Senin, 04 Juli 2011

Tahu Diri


Ada orang yang tahu diri dan ada orang yang tidak tahu diri.

Ada baiknya menjadi orang yang tahu diri.
Setidaknya itu memudahkan orang lain, sehingga tidak perlu repot mengingatkan mereka.

Tapi kadang terlalu tahu diri hanya akan mempertebal tembok antara dia dan dunia luar sehingga dia hanya tahu dirinya sendiri, sampai akhirnya dia benar-benar lupa diri.

Ada baiknya menjadi orang yang tidak tahu diri. Dia akan mendapati orang-orang disekitarnya memberikannya peringatan-peringatan. Asal dia punya ilmu untuk menyerapnya, maka dia akan pintar bela diri.
Read More

KISAH IBU BERMATA SATU


Alkisah, tersebutlah seorang ibu miskin bermata satu yang tinggal bersama putra tunggalnya di sebuah gubuk sederhana. Untuk menghidupi dan menyekolahkan anaknya, sang ibu menjual makanan dana menerima pesanan. Suatu hari sekolah tempat anaknya belajar memesan makanan untuk guru-guru. Ketika mengantar makanan ke sekolah, sang ibu menyempatkan diri untuk melihat anaknya. Dengan penuh sukacita, ibu menyapa anaknya yang sedang bermain dengan teman-temannya.

Segera ibu tersebut menjadi pusat perhatian anak-anak. Bahkan sebagian ada yang mengejek dan menertawakannya. Anak tersebut menjadi sangat malu, ia lalu mengacuhkan dan lari meninggalkan ibunya.

Sepulang sekolah, anak itu langsung menemui ibunya dan bertanya, “ Mengapa ibu ke sekolah dan mengapa ibu memepermalukanku?”
Ibu tidak bisa menjawab, ia hanya meneteskan airmatanya dan terdiam. Namun putranya tidak merasa iba karena marah.

“Kalau ibu hanya bisa membuatku malu, kenapa ibu tidak lenyap saja dari muka bumi ini?”
Kata-kata putranya itu semakin membuat air mata ibu menderas. Putranya pergi sambil membanting pintu.

Hari demi hari rasa benci sang anak tak pernah berkurang. Tekad telah dibulatkan, setelah lulus sekolah dia akan pergi dari rumah dan mencari kehidupannya sendiri. Karena kecerdasannya, sang anak berhasil mendapatkan beasiswa dari luar. Anak tersebut berhasil membuktikan kecerdasannya, dia lulus dengan peringkat terbaik. Tak ayal banyak perusahaan yang berebutan untuk mendapatkannya. Dia akhirnya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar.
Setelah punya rumah dan mobil, tak lama kemudian sang anak menikah kemudian mempunyai anak. Ibu hanya mendengar kisah keberhasilan anaknya dari gunjingan tetangga. Betapa mereka sangat mengasihani si ibu karena mempunyai anak durhaka, yang tidak pernah menengok ibunya. Padahal ia kaya, tapi ibunya dibiarkan sakit-sakitan di gubuk reot. Si ibu menyanggah semua itu, dia mengaku memang melarang anaknya untuk datang. Sebaliknya si Ibu lah yang sering disuruh singgah di rumah besarnya. Tapi tentu saja para tetangga tidak percaya begitu saja.

Karena begitu seringnya tetangga mencecarnya, tidak terasa rasa rindu yang selama ini terpendam meluap sudah. Dengan penuh semangat ia mendatangi rumah anaknya itu.
Ketika ia berdiri di depan pintu anak-anak menertawakannya, bahkan salahsatu dari kedua cucunya itu mengejek matanya yang hilang. Sang anak langsung keluar melihat sumber kericuhan. Begitu tahu kalau yang membuat kericuhan itu adalah ibunya, tanpa ragu dia mengusir ibunya pergi. “Belum cukup kau mengahncurkan masa kecilku? Apakah sekarang kau datang untuk menghancurkan seluruh masa depanku. Pergi kau dari sini! Aku tidak mau melihatmu lagi! Kau begitu keras kepala. Tidak heran ayahku tidak tahan padamu dan mati duluan. Padahal kalau dia masih hidup mungkin kita tidak miskin seperti itu.”

Bagai disayat sembilu, hati ibu begitu sakit. Dan diapun pulang dengan penuh kesedihan.
Waktu berlalu. Suatu hari pria itu menerima undangan reuni di kampung halamannya. Sebenarnya dia tidak ingin sama sekali pergi ke kampung itu. Dia benar-benar ingin meninggalkan jejak buruknya di masa lalu. Tapi, karena dia mulai ikut melakukan kegiatan politik yang menuntut untuk berhubungan dengan orang banyak terpaksa ia datang. Saat dia memasuki kampun halamannya, dia melihat begitu banyak orang berkerumun di depan gubuk tua milik ibunya. Hanya karena ingin tahu dia melongok ke dalam dan mendapati bahwa ibunya telah meninggal. Tanpa perasaan gundah dia hanya berkata bahwa memang sudah seharusnya wanita tua seperti ibunya itu mati. Karena kalau hidup pun hanya menyusahkan orang saja. Sakit-sakitan dan ingin diperhatikan.

Ketika dia akan pergi meninggalkan gubuk itu. Seorang tetangga memanggil untuk mendengarkan surat wasiat di ibu. Dengan enggan iapun kembali masuk. Tetua masayarakat kampung itu mulai membacakan surat wasiat si ibu.

“Saya tidak yakin bahwa surat ini akan dibaca oleh siapapun. Karena agaknya, satu-satunya harapanku, yaitu putraku, pun tidak mungkin kupaksa untuk membaca surat ini.
Walaupun kenyataannya surat ini hanya akan tertiup angin, terinjak-injak begitu saja, terhempas ke bibir pantai, dan yang membacanya pun tidak mengenalku, aku tidak peduli. Aku hanya ingin bersaksi, bahwa kalian semua salah. Anakku tidak seburuk yang kalian sangka. Semua perlakuannya kepadaku memang pantas dia lakukan, karena dia tidak tahu. Sejak kecil dia adalah anak yang cerdas dan lincah. Dia suka mencoba hal baru meskipun itu berbahaya.

Suatu hari dia sedang mencoba bola baru yang dibawa ayahnya. Tapi tiba-tiba bola itu menggelinding ke tengah jalan, tanpa ragu dia berlari mengejarnya. Suamiku melihat sebuah kereta kuda yang berlari kencang ke arah anakku, dia berlari mencoba menahannya. Tapi nasib berkata lain, suamiku tewas terinjak kuda yang tidak bisa ditahan lajunya, dan anakku tertusuk matanya oleh serpihan-serpihan kereta yang hancur.

Aku sedih karena kehilangan suamiku tapi aku tidak mau anakku sedih karena kehilangan matanya. Maka aku putuskan untuk memberikan satu mataku untuknya. Jika aku menjadi buruk rupa karena mataku cuma satu itu bukan salahnya, tapi itu salahku. Kalaupun aku bisa mnyerahkan nyawaku tentu aku juga akan memberikannya pada suamiku. Jika kemudian dia memarahiku karena memberikan kehidupan yang hina dina pun aku tidak akan marah padanya. Karena cuma itu yang aku punya.

Sampaikan pada anakku, bahwa aku akan bersamanya, selalu. Dan aku minta maaf untuk itu.”

Si anak hanya bisa memegang matanya. Ya, ibu akan terus hidup bersamanya selalu. Bukan hanya dalam rongga matanya, namun juga dalam rongga dadanya.
Read More

PELAJARAN DARI BIJI KOPI

Akhir-akhir ini ibu memperhatikan tingkah laku putri remajanya yang sedikit lain dari biasa. Kegelisahan sangat jelas dari bahasa tubuhnya. Ibu mencoba untuk memperlakukan sang putri sebagai orang yang dewasa. Ia tidak berusaha untuk menanyakan apa yang mengganjal perasaan putrinya tersebut. Ia percaya sang putri bisa mencari jalan keluarnya sendiri.

Tidak tahan dengan perlakuan sang Ibu, putrinya itu pun langsung menumpahkan semua keluh kesahnya. Tanpa memotong Ibu hanya mendengarkan dan mendengarkan.

“Kok, Ibu diam saja sih? Aku kan sudah menceritakan semuanya. Jadi menurutmu Aku harus bagaimana?” tanya putrinya penuh ketidak puasan.

Ibu tersenyum. Tanpa banyak bicara Ia bangkit dari kursinya dan menarik tangan putrinya ke dapur.

Ibu mengambil tiga panci dan mengisinya dengan air. Dibiarkannya air itu mendidih dan memasukan wortel, telur dan biji kopi masing-masing pada satu panci.
Setelah semua matang, diletakkan ketiga benda matang tadi ke atas piring. Ia menyuruh putrinya mendekat.” Coba katakan apa yang kamu lihat?”

“Wortel, telur dan kopi”

Ibu mengangguk, lalu dia menyuruh putrinya untuk mencicipi semuanya. Walau penuh rasa heran ia melakukan apa yang diperintahkan ibunya. “Apa maksudnya, Bu?”

“Sayang, ketiga benda itu menghadapi kondisi yang sama: air mendidih. Tapi masing-masing memberikan reaksi yang berbeda. Wortel yang keras, menjadi lunak. Telur rapuh dengan kulit tipis dan isi yang cair, sesudah kena air panas, kulitnya tetap rapuh tapi isinya menjadi keras. Hebatnya kopi justru mengubah air sedangkan bentuknya sendiri tetap sama.”

“Ibu ingin aku memilih seperti apa aku dalam menghadapi masalah-masalahku?” tanya sang putri sambil memegangi tangan Ibu. Ibu mengangguk.

Hidup tidak pernah mudah bagi siapapun. Baik bagi yang kaya, yang miskin, yang cantik, yang jelek. Semua tergantung bagaimana kita bereaksi. Apa kita menjadi lemah setelah menghadapi kesulitan. Atau hati kita malah menjadi keras dan beku, namun tetap mudah terluka. Atau kita bisa mengubah kemalangan yang menerpa,sehingga menjadikan situasi disekitar kita menjadi lebih baik. Seperti kopi yang malah mengeluarkan aroma dan cita rasanya ketika dia terkena air mendidih.




ini jelas bukan kisah original, ini adalah cuplikan dongeng yang pernah tersiar lewat kabar yang sempat membekas dihati..mohon dimaafkan bila disimpan dalam blog ini, sekedar membagi inspirasi. IS that OK?
Read More

Minggu, 03 Juli 2011

Cerita Sedih dari Jengis Khan


Suatu hari yang cerah disekitar abad ke-13, hari itu adalah hari berburu sanag raja yang terkenal dengankeberaniannya itu. Diikuti para sahabat dan prajuritnya yang setia raja menunggang kuda dengan riang gembira. Dipergelangan tanggan raja bertenggerlah seekor rajawali kesayangannya. Elang itu sudah terlatih untuk mengintai mangsa dengan mata yang tajam. Bila dia melihat mangsa maka ia akan menukik tajam dan menyerangnya seperti anak panah.

Tidak seperti biasanya tidak nampak tanda-tanda mangsa yang bisa diburu. Cuaca hari itu memang sangat terik. Setelah hampir seharian mencari, akhirnya rombongan memutuskan untuk pulang. NAmun Khan memisahkan diri dari rombongan. Khan mempunyai kebiasaan untuk memilih jalan yang berputar. Kebiasaan inilah yang membuatnya hafal tiap jengkal hutan.
Setelah seharian berburu, ternyata persediaan air minumpun habis, tak disadari saat melihat genangan air, Khan teringat akan rasa hausnya. Dengan perlahan-lahan ia mendatangi air tersebut, ternyata airnya terus menguap sehingga tidak bisa diraup. Akhirnya Khan memutuskan untuk menadah tetesan air yang jatuh dari tebing batu.

Dengan sabar Khan menunggu gelas perak yang dibawanya dipenuhi air. Ketika cangkir hampir penuh, dan rasa haus sudah mencekat tenggorokan, Khan mendekatkan cangkir ke mulutnya. Hampir saja rasa hausnya lenyap, jika sang rajawali tidak mengibaskan sayapnya. Cangkir itu jatuh dan airnya tumpah lalu menguap. Khan menggeram, namun ia mulai menadahkan lagi cangkirnya, kali ini ia tidak cukup sabar untuk menunggunya sampai penuh. Lagi-lagi rajawali menukik dan menyambar, membuat cangkir itu klembali jatuh. Khan sangat marah, dan bersumpah akan mematahkan lehar rajawali itu kalau dia sampai tertangkap. Kali ini Khan menadahkan kemablai cangkirnya, namun kali ini dia telah siap menghunuskan pedangnya.Sudutmatanya mengawasi gerak-gerik rajawali itu. Ketika si rajawali kermbali menukik, dengan sigap diayunkannya pedang itu, dan bress...kepala rajawalipun jatuh dikaki Khan penuh lumuran darah.

“Itulah hukuman bagi siapapun yang tidak bisa senang dengan kesenangan orang lain.”
Dengan kesal ditendangnya bangkai rajawali itu. Tanpa sengaja ternyata cangkirnya pun ikut tertendang, jatuh ketempat yang tidak bisa dijangkaunya. Khan memanjat tebing mencari sumber tetesan air, karena sekarang ia tidak punya cangkir untuk menadah tetasan air. Sesampainya diatas dia berhasil menemukan genangan mata air yang jernih. Namun, bukan kesenangan yang dirasakan Khan, karena disana diapun melihat bangkai seekor ular berbisa yang racunnya sangat berbahaya.

Khan mematung dan mengingat rajawali kesayangannya yang mati ia tebas di bawah sana.
“Rajawali telah menyelamatkan hidupku, dan aku malah membunuhnya!”
Dengan perasaan galau Khan memasukkan rajawali ke dalam tas berburunya. Ia memacu kudanya agar segera sampai ke istana.

Hari itu Khan mendapatkan pelajaran sedih yang sangat mahal harganya: Jangan pernah melakukan apapun di saat marah.
Read More

"Lomba Lari"

Poster dengan gambar anak laki-laki yang sedang mengacungkan piala membuat mata seorang gadis kecil berbinar-binar. "Aku mau ikut lomba itu" Ia berteriak pada Ibunya sesampainya di rumah. “Bu, hadiahnya hebat. Ada piala yang diikat dengan pita merah-putih, dan yang paling penting ada hadiah sepatunya, persis seperti yang di iklan TV.”

Ibu mengangguk lemah. Hatinya bagai di sayat sembilu. Setelah kepergian suaminya keadaan ekonomi keluarga mereka benar-benar buruk. Hasilnya berdagang kue hanya cukup buat makan. Bukan sekali dua kali putri kecilnya itu minta dibelikan sepatu baru. Namun apalah daya, tangan tak sampai.

Tanpa memperhatikan kepiluan hati ibunya, gadis kecil itu pergi tidur sambil membayangkan sepasang sepatu yang akan dia dapatkan.

"Aku akan pakai sepatu baru! Aku akan jadi pemenang, dan semua orang tidak akan berani menghinaku lagi karena sepatuku yang butut. Lalu banyak anak anak cowok yang akan mengerubutiku bak seorang atlet terkenal. Lalu aku akan menyimpan piala di ruang tamu. Semua orang yang melihatnya pasti akan terkaggum-kagum dengan pialaku". Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Sesekali ia tersenyum membayangkan semua itu hingga akhirnya ia tertidur.
......

Hari yang ditentukan tiba. Sepanjang malam ia sulit memejamkan matanya. Ia terlalu bersemangat untuk menghadapi hari besar tersebut. Hari itu ia bangun lebih pagi, ia mandi dengan terburu-buru. Kemudian dia ia memastikan sepatu putih tuanya terikat dengan kuat. Sepatu terakhir yang diberikan Ayahnya sebelum beliau meninggal.

"Ayah, sepatu ini akan mendampingiku untuk mendapatkan sepatu baru. Ayah doakan aku berhasil..”

Gadis kecil itu tiba di arena pagi-pagi sekali. Suasana masih lengang. Si gadis kecil memanfaatkan waktu itu untuk pemanasan. Bendera kecil yang sudah dipasang dari kemarin melambai-lambai di tiup angin. Tali warna-warni yang membentang membuat suasana semakin tampak menegangkan. Si gadis menunggu dengan tak sabar, hingga tak lama riuh orang memenuhi tempat itu.

Pedagang-pedagang makanan mulai berdatangan dan menjajakan barangnya. Suasana semakin hiruk pikuk. Dan suara panitia mulai terdengar memanggil orang-orang agar berkumpul.
-----
Peserta lomba sudah berkumpul digaris START. Tatapan mata mereka menyorotkan keyakinan yang kuat. Beberapa anak sudah mengeluarkan keringat. Bahkan leher kaos mereka sudah basah kuyup. Hari itu langit cerah sekali, matahari memancarkan sinarnya yang membara, panas membakar semangat para peserta. Tidak terkecuali si gadis kecil itu, walaupun Ibunya tidak mendampingi seperti para peserta lainnya. namun si gadis kecil terus membisikkan semangat dalam dadanya."Kamu harus menang!" kata si gadis kecil dengan suara pelan tapi mantap. Ia memeriksa tali sepatunya sekali lagi.

Tepat jam 8. Pak Lurah mengangkat bendera kuning tanda lomba dimulai.
"Satu, Dua, Tiga..GO!!!"
Si gadis kecil melesat tajam ke depan dengan diikuti oleh 19 gadis lainnya.

Semua orang berteriak, melambai, beberapa diantaranya bahkan melompat. Pedagang-pedagang meninggalkan barang dagangannya demi bisa melihat lebih dekat. Ibu-ibu mulai merangsek masuk ke lintasan. Anak-anak kecil lainnya ikutan masuk ke arena mengejar para pelari yang kian menjauh. Tidak peduli dengan teriakan panitia agar tidak masuk ke arena.

Si gadis kecil terus melesat ke depan. Keringatnya semakin deras. Wajahnya makin merah. 20 pelari berebutan mengambil posisi paling depan. Tak terkecuali si gadis. Satu lawannya berhasil dia lewati, terus satu lagi, terus satu lagi. Tinggal satu pelari di depannya yang bertaut 2 meter.
"Aku pasti menang" kata si gadis kecil dalam hati.Dalam kepalanya terbayang piala berkilauan, sepatu baru dan pelukan bangga sang ibunda. Tenaganya sudah banyak terkuras, dia semakin lelah. Namun dengan terus memakai sisa-sisa tenaga si gadis mengayunkan kaki dan tangannya dengan lebih cepat. Jantungnya berdetak semakin cepat, nafasnya semakin tersengal. "Pufff, dimana kau garis finish?" keluhnya.

"Semangat!, jangan menyerah. kau akan berdiri dipodium bertuliskan angka 1. Lalu Pak Lurah menyerahkan piala, lalu kau mengacungkannya dengan bangga. Semua orang bersorak," bisik hatinya penuh tekad. Si gadis semakin mengayunkan kakinya dengan cepat.

Gadis kecil itu terus berlari dengan semangat. Bayangan sepatu itu terus berkelabat di kepalanya. Semakin dekat garis FINISH, semakin jelas pula bayangan sepatu itu dalam angannya.

Lalu tiba-tiba...

"Nak, sudahlah. Ini ada sepatu untukmu!"

Sebuah teriakan dari arah baris penonton membuyarkan lamunan gadis kecil ini. Ia mencoba untuk mengabaikannya.

Tapi suara itu kembali lagi...
"Nak, Ibu sudah membelikan sepatu seperti yang ada di TV. Warna pink seperti yang kamu mau."

Gadis kecil mulai goyah, itu suara ibu, lalu ia mencari-cari arah suara itu ke kiri dan kanan.
Konsentrasinya mulai terganggu, larinya mulai melambat.

"Disini nak!" Ibu menyorongkan sepasang sepatu pink sambil berteriak.

"Wah, aku bahkan tidak perlu lari lagi demi untuk mendapatkan Sepatu " kata gadis kecil dalam hati.

TIba-tiba 10 meter menjelang garis Finish.
Gadis kecil berbelok demi melihat sepatu yang jauh lebih bagus dari yang diperlombakan itu.
Warnanya Pink, cantik sekali.

Sambil mengambil sepatu itu dari tangan ibunya. lalu dia memeluk erat ibunya dengan perasaan tak menentu.
"Kini kau telah mendapatkan keinginanmu, sekarangkita pulang Nak". Ibu menggandeng putrinya yang masih terengah-engah.

Gadis kecil, senang, tapi sedih, tapi haru tapi bahagia. Argrhhhhh...perasaan yangkacau. Ingin mengucap terimakasih pada ibunya, tapi sekaligus ingin marah. KenapaBu? Kenapa ibu harus memberikanku sepatu disaat aku hampir mendapatkan garis finish?

Tapi gadis kecil tak sampai hati mengucapkan kata-kata itu dari dalam hatinya. Ia tahu itu karena ibunya sayang sekali padanya. Cuma dia masih belum bisa mengerti. Ia hanya berharap jatuh tertidur dan menganggap semua yangterjadi inihanyalah sebuah mimpi.
***

Ibu memandangi wajah putrinya yang lelap tertidur.
"Maaf Nak. Maaf karen aibu tak membiarkanmu berdiri dipodium bertuliskan angka 1.
Tak membiarkanmu menerima piala dengan penuh bangga,
Tak membiarkanmu memakai sepatu baru dari hasil keringatmu sendiri
Tak membiarkanmu menikmati sorak sorai teman-teman.
Itu karen aibu tak ingin kehilanganmu seperti ibu kehilangan ayahmu."

Hari itu akhirnya berakhir.Lomba lari tingkat desa itu di menangkan oleh seorang gadis yang tidak diperhitungkan oleh siapapun. Dia bahkan tidak populer sebelum akhirnya ia menang.Tapi ia berlari dengan komitmen yang lebih kuat dari apapun.

------------------------------------

Kawan,
Banyak dari kita yang hampir di setiap waktu menetapkan target dan kemudian berjalan ke arahnya dengan penuh semangat.
Yakin tidak ada rintangan yang mampu menghalangi kebulatan takad kita.

Tapi tidak kurang dari kita, berbelok, karena sesuatu. Kita menjadi tidak yakin dengan tujuan kita, kita menjadi terlalu banyak memperhitungkan resiko-resiko. Akhirnya kita memilih untuk berhenti, karen akita takut pada resiko yang terburuk. Setelah itu kita menyimpulkan bahwa tempat bagi "IMPIAN" itu adalah tetap di "DUNIA IMPIAN".

Bila kita kembali ke cerita Gadis Kecil dan Lomba Lari.

Gadis Kecil mungkin mendapatkan apa yang diinginkannya. Mungkin lebih.
Tapi ingatlah, si Gadis Kecil tidak pernah Menang!


Read More

Kamis, 30 Juni 2011

NASI Berbahaya!!!

Saat Anda merasa gelisah ketika belum makan NASI, Waspadalah! Hasil riset panjang akhirnya menyerah untuk mengakui bahwa ternyata NASI sangat BERBAHAYA. Anda tidak percaya? Simak point-point penting di bawah ini.

1. Narkoba adalah hal yang paling diperangi saat ini. Narkoba terbukti menyebabkan kecanduan , begitu pula dengan NASI.Hasil survey menunjukkan, 100% responden akan mengeluarkan keringat dingin, rasa yang aneh luar biasa dibagian perut dan sangat lemas jika tidak makan NASI dan teman-temannya, walaupun hanya dalam waktu 24 jam saja.

2. Hasil penelitian pada fosil purba menunjukkan bahwa pada zaman batu dimana belum ada NASI, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan penyakit kronis seperti darah tinggi, diabetes, jantung dan lain-lain.

3. Karena faktor-faktor diatas, maka para dokter melarang KERAS bayi yang baru lahir untuk makan NASI. Walaupun riset mengenai hal ini belum bisa benar-benar diterima oleh seluruh kalangan dokter ahli, namun demi mencegah resiko yang mungkin terjadi.

4. Beberapa tahun kebelakang harga dedak meningkat tajam dan peternak ayam mulai memberi makan ayamnya dengan NASI kering. Perlu dicurigai apakah ada kaitannya dengan peningkatan flu burung belakangan ini.

5. Data FAO menunjukkan tingkat konsumsi padi di Indonsia sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju, ini bisa jadi merupakan penyebab rendahnya kinerja penduduk Indonesia.

6. Banyaknya orang-orang Indonesia yang pintar dan hebat tinggal di luar negeri, karena mereka menghindari untuk makan NASI.

7. Pesakitan di penjara tidak ada yang langsung berubah tabiatnya begitu masuk sel, karena kurang dari 24 jam langsung diberi makan NASI oleh petugas.

8. Penelitian terhadap 2 kelompok,kuli-kuli dan bos-bos, menunjukkan bahwa kelompok kuli lebih banyak menghabiskan NASI daripada kelompok bos. Ini mengindikasikan NASI menyebabkan menurunnya tingkat kemampuan ekonomi seseorang.

9. NASI menyebabkan seseorang menjadi banyak maunya. Setelah makan NASI biasa terjadi rasa haus, dan biasanya jika makan NASI harus ditemani dengan lauk dan pauk, lalu disempurnakan dengan susu dan ditutup dengan pencuci mulut seperti buah atau pudding.

10. NASI membuat kinerja seseorang menjadi menurun, karena menyebabkan kantuk. Setelah mengkonsumsi sesuatu yang menyebabkan kantuk dokter biasanya melarang untuk mengendarai kendaraan bermotor, belajar apalagi bekerja.

11. Dalam kondisi-kondisi ekstrem NASI bisa menyebabkan kematian. Misalnya makan NASI tidak berhenti selama 24 jam, atau makan NASI sambil nutup mata di tengah jalan tol, dan lain sebagainya.

12. Banyak zat berbahaya yang memiliki elektron terluar , miasalnya racun ARSENIK (4p3), batu batere TITANIUM (4s2), KRIPTON (4p6)( racun yang menyerang Superman ). Begitu pula dengan NASI, mengandung zat besi dengan electron terluar 4 (4s2).

Bagaimana? Anda masih yakin bahwa Anda aman sekarang?
Read More

Minggu, 26 Juni 2011

PARITAS DAYA BELI

Tulisan tentang Paritas Daya Beli(PPP) dibawah ini merupakan tulisan teknis yang berkaitan dengan pekerjaan saya. Saya berpikir, pemahaman tentang PPP bagi "orang neraca" sangat penting, mengingat analisis IPM saat ini sudah menjadi tanggung jawab Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS.

Hal ini berkaitan dengan pengalaman saya ketika menjadi 'bintangtamu' (ciee..) dalam lokakarya bersama LSM beberapa waktu yang lalu.

Ini dia...

Definisi Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan (Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2001;241).

Kemampuan daya beli digambarkan melalui pengeluaran per kapita riil.

Dasar penghitungan PPP yang digunakan UNDP adalah Produk Nasional Bruto (PNB). Karena PNB tidak dapat dibandingkan secara langsung maka dibentuk proyek yang berskala internasional ( International Comparison Project/ ICP) dengan tujuan “ menyesuaikan” angka PNB riil, sehingga dapat dibandingkan. Untuk maksud ini ditentukan sejumlah komoditi sebagai paket untuk dasar perbandingan secara internasional. Angka yang dihasilkan, untuk mencerminkan daya manfaat yang standar, kemudian “ disesuaikan” lagi dengan formula Atkinson. Penyesuaian ini dianggap perlu, karena kenaikan $ US 500 bagi negara yang sudah memiliki PNB US$ 5000 akan memiliki manfaat yang berbeda dengan kenaikan yang sama bagi negara yang baru mempunyai PNB US$ 1000.

Penyesuaian dengan Formula Atkinson pada dasarnya menggunakan prinsip diminishing marginal utility.

Prosedur penghitungan indikator konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan, dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
● Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul ( = A)
● Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai ( = B ), untuk mendapatkankonsumsi riil.
● Menghitung daya beli per unit (PPP/unit). Metode penghitungan sama dengan metode yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai PDB. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum paket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul.
● Membagi nilai B dengan PPP/unit ( = C )
● Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C.

Dalam menentukan paket komoditas yang akan dijadikan acuan penentuan PPP ini dilakukan sebuah survey yang bernama SURVEI PAKET KOMODITI KEBUTUHAN DASAR (SPKKD-1995).
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan kalori per kapita sebanyak 2100 per hari (Konsep ini sangat erat kaitannya dengan penentuan garis kemiskinan). Dari data tersebut diketahui distribusi setiap komoditas terhadap total pengeluaran per kapita.



NoKomoditasSatuanProporsi (%)*
[1][2][3][4]
1Beras LokalKg7.25
2Tepung TeriguKg0.1
3Ketela PohonKg0.22
4Ikan Tongkol/tuna/cakalangKg0.5
5Ikan TeriOns0.32
6Daging SapiKg0.78
7Daging Ayam KampungKg0.65
8Telur AyamButir1.48
9Susu Kental manis397 Grm0.48
10BayamKg0.3
11Kacang PanjangKg0.32
12Kacang tanahKg0.22
13TempeKg0.79
14JerukKg0.39
15PepayaKg0.18
16KelapaButir0.56
17Gula PasirOns1.61
18Kopi BubukOns0.6
19GaramOns0.15
20Merica/ladaOns0.13
21Mie Instant80 gram0.79
22Rokok kretek/filter10 Batang2.86
23ListrikKwh2.06
24Air MinumM30.46
25BensinLiter1.02
26Minyak TanahLiter1.74
27Sewa RumahUnit11.56
Jumlah -37.52


‘* Proporsi konsumsi setiap komoditas terhadap pengeluaran secara keseluruhan (baku), Dibakukan seluruh Indonesia
Nilai Maksimum Daya Beli/PPP= 793.400 a)dan minimum PPP sebagai komponen pembentuk IPM=360.000 b)

Ket: a) Perkiraan maksimum pada PJP II tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru

Determinan pengeluaran per kapita yang disesuaikan propinsi tahun 2009 dapat dilihat dari persamaan sbb:
PPP(09) = 617.615 + 0.306X1 -0.550X2 -0.712 X3 + ε

dimana
X1 = Persentase Desa yang Telah Menggunakan Listrik
X2 = Setengah Pengangguran <35 jam
X3 = Persentase Penduduk Miskin 2009
***
Demikian dan Terimakasih
Prokkk Prokkk Prokkk...



Read More