Tulisan tentang Paritas Daya Beli(PPP) dibawah ini merupakan tulisan teknis yang berkaitan dengan pekerjaan saya. Saya berpikir, pemahaman tentang PPP bagi "orang neraca" sangat penting, mengingat analisis IPM saat ini sudah menjadi tanggung jawab Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS.
Hal ini berkaitan dengan pengalaman saya ketika menjadi 'bintangtamu' (ciee..) dalam lokakarya bersama LSM beberapa waktu yang lalu.
Ini dia...
Definisi Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan (Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2001;241).
Kemampuan daya beli digambarkan melalui pengeluaran per kapita riil.
Dasar penghitungan PPP yang digunakan UNDP adalah Produk Nasional Bruto (PNB). Karena PNB tidak dapat dibandingkan secara langsung maka dibentuk proyek yang berskala internasional ( International Comparison Project/ ICP) dengan tujuan “ menyesuaikan” angka PNB riil, sehingga dapat dibandingkan. Untuk maksud ini ditentukan sejumlah komoditi sebagai paket untuk dasar perbandingan secara internasional. Angka yang dihasilkan, untuk mencerminkan daya manfaat yang standar, kemudian “ disesuaikan” lagi dengan formula Atkinson. Penyesuaian ini dianggap perlu, karena kenaikan $ US 500 bagi negara yang sudah memiliki PNB US$ 5000 akan memiliki manfaat yang berbeda dengan kenaikan yang sama bagi negara yang baru mempunyai PNB US$ 1000.
Penyesuaian dengan Formula Atkinson pada dasarnya menggunakan prinsip diminishing marginal utility.
Prosedur penghitungan indikator konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan, dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
● Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul ( = A)
● Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai ( = B ), untuk mendapatkankonsumsi riil.
● Menghitung daya beli per unit (PPP/unit). Metode penghitungan sama dengan metode yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai PDB. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum paket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul.
● Membagi nilai B dengan PPP/unit ( = C )
● Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C.
Dalam menentukan paket komoditas yang akan dijadikan acuan penentuan PPP ini dilakukan sebuah survey yang bernama SURVEI PAKET KOMODITI KEBUTUHAN DASAR (SPKKD-1995).
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan kalori per kapita sebanyak 2100 per hari (Konsep ini sangat erat kaitannya dengan penentuan garis kemiskinan). Dari data tersebut diketahui distribusi setiap komoditas terhadap total pengeluaran per kapita.
‘* Proporsi konsumsi setiap komoditas terhadap pengeluaran secara keseluruhan (baku), Dibakukan seluruh Indonesia
Nilai Maksimum Daya Beli/PPP= 793.400 a)dan minimum PPP sebagai komponen pembentuk IPM=360.000 b)
Ket: a) Perkiraan maksimum pada PJP II tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Determinan pengeluaran per kapita yang disesuaikan propinsi tahun 2009 dapat dilihat dari persamaan sbb:
PPP(09) = 617.615 + 0.306X1 -0.550X2 -0.712 X3 + ε
dimana
X1 = Persentase Desa yang Telah Menggunakan Listrik
X2 = Setengah Pengangguran <35 jam
X3 = Persentase Penduduk Miskin 2009
***
Demikian dan Terimakasih
Prokkk Prokkk Prokkk...
Hal ini berkaitan dengan pengalaman saya ketika menjadi 'bintangtamu' (ciee..) dalam lokakarya bersama LSM beberapa waktu yang lalu.
Ini dia...
Definisi Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan (Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2001;241).
Kemampuan daya beli digambarkan melalui pengeluaran per kapita riil.
Dasar penghitungan PPP yang digunakan UNDP adalah Produk Nasional Bruto (PNB). Karena PNB tidak dapat dibandingkan secara langsung maka dibentuk proyek yang berskala internasional ( International Comparison Project/ ICP) dengan tujuan “ menyesuaikan” angka PNB riil, sehingga dapat dibandingkan. Untuk maksud ini ditentukan sejumlah komoditi sebagai paket untuk dasar perbandingan secara internasional. Angka yang dihasilkan, untuk mencerminkan daya manfaat yang standar, kemudian “ disesuaikan” lagi dengan formula Atkinson. Penyesuaian ini dianggap perlu, karena kenaikan $ US 500 bagi negara yang sudah memiliki PNB US$ 5000 akan memiliki manfaat yang berbeda dengan kenaikan yang sama bagi negara yang baru mempunyai PNB US$ 1000.
Penyesuaian dengan Formula Atkinson pada dasarnya menggunakan prinsip diminishing marginal utility.
Prosedur penghitungan indikator konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan, dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
● Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul ( = A)
● Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota propinsi yang sesuai ( = B ), untuk mendapatkankonsumsi riil.
● Menghitung daya beli per unit (PPP/unit). Metode penghitungan sama dengan metode yang digunakan International Comparison Project (ICP) dalam menstandarkan nilai PDB. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum paket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang diperoleh dari Susenas Modul.
● Membagi nilai B dengan PPP/unit ( = C )
● Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C.
Dalam menentukan paket komoditas yang akan dijadikan acuan penentuan PPP ini dilakukan sebuah survey yang bernama SURVEI PAKET KOMODITI KEBUTUHAN DASAR (SPKKD-1995).
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan kalori per kapita sebanyak 2100 per hari (Konsep ini sangat erat kaitannya dengan penentuan garis kemiskinan). Dari data tersebut diketahui distribusi setiap komoditas terhadap total pengeluaran per kapita.
No | Komoditas | Satuan | Proporsi (%)* |
---|---|---|---|
[1] | [2] | [3] | [4] |
1 | Beras Lokal | Kg | 7.25 |
2 | Tepung Terigu | Kg | 0.1 |
3 | Ketela Pohon | Kg | 0.22 |
4 | Ikan Tongkol/tuna/cakalang | Kg | 0.5 |
5 | Ikan Teri | Ons | 0.32 |
6 | Daging Sapi | Kg | 0.78 |
7 | Daging Ayam Kampung | Kg | 0.65 |
8 | Telur Ayam | Butir | 1.48 |
9 | Susu Kental manis | 397 Grm | 0.48 |
10 | Bayam | Kg | 0.3 |
11 | Kacang Panjang | Kg | 0.32 |
12 | Kacang tanah | Kg | 0.22 |
13 | Tempe | Kg | 0.79 |
14 | Jeruk | Kg | 0.39 |
15 | Pepaya | Kg | 0.18 |
16 | Kelapa | Butir | 0.56 |
17 | Gula Pasir | Ons | 1.61 |
18 | Kopi Bubuk | Ons | 0.6 |
19 | Garam | Ons | 0.15 |
20 | Merica/lada | Ons | 0.13 |
21 | Mie Instant | 80 gram | 0.79 |
22 | Rokok kretek/filter | 10 Batang | 2.86 |
23 | Listrik | Kwh | 2.06 |
24 | Air Minum | M3 | 0.46 |
25 | Bensin | Liter | 1.02 |
26 | Minyak Tanah | Liter | 1.74 |
27 | Sewa Rumah | Unit | 11.56 |
Jumlah | - | 37.52 |
‘* Proporsi konsumsi setiap komoditas terhadap pengeluaran secara keseluruhan (baku), Dibakukan seluruh Indonesia
Nilai Maksimum Daya Beli/PPP= 793.400 a)dan minimum PPP sebagai komponen pembentuk IPM=360.000 b)
Ket: a) Perkiraan maksimum pada PJP II tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Determinan pengeluaran per kapita yang disesuaikan propinsi tahun 2009 dapat dilihat dari persamaan sbb:
PPP(09) = 617.615 + 0.306X1 -0.550X2 -0.712 X3 + ε
dimana
X1 = Persentase Desa yang Telah Menggunakan Listrik
X2 = Setengah Pengangguran <35 jam
X3 = Persentase Penduduk Miskin 2009
***
Demikian dan Terimakasih
Prokkk Prokkk Prokkk...
Mbak Marisa, saya tertarik dg postingan mbak ini, saya berencana menggunakan teori PPP ini sbg judul skripsi saya. saya ingin menguji keberlakuan teori PPP ini di beberapa negara di asia. Menurut Mbak Marisa, saya sebaiknya menggunakan variabel apa saja? apakah hanya kurs nilai tukar dan tingkat inflasi?
ReplyDeleteMbak Chita, karena filosofi dari PPP itu adalah kesetaraan dan keterbandingan, maka dalam menentukan variabel harus mengikuti ketentuan yang sangat ketat, dimana pihak yang berwenang untuk menentukan variabel adalah BPS. Jadi, saya tidak bisa menjawab lebih detil. Tapi kalau saya boleh menyarankan, Mbak Chita datangi saja kantor Badan Pusat Statistik (BPS) di kota Mbak, dan bisa langsung berdiskusi. Bila Mbak tinggal di Jabodetabek, Mbak bisa datang langsung ke BPS RI di depan Pasar Baru. Insya Allah disana ada ahlinya yang bisa membantu. Semoga sukses!
ReplyDelete