Rabu, 16 Mei 2018

TABEL INPUT-OUTPUT: Penyusunan


#7 Penyusunan Tabel Input-Output

Terdapat 2 (dua) metode untuk menyusun suatu tabel Input-Output (tabel I-O).  Metode pertama adalah metode panjang (long-way) dan metode pendek (short-cut).

A. Metode Panjang (long-way)

Metode pertama adalah metode panjang (long-way) atau biasanya juga disebut sebagai metode survei (survey method) . Metode ini merupakan suatu metode yang dimaksudkan untuk membangun tabel I-O dari tahap nol (tabel I-O belum ada) sampai tabel I-O tersebut menjadi ada, dengan menggunakan data secara lengkap, baik data yang sudah tersedia atau pun data yang diperoleh melalui penyelenggaraan berbagai survei, dan melalui rekonsiliasi atau siklus iterasi yang dilakukan berkali-kali.  Oleh karena itu, metode ini disebut sebagai metode panjang (long-way) karena membutuhkan suatu proses yang lama dan panjang; atau disebut sebagai metode survei karena membutuhkan data yang banyak yang berasal dari berbagai survei.

Data yang dibutuhkan oleh suatu tabel I-O memang banyak dan beragam macamnya, misalnya data mengenai output, input antara yang dihasilkan atau yang digunakan oleh berbagai kegiatan ekonomi, data mengenai impor input antara, data mengenai impor pengeluaran konsumsi rumahtangga, data mengenai pengeluaran pemerintah, data mengenai Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN), data mengenai investasi, data struktur produksi dalam menghasilkan output, data mengenai pajak tidak langsung dan subsidi, dan sebagainya.  Data ini tidak dapat diperoleh dari data statistik yang dikumpulkan oleh, misalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) saja karena data BPS tidak cukup rinci untuk mengakomodasi semua kebutuhan data suatu tabel I-O.  Oleh karena itu, ketersediaan data perlu dibantu dengan menggunakan data lainnya, misalnya yang barasal dari berbagai Kementerian, lembaga-lembaga ekonomi lainnya, atau dengan melaksanakan berbagai kegiatan survei untuk memperkirakan berbagai macam data yang dibutuhkan.  Metode panjang (long-way) atau metode survei ini digunakan oleh BPS dalam pelaksanaan penyusunan tabel I-O Indonesia setiap 10 tahun sekali karena penyusunan tabel I-O tersebut ingin mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia menurut waktunya.

Secara singkat, tahap-tahap penyusunan tabel I-O dengan menggunakan metode panjang (long-way) atau metode survei adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.2).  Tahap awal adalah merencanakan keseluruhan bentuk tabel I-O.  Tahap ini berkaitan dengan masalah klasifikasi tabel I-O, ketersediaan data, dan tahun rujukan (reference year).  Oleh karena itu, hal yang menjadi penting pada tahap ini adalah mempelajari berbagai sumber data yang tersedia untuk menyusun tabel I-O, yang disesuaikan dengan tahun rujukan (reference year) yang akan diacu penyusunannya, misalnya tahun 2020. Pada tahap-tahap ini, pemanfaatan data yang sudah tersedia, misalnya yang tersedia di Badan Pusat Statistik (BPS) atau di berbagai Kementerian, perlu dioptimalkan.  Disamping itu, pemikiran mengenai pelaksanaan berbagai survei untuk menunjang penyusunan tabel I-O yang dihubungkan dengan klasifikasi tabel I-O yang akan dibangun perlu juga dipertimbangkan.

Dari tahap ini, rancangan klasifikasi awal tabel I-O sudah dapat ditentukan. Klasifikasi mempunyai tujuan untuk mengelompokkan berbagai kegiatan ekonomi yang sangat beragam menjadi kelompok-kelompok kegiatan ekonomi atau produk-produk yang dapat dipisah-pisahkan secara jelas.  Pemisahan klasifikasi dapat dilakukan, misalnya, berdasarkan kesamaan proses produksi dalam menghasilkan suatu produk; atau kesamaan mengenai produk yang dihasilkan; atau untuk memunculkan suatu kegiatan ekonomi atau produk yang memiliki nilai strategis atau memiliki peran yang dominan di suatu negara atau suatu wilayah sehingga perlu ditampilkan secara khusus. 

Sebagai contoh, klasifikasi tabel I-O Indonesia yang disusun oleh BPS, pemilahan kegiatan-kegiatan pertanian dan kegiatan pertambangan dilakukan atas dasar konsep kelompok kesamaan produk yang dihasilkan, sehingga dengan demikian klasifikasi kedua kegiatan ekonomi tersebut pada tabel I-O Indonesia adalah klasifikasi produk, misalnya padi, jagung, tembaga, nikel, dan sebagainya. Klasifikasi kegiatan industri pengolahan dilakukan atas dasar konsep kesamaan proses produksi, sehingga dengan demikian klasifikasi kegiatan industri lebih dekat  kepada konsep kesamaan kegiatan produksi, misalnya industri makanan dan minuman yang menghasilkan produk-produk makanan dan minuman, industri otomotif yang menghasilkan mobil atau kendaraan motor lainnya, industri kimia yang menghasilkan barang-barang kimiawi, dan sebagainya. Untuk kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, kecuali kegiatan pemerintahan, klasifikasi dilakukan dengan mengikuti konsep kegiatan produksinya, misalnya pada kegiatan konstruksi atau bangunan yang menjelaskan kegiatan produksi yang menghasilkan konstruksi atau bangunan, kegiatan perdagangan yang menghasilkan jasa marjin perdagangan, dan kegiatan pengangkutan yang menghasilkan jasa marjin pengangkutan. Untuk kegiatan pemerintahan, dasar klasifikasi yang digunakan adalah konsep kelembagaan, yaitu kelembagaan pemerintahan yang memberikan jasa administrasi pemerintahan kepada masyarakat.

Namun, sebagai dasar (referensi) utama dalam upaya melakukan klasifikasi berbagai kegiatan ekonomi, beberapa panduan baku (standard manuals) yang sudah tersedia dapat digunakan, misalnya Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang mendasarkan kepada klasifikasi baku International Standard for Industrial Classification (ISIC), Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI) yang mendasarkan kepada klasifikasi baku Central Product Classification (CPC).

Penentuan klasifikasi, tidak saja dibutuhkan dalam penyusunan tabel I-O sebagai dasar pengolahan data, tetapi juga berguna untuk berbagai tujuan analisis yang ingin dilaksanakan karena, dengan menggunakan tabel I-O, dampak dari suatu kegiatan ekonomi terhadap perkembangan ekonomi nasional atau wilayah atau sebaliknya tidak akan dapat diketahui kalau kegiatan ekonomi tersebut tidak berdiri sendiri dalam suatu klasifikasi. Disamping itu, melalui klasifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi dapat juga dipelajari berbagai jenis barang dan jasa (produk), skala prioritas, peranan, teknologi pembuatan dan kegunaannya, yang dihubungkan dengan perekonomian (nasional atau wilayah). Bahkan klasifikasi yang lebih rinci akan memungkinkan pengenalan anatomi fisik yang lebih mendalam terhadap berbagai barang dan jasa (produk) yang dihasilkan.  Disamping itu, konversi dari suatu sistem ke sistem lainnya, misalnya dari HS (Harmonaized System) ke SNN (atau System of National Accounts), dilakukan melalui klasifikasi.

Dengan demikian, klasifikasi tabel I-O harus merupakan suatu klasifikasi yang lengkap dan jelas, dengan pengertian bahwa klasifikasi harus mencakup seluruh produk (barang dan jasa) serta kegiatan-kegiatan ekonomi yang ada atau terdapat di negara atau wilayah bersangkutan, baik yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi domestik maupun luar negeri tetapi beroperasi di dalam teritorial negara atau wilayah bersangkutan.  Dengan demikian, tidak terdapat penafsiran ganda terhadap ruang lingkup dan cakupan produk atau kegiatan-kegiatan ekonomi yang terdapat di negara atau wilayah bersangkutan.

Setelah klasifikasi tabel I-O dapat ditentukan, tahap berikutnya yang perlu dilakukan adalah membuat rencana tabulasi terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber yang diperkirakan akan digunakan untuk membangun tabel I-O, baik data yang dibutuhkan untuk mengisi sel-sel tabel I-O secara umum, seperti output; atau data yang secara khusus dibutuhkan untuk mendukung tabel I-O, misalnya matrik impor terhadap input antara atau permintaan akhir.

Setelah itu, tahap pengumpulan data dan penyelanggaraan berbagai survei yang dibutuhkan sudah dapat dimulai. Akan tetapi, jika ternyata data yang diperoleh dalam pelaksanaan pengumpulan data tidak sesuai dengan klasifikasi tabel I-O yang direncanakan, maka klasifikasi tabel I-O tersebut dapat direvisi untuk disesuaikan dengan ketersediaan data dari hasil pengumpulan data atau/dan penyelenggaraan survei-survei pendukung.

Tahap berikut setelah ini adalah melakukan proses penyusunan tabel I-O yang melibatkan banyak tenaga staf penyusun tabel I-O yang kompeten yang tidak hanya memahami tabel I-O, tetapi juga memahami bidangnya masing-masing mengenai kegiatan produksi, misalnya, yang memahami kegiatan produksi pertanian, pertambangan, industri, dan sebagainya, dan juga mengenai berbagai kebijakan ekonomimakro yang dilakukan terhadap suatu kegiatan produksi tertentu, misalnya mengenai pajak, subsidi, dan sebagainya di suatu negara.  Proses ini dapat merupakan proses adu-debat antar tenaga staf yang menangani masing-masing kegiatan ekonomi atau produk jika terjadi permintaan perubahan terhadap ‘hasil’ yang sudah diperoleh oleh masing-masing penanggungjawab kegiatan ekonomi atau produk.  Misalnya,  pada siklus awal (siklus ke-1) telah ditentukan besarnya output yang dihasilkan oleh suatu kegiatan produksi tertentu, dan penentuan ini telah menghasilkan kondisi yang seimbang dilihat dari sisi demand dan supply atau dari sisi output dan struktur input kegiatan produksi tersebut.  Ternyata data lain yang diperoleh dari sumber lain menyatakan bahwa output kegiatan produksi tersebut ‘dianggap’ masih kurang banyak untuk dapat menampung permintaan terhadap input antara yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan produksi lainnya dari kegiatan produksi tersebut.  Dengan demikian, perlu melakukan ‘penambahan’ terhadap output kegiatan produksi bersangkutan, dan juga terhadap output kegiatan-kegiatan produksi lainnya.  Proses ini membutuhkan adu-debat antar tenaga staf penanggungjawab masing-masing kegiatan ekonomi atau produk, dan masing-masing penanggungjawab kegiatan produksi atau produk akan mempertahankan ‘hasil’ yang diperoleh berdasarkan argumentasi atau alasan-alasan masing-masing, misalnya berdasarkan data yang diperoleh, kebijakan ekonomi makro secara eksplisit terhadap data tersebut, dan sebagainya.  Jika adu-debat tersebut dapat diselesaikan dan diterima dengan baik oleh semua pihak, maka proses rekonsiliasi dilakukan terhadap tabel I-O siklus ke-1 sehingga menghasilkan tabel I-O siklus ke-2.  Pada tahap berikutnya, keadaan yang serupa dapat terjadi lagi untuk kasus produk atau kegiatan ekonomi yang lain. Dengan demikian, perlu dilakukan rekonsiliasi terhadap kegiatan produksi bersangkutan, dan juga terhadap kegiatan-kegiatan produksi lainnya, sehingga tabel I-O siklus ke-2 perlu diperbaiki menjadi tabel I-O siklus ke-3.  Demikian seterusnya sampai mencapai proses siklus ke-n, dimana siklus terakhir (siklus ke-n) menghasilkan tabel I-O dalam kondisi keseimbangan (equilibrium) secara keseluruhan, misalnya mengenai output dan input, serta mengenai demand dan supply pada tabel I-O yang disusun.



B.  Metode Pendek (short-cut).


Metode kedua adalah metode pendek (short-cut) atau biasa juga disebut sebagai metode bukan-survei (non-survey method).  Metode ini tidak melakukan penyusunan tabel I-O seperti metode panjang (long-way), tetapi menggunakan tabel I-O yang tersedia, misalnya tabel I-O Indonesia tahun 2010, untuk menyusun suatu tabel I-O yang baru, misalnya tabel I-O Indonesia tahun 2013, dengan cara melakukan proses updating, yaitu memperbaharui (updated) dengan menggunakan data terbaru yang tersedia tetapi terbatas dengan tetap menggunakan koefisien-koefisien input yang sama karena diasumsikan bahwa tidak terdapat perubahan teknologi selama suatu tahun dengan tahun yang lain, misalnya selama 2010-2013; atau dapat juga dengan melakukan perbaikan terhadap koefisien-koefisien input berdasarkan data atau informasi terakhir yang diterima. 



Gambar 7.1
Alur Penyusunan Tabel I-O

Untuk melakukan proses updating, metode RAS, yaitu suatu metode untuk melakukan proses pembaharuan terhadap tabel I-O awal (tahun 2010) menjadi tabel I-O yang diperbaharui (tahun 2013), dapat digunakan.  Metode RAS yang digunakan dapat merupakan:
a.      Metode RAS murni, yaitu menggunakan koefisien input pada tabel I-O lama, tanpa mengubahnya, untuk menghasilkan tabel I-O yang baru.  Biasanya, yang diperbaharui adalah nilai-nilai kuadran 2 (permintaan akhir), dan melakukan proses iterasi terhadap kuadran 1 dan kuadran 3.
b.      Metode modified RAS, yaitu memperbaharui suatu atau beberapa koefisien input kegiatan produksi tertentu berdasarkan data yang diperoleh atau studi yang tersedia, dan kemudian melakukan proses iterasi terhadap kuadran 1 dan kuadran 3 setelah data kuadran 3 (permintaan akhir) diperbaharui.[1]


[1]Lihat, misalnya, Miller dan Blair (1985) untuk memahami metode RAS lebih lanjut. 


TABEL INPUT-OUTPUT: Penyajian Tabel


#6 Penyajian Tabel Input-Output

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu tabel I-O sebenarnya terdiri dari 4 (empat) kuadran, yaitu kuadran I merupakan kuadran input antara (intermediate inputs) atau kuadran konsumsi antara (intermediate consumptions), kuadran 2 merupakan kuadran permintaan akhir (final demands) atau konsumsi akhir (final consumptions), kuadran 3 merupak kuadran nilai tambah (value added) atau kudaran input primer (primary inputs), dan kuadran 4 merupakan kuadran keterkaitan nilai tambah dengan permintaan akhir (interrelated between value added and final demands).  Tetapi buku ini hanya mengenalkan suatu tabel I-O dengan menggunakan 3 (tiga) kuadran saja, yaitu kuadran 1, 2, dan 3, mengikuti tabel I-O yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Paling tidak, suatu tabel I-O dapat disusun dengan menggunakan kombinasi dari 4 (empat) bentuk susunan berikut, yaitu:
  1. Tabel I-O model impor bersaing (competitive import Input-Output model) atau biasa juga disebut sebagai tabel I-O transaksi total,
  2. Tabel I-O model impor tidak-bersaing (non-competitive import Input-Output model) atau biasa juga disebut sebagai tabel I-O transaksi domestik,
  3. Tabel I-O atas dasar harga pembeli atau harga konsumen,
  4. Tabel I-O  atas dasar harga produsen.



                                                                
Suatu tabel I-O model impor kompetitif (competitive import Input-Output model) merupakan suatu tabel I-O yang menyajikan berbagai transaksi yang terjadi pada perekonomian suatu negara dengan menyajikan transaksi-transaksi ekonomi yang menggunakan produk-produk domestik dan produk-produk impor digabung bersama atau disajikan secara total.  Oleh karena itu, bentuk tabel I-O seperti ini disebut juga sebagai tabel I-O transaksi total.

Sebaliknya, suatu tabel I-O model impor tidak-bersaing (non-competitive import Input-Output model) merupakan suatu tabel I-O yang menyajikan berbagai transaksi yang terjadi pada perekonomian suatu negara dengan menyajikan transaksi-transaksi ekonomi yang menggunakan produk-produk domestik terpisah dari produk-produk impor.  Bentuk tabel I-O seperti ini disebut juga sebagai tabel I-O transaksi domestik.

Suatu tabel I-O atas dasar harga pembeli atau harga konsumen (at consumer’s prices) merupakan suatu tabel I-O yang menyajikan berbagai transaksi yang terjadi pada perekonomian suatu negara atas dasar harga konsumen; artinya marjin perdagangan dan biaya transaksi masih termasuk dalam harga produk-produk yang digunakan, baik sebagai input antara atau permintaan akhir. Implikasi dari penggunaan bentuk tabel I-O seperti ini adalah kegiatan perdagangan dan kegiatan transportasi tidak dapat dicantumkan dalam tabel I-O karena tidak memiliki informasi atau data untuk ditampilkan.

Suatu tabel I-O atas dasar harga produsen (at producer’s prices) merupakan suatu tabel I-O yang menyajikan berbagai transaksi yang terjadi pada perekonomian suatu negara atas dasar harga produsen; artinya, marjin perdagangan dan biaya atau marjin transportasi yang terdapat dalam harga produk-produk yang digunakan, baik sebagai input antara atau permintaan akhir, sudah dikeluarkan atau dipisah dari harga konsumen atau harga pembeli. Implikasi dari penggunaan bentuk tabel I-O seperti ini adalah kegiatan perdagangan dan kegiatan transportasi dapat dicantumkan dalam tabel I-O karena sudah memiliki informasi atau data untuk ditampilkan. 

Idealnya, suatu tabel I-O lebih baik ditampilkan dalam bentuk transaksi domestik atas dasar harga produsen (non-competitive import Input-Output model at producer’s prices) karena lebih informatif dan lebih banyak perangkat-perangkat analisis I-O dapat digunakan terhadap bentuk tabel I-O seperti ini.

Tabel 6.1 dan tabel 6.2 berikut masing-masing menyajikan contoh tabel I-O transaksi total atas dasar harga produsen dan tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen.  Perbedaan kedua tabel tersebut adalah terutama mengenai adanya baris impor pada tabel I-O transaksi domestik atas dasar harga produsen (tabel 6.2); yang tidak terdapat pada tabel I-O transaksi total atas dasar harga produsen (tabel 6.1).

                                                            Tabel 6.1
                     Tabel I-O Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen
                                             Tahun 20XX (Rp Miliar) 

*Setelah dikurangi impor
  Sumber: BPS (1995) dengan beberapa modifikasi 


Pada tabel 6.1, semua input antara dan permintaan akhir atau konsumsi akhir yang berasal dari impor tergabung dalam masing-masing kuadrannya (kuadran I dan kuadran III).  Artinya, besarnya input antara yang ditunjukkan oleh kuadran I adalah termasuk input antara yang berasal dari produk-produk domestik dan juga dari produk-produk impor.  Demikian juga untuk permintaan akhir, besarnya permintaan akhir yang ditunjukkan oleh kuadran III adalah semua permintaan akhir terhadap produk-produk domestik dan juga terhadap produk-produk impor.

Sedangkan pada tabel 6.2, semua impor sudah dipisahkan dari kuadran I (input antara) dan dari kuadran III (permintaan akhir), dan disajikan secara tersendiri pada baris impor.  Dengan penyajian seperti ditunjukkan oleh tabel 6.2, besarnya impor untuk masing-masing input antara dan untuk permintaan akhir dapat diketahui (lihat tabel 6.2).

Tabel 6.2
Tabel I-O Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Tahun 20XX (Rp Miliar)

*Tidak termasuk impor karena seluruh impor sudah dipisahkan tersendiri
  Sumber: BPS (1995) dengan beberapa modifikasi 

Dari cara penyajian seperti ini, salah satu analisis yang dapat dilakukan dengan menggunakan tabel I-O adalah untuk menunjukkan besarnya ketergantungan impor (import contents), baik mengenai struktur produksi (analisis terhadap kuadran I mengenai input antara), maupun mengenai permintaan akhir (analisis terhadap kuadran III mengenai permintaan akhir).  Misalnya, kegiatan produksi 1 menggunakan sekitar 8,18 persen (import content) dalam proses produksinya, yaitu impor input antara sebesar Rp 902 miliar dibagi dengan total input antara (Rp 1.789 miliar + Rp 4.909 miliar + Rp 3.423 miliar + Rp 902 miliar); sedangkan import content permintaan akhir adalah 9,88 persen, yaitu impor permintaan akhir sebesar Rp 25.772 miliar dibagi dengan total permintaan akhir (Rp 36.639 miliar + Rp 115.239 miliar + Rp 83.262 miliar + Rp 25.772 miliar).[1]




[1]Analisis import contents seperti ini akan dibahas kembali nanti pada bagian analisis deskriptif dengan menggunakan tabel Input-Output.


TABEL INPUT-OUTPUT: Klasifikasi

#5 Klasifikasi Tabel Input-Output


Tabel I-O merupakan suatu sistem data yang menyajikan data perekonomian suatu negara atau daerah secara menyeluruh atau komprehensif.  Dengan demikian, suatu tabel I-O mampu menjelaskan kinerja ekonomi secara umum dan juga secara spesifik dari berbagai kegiatan ekonomi di negara atau daerah bersangkutan, khususnya mengenai keterkaitan antar kegiatan-kegiatan ekonomi di negara atau daerah tersebut.



Pada  dasarnya, barang dan jasa atau komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi dapat terdiri dari berbagai jenis dan dihasilkan dalam bentuk fisik yang berbeda.    Oleh karena itu, dalam suatu tabel I-O perlu dilakukan kesamaan satuan ukuran dari berbagai macam barang dan jasa yang dihasilkan, dan pada kasus ini disepakati untuk menggunakan satuan moneter yang sama.  Satuan ukuran barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia dalam tabel I-O Indonesia dicatat dalam satuan nilai mata uang Indonesia, yaitu rupiah Indonesia.

Karena sedemikian banyaknya barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi, maka dalam penyusunan suatu tabel I-O dibutuhkan juga suatu klasifikasi barang dan jasa yang dihasilkan termasuk barang dan jasa (komoditi-komoditi) yang digunakan sebagai input antara atau konsumsi akhir.  Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa untuk menyusun klasifikasi ini, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) Indonesia dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia (KBKI) telah digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menyusun klasifikasi tabel I-O Indonesia. 

Tabel 5.1 berikut menyajikan suatu klasifikasi tabel I-O Indonesia 2008 yang berukuran 66x66 (tabel I-O Indonesia yang simetris).  Dengan demikian, klasifikasi yang disajikan pada contoh ini adalah 66 klasifikasi sektor atau kegiatan ekonomi.[1]


                                                      Tabel 5.1
                        (Contoh) Klasifikasi 66 Kegiatan Ekonomi
                                      Tabel I-O Indonesia 2008 


Kode I-O
Kegiatan Ekonomi/Komoditas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
180
190
200
Padi
Tanaman Kacang-kacangan
Jagung
Tanaman Umbi-umbian
Sayur-sayuran dan buah-buahan
Tanaman bahan makanan lainnya
Karet
Tabu
Kelapa
Kelapa sawit
Tembakau
Kopi
Teh
Cengkeh
Hasil tanaman serat
Tanaman perkebunan lainnya
Tanaman lainnya
Peternakan
Pemotongan hewan
Unggas dan hasil-hasilnya
Kayu
Hasil hutan lainnya
Perikanan
Penambangan batu bara dan bijih logam
Penambangan minyak, gas, dan panas bumi
Penambangan dan penggalian lainnya
Industri pengolahan dan pengawetan makanan
Industri minyak dan lemak
Industri penggilingan padi
Industri tepung segala jenis
Industri gula
Industri makanan lainnya
Industri minuman
Industri rokok
Industri pemintalan
Industri tekstil, pakaian, dan kulit
Industri bambu, kayu, dan rotan
Industri kertas, barang dari kertas dan karton
Industri pupuk dan pestisida
Industri kimia
Pengilangan minyak bumi
Industri barang karet dan plastik
Industri barang-barang dari mineral bukan logam
Industri semen
Industri dasar besi dan baja
Industri logam dasar bukan besi
Industri barang dari logam
Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
Industri alat pengangkutan dan perbaikannya
Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun
Listrik, gas, dan air bersih
Bangunan
Perdagangan
Restoran dan hotel
Angkutan kereta api
Angkutan darat
Angkutan air
Angkutan udara
Jasa penunjang angkutan
Komunikasi
Lembaga keuangan
Real estate dan jasa perusahaan
Pemerintahan umum dan pertahanan
Jasa sosial kemasyarakatan
Jas lainnya
Kegiatan yang tidak jelas batasannya
Jumlah permintaan antara
Jumlah input antara
Input antara impor
201
202
203
204
205
209
210
Upah dan gaji
Surplus usaha
Penyusutan
Pajak Tidak Langsung
Subsidi
Nilai tambah bruto
Total Input
301
302
303
304
305
306
309
310
401
402
403
404
405
409
501
502
503
509
600
700
Pengeluaran konsumsi rumahtangga
Pengeluaran konsumsi pemerintah
Pembentukan modal tetap bruto
Perubahan inventori
Ekspor barang
Ekspor jasa
Jumlah permintaan akhir
Total permintaan
Impor barang
Pajak penjualan
Bea masuk
Impor jasa
Subsidi impor BBM
Jumlah impor
Marjin perdagangan besar
Marin perdagangan eceran
Biaya pengangkutan
Jumlah marjin perdagangan dan biaya pengangkutan
Total output
Total penyediaan


[1]Besarnya klasifikasi suatu table Input-Output tergantung kepada kebutuhan analisis dan ketersediaan data.  Klasifikasi tabel I-O Indonesia 2008 yang lebih rinci dari 66 klasifikasi adalah 175 klasifikasi.