lingkup dan cakupan produk atau kegiatan-kegiatan ekonomi yang terdapat di negara atau wilayah bersangkutan.

Setelah klasifikasi tabel I-O dapat ditentukan, tahap berikutnya yang perlu dilakukan adalah membuat rencana tabulasi terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber yang diperkirakan akan digunakan untuk membangun tabel I-O, baik data yang dibutuhkan untuk mengisi sel-sel tabel I-O secara umum, seperti output; atau data yang secara khusus dibutuhkan untuk mendukung tabel I-O, misalnya matrik impor terhadap input antara atau permintaan akhir.

Setelah itu, tahap pengumpulan data dan penyelanggaraan berbagai survei yang dibutuhkan sudah dapat dimulai. Akan tetapi, jika ternyata data yang diperoleh dalam pelaksanaan pengumpulan data tidak sesuai dengan klasifikasi tabel I-O yang direncanakan, maka klasifikasi tabel I-O tersebut dapat direvisi untuk disesuaikan dengan ketersediaan data dari hasil pengumpulan data atau/dan penyelenggaraan survei-survei pendukung.

Tahap berikut setelah ini adalah melakukan proses penyusunan tabel I-O yang melibatkan banyak tenaga staf penyusun tabel I-O yang kompeten yang tidak hanya memahami tabel I-O, tetapi juga memahami bidangnya masing-masing mengenai kegiatan produksi, misalnya, yang memahami kegiatan produksi pertanian, pertambangan, industri, dan sebagainya, dan juga mengenai berbagai kebijakan ekonomimakro yang dilakukan terhadap suatu kegiatan produksi tertentu, misalnya mengenai pajak, subsidi, dan sebagainya di suatu negara.  Proses ini dapat merupakan proses adu-debat antar tenaga staf yang menangani masing-masing kegiatan ekonomi atau produk jika terjadi permintaan perubahan terhadap ‘hasil’ yang sudah diperoleh oleh masing-masing penanggungjawab kegiatan ekonomi atau produk.  Misalnya,  pada siklus awal (siklus ke-1) telah ditentukan besarnya output yang dihasilkan oleh suatu kegiatan produksi tertentu, dan penentuan ini telah menghasilkan kondisi yang seimbang dilihat dari sisi demand dan supply atau dari sisi output dan struktur input kegiatan produksi tersebut.  Ternyata data lain yang diperoleh dari sumber lain menyatakan bahwa output kegiatan produksi tersebut ‘dianggap’ masih kurang banyak untuk dapat menampung permintaan terhadap input antara yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan produksi lainnya dari kegiatan produksi tersebut.  Dengan demikian, perlu melakukan ‘penambahan’ terhadap output kegiatan produksi bersangkutan, dan juga terhadap output kegiatan-kegiatan produksi lainnya.  Proses ini membutuhkan adu-debat antar tenaga staf penanggungjawab masing-masing kegiatan ekonomi atau produk, dan masing-masing penanggungjawab kegiatan produksi atau produk akan mempertahankan ‘hasil’ yang diperoleh berdasarkan argumentasi atau alasan-alasan masing-masing, misalnya berdasarkan data yang diperoleh, kebijakan ekonomi makro secara eksplisit terhadap data tersebut, dan sebagainya.  Jika adu-debat tersebut dapat diselesaikan dan diterima dengan baik oleh semua pihak, maka proses rekonsiliasi dilakukan terhadap tabel I-O siklus ke-1 sehingga menghasilkan tabel I-O siklus ke-2.  Pada tahap berikutnya, keadaan yang serupa dapat terjadi lagi untuk kasus produk atau kegiatan ekonomi yang lain. Dengan demikian, perlu dilakukan rekonsiliasi terhadap kegiatan produksi bersangkutan, dan juga terhadap kegiatan-kegiatan produksi lainnya, sehingga tabel I-O siklus ke-2 perlu diperbaiki menjadi tabel I-O siklus ke-3.  Demikian seterusnya sampai mencapai proses siklus ke-n, dimana siklus terakhir (siklus ke-n) menghasilkan tabel I-O dalam kondisi keseimbangan (equilibrium) secara keseluruhan, misalnya mengenai output dan input, serta mengenai demand dan supply pada tabel I-O yang disusun.



B.  Metode Pendek (short-cut).


Metode kedua adalah metode pendek (short-cut) atau biasa juga disebut sebagai metode bukan-survei (non-survey method).  Metode ini tidak melakukan penyusunan tabel I-O seperti metode panjang (long-way), tetapi menggunakan tabel I-O yang tersedia, misalnya tabel I-O Indonesia tahun 2010, untuk menyusun suatu tabel I-O yang baru, misalnya tabel I-O Indonesia tahun 2013, dengan cara melakukan proses updating, yaitu memperbaharui (updated) dengan menggunakan data terbaru yang tersedia tetapi terbatas dengan tetap menggunakan koefisien-koefisien input yang sama karena diasumsikan bahwa tidak terdapat perubahan teknologi selama suatu tahun dengan tahun yang lain, misalnya selama 2010-2013; atau dapat juga dengan melakukan perbaikan terhadap koefisien-koefisien input berdasarkan data atau informasi terakhir yang diterima. 



Gambar 7.1
Alur Penyusunan Tabel I-O

Untuk melakukan proses updating, metode RAS, yaitu suatu metode untuk melakukan proses pembaharuan terhadap tabel I-O awal (tahun 2010) menjadi tabel I-O yang diperbaharui (tahun 2013), dapat digunakan.  Metode RAS yang digunakan dapat merupakan:
a.      Metode RAS murni, yaitu menggunakan koefisien input pada tabel I-O lama, tanpa mengubahnya, untuk menghasilkan tabel I-O yang baru.  Biasanya, yang diperbaharui adalah nilai-nilai kuadran 2 (permintaan akhir), dan melakukan proses iterasi terhadap kuadran 1 dan kuadran 3.
b.      Metode modified RAS, yaitu memperbaharui suatu atau beberapa koefisien input kegiatan produksi tertentu berdasarkan data yang diperoleh atau studi yang tersedia, dan kemudian melakukan proses iterasi terhadap kuadran 1 dan kuadran 3 setelah data kuadran 3 (permintaan akhir) diperbaharui.[1]


[1]Lihat, misalnya, Miller dan Blair (1985) untuk memahami metode RAS lebih lanjut. 


Comments

Popular posts from this blog

SIR RONALD AYLMER FISHER (1890-1962)- "Pengembang Distribusi F"

Fisher   adalah pakar statistika, pertanian eksperimental, dan genetika kuantitatif asal Inggris. Richard Dawkins, tokoh pendukung neo-Darwinisme dan atheisme, menyebutnya sebagai “Pengganti Darwin terbesar”, dan ahli sejarah statistika Anders Hald menyebut “Fisher adalah seorang jenius yang dengan sendirian menciptakan dasar-dasar ilmu statistika modern”. Nama : Sir   Ronald Aylmer Fisher   TTL : Inggris, 17 Februari 1890 Peran dalam Statistika : pemberi landasan bagi banyak aspek dalam statistika modern, khususnya di bidang statistika inferensi, yang mempelajari teori estimasi dan uji hipotesis. Ia juga dikenal sebagai orang yang mampu menyatukan dua kutub perdebatan di awal perkembangan genetika modern: antara kutub genetika kuantitatif dan genetika kualitatif (genetika Mendel) Sumbangan Fisher Prinsip Disain Eksperimen maksimum likelihood sufficiency ,   ancilarity Diskriminator Lin

TABEL INPUT-OUTPUT: Penyajian Tabel

#6 Penyajian Tabel Input-Output Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu tabel I-O sebenarnya terdiri dari 4 (empat) kuadran, yaitu kuadran I merupakan kuadran input antara ( intermediate inputs ) atau kuadran konsumsi antara ( intermediate consumptions ), kuadran 2 merupakan kuadran permintaan akhir ( final demands ) atau konsumsi akhir ( final consumptions ), kuadran 3 merupak kuadran nilai tambah ( value added ) atau kudaran input primer ( primary inputs ), dan kuadran 4 merupakan kuadran keterkaitan nilai tambah dengan permintaan akhir ( interrelated between value added and final demands ).   Tetapi buku ini hanya mengenalkan suatu tabel I-O dengan menggunakan 3 (tiga) kuadran saja, yaitu kuadran 1, 2, dan 3, mengikuti tabel I-O yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Paling tidak, suatu tabel I-O dapat disusun dengan menggunakan kombinasi dari 4 (empat) bentuk susunan berikut, yaitu: Tabel I-O model impor bersaing ( competitive import Input-Output mod

Proyeksi Perubahan Piramida Penduduk Indonesia 2010-2035

Peristiwa lahir, mati dan pindah merupakan peristiwa alamiah yang bisa terjadi di suatu wilayah. Hal tersebutlah yang mengakibatkan adanya dinamika penduduk di wilayah tersebut. Karena merupakan peristiwa alamiah, maka dinamika penduduk bisa berlangsung walaupun tanpa intervensi. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa tanpa adanya intervensi maka tingkat kelahiran dan kematian bisa sangat tinggi. Padahal salah satu indikator perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah: rendahnya tingkat kematian dan rendahnya angka ketergantungan. Transisi demografi di Indonesia, berlangsung secara perlahan namun terus menerus. Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) menunjukkan adanya transisi demografi yang  mengubah struktur umur penduduk Indonesia. sejak tahun 1971. Keberhasilan berbagai program dalam mengintervensi dinamika penduduk telah mampu menggeser anak-anak dan remaja, berusia dibawah 15 tahun, yang biasanya besar dan berat di bagian bawah dari piramida penduduk Indonesia, ke bagian