Skip to main content

"Lomba Lari"

Poster dengan gambar anak laki-laki yang sedang mengacungkan piala membuat mata seorang gadis kecil berbinar-binar. "Aku mau ikut lomba itu" Ia berteriak pada Ibunya sesampainya di rumah. “Bu, hadiahnya hebat. Ada piala yang diikat dengan pita merah-putih, dan yang paling penting ada hadiah sepatunya, persis seperti yang di iklan TV.”

Ibu mengangguk lemah. Hatinya bagai di sayat sembilu. Setelah kepergian suaminya keadaan ekonomi keluarga mereka benar-benar buruk. Hasilnya berdagang kue hanya cukup buat makan. Bukan sekali dua kali putri kecilnya itu minta dibelikan sepatu baru. Namun apalah daya, tangan tak sampai.

Tanpa memperhatikan kepiluan hati ibunya, gadis kecil itu pergi tidur sambil membayangkan sepasang sepatu yang akan dia dapatkan.

"Aku akan pakai sepatu baru! Aku akan jadi pemenang, dan semua orang tidak akan berani menghinaku lagi karena sepatuku yang butut. Lalu banyak anak anak cowok yang akan mengerubutiku bak seorang atlet terkenal. Lalu aku akan menyimpan piala di ruang tamu. Semua orang yang melihatnya pasti akan terkaggum-kagum dengan pialaku". Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Sesekali ia tersenyum membayangkan semua itu hingga akhirnya ia tertidur.
......

Hari yang ditentukan tiba. Sepanjang malam ia sulit memejamkan matanya. Ia terlalu bersemangat untuk menghadapi hari besar tersebut. Hari itu ia bangun lebih pagi, ia mandi dengan terburu-buru. Kemudian dia ia memastikan sepatu putih tuanya terikat dengan kuat. Sepatu terakhir yang diberikan Ayahnya sebelum beliau meninggal.

"Ayah, sepatu ini akan mendampingiku untuk mendapatkan sepatu baru. Ayah doakan aku berhasil..”

Gadis kecil itu tiba di arena pagi-pagi sekali. Suasana masih lengang. Si gadis kecil memanfaatkan waktu itu untuk pemanasan. Bendera kecil yang sudah dipasang dari kemarin melambai-lambai di tiup angin. Tali warna-warni yang membentang membuat suasana semakin tampak menegangkan. Si gadis menunggu dengan tak sabar, hingga tak lama riuh orang memenuhi tempat itu.

Pedagang-pedagang makanan mulai berdatangan dan menjajakan barangnya. Suasana semakin hiruk pikuk. Dan suara panitia mulai terdengar memanggil orang-orang agar berkumpul.
-----
Peserta lomba sudah berkumpul digaris START. Tatapan mata mereka menyorotkan keyakinan yang kuat. Beberapa anak sudah mengeluarkan keringat. Bahkan leher kaos mereka sudah basah kuyup. Hari itu langit cerah sekali, matahari memancarkan sinarnya yang membara, panas membakar semangat para peserta. Tidak terkecuali si gadis kecil itu, walaupun Ibunya tidak mendampingi seperti para peserta lainnya. namun si gadis kecil terus membisikkan semangat dalam dadanya."Kamu harus menang!" kata si gadis kecil dengan suara pelan tapi mantap. Ia memeriksa tali sepatunya sekali lagi.

Tepat jam 8. Pak Lurah mengangkat bendera kuning tanda lomba dimulai.
"Satu, Dua, Tiga..GO!!!"
Si gadis kecil melesat tajam ke depan dengan diikuti oleh 19 gadis lainnya.

Semua orang berteriak, melambai, beberapa diantaranya bahkan melompat. Pedagang-pedagang meninggalkan barang dagangannya demi bisa melihat lebih dekat. Ibu-ibu mulai merangsek masuk ke lintasan. Anak-anak kecil lainnya ikutan masuk ke arena mengejar para pelari yang kian menjauh. Tidak peduli dengan teriakan panitia agar tidak masuk ke arena.

Si gadis kecil terus melesat ke depan. Keringatnya semakin deras. Wajahnya makin merah. 20 pelari berebutan mengambil posisi paling depan. Tak terkecuali si gadis. Satu lawannya berhasil dia lewati, terus satu lagi, terus satu lagi. Tinggal satu pelari di depannya yang bertaut 2 meter.
"Aku pasti menang" kata si gadis kecil dalam hati.Dalam kepalanya terbayang piala berkilauan, sepatu baru dan pelukan bangga sang ibunda. Tenaganya sudah banyak terkuras, dia semakin lelah. Namun dengan terus memakai sisa-sisa tenaga si gadis mengayunkan kaki dan tangannya dengan lebih cepat. Jantungnya berdetak semakin cepat, nafasnya semakin tersengal. "Pufff, dimana kau garis finish?" keluhnya.

"Semangat!, jangan menyerah. kau akan berdiri dipodium bertuliskan angka 1. Lalu Pak Lurah menyerahkan piala, lalu kau mengacungkannya dengan bangga. Semua orang bersorak," bisik hatinya penuh tekad. Si gadis semakin mengayunkan kakinya dengan cepat.

Gadis kecil itu terus berlari dengan semangat. Bayangan sepatu itu terus berkelabat di kepalanya. Semakin dekat garis FINISH, semakin jelas pula bayangan sepatu itu dalam angannya.

Lalu tiba-tiba...

"Nak, sudahlah. Ini ada sepatu untukmu!"

Sebuah teriakan dari arah baris penonton membuyarkan lamunan gadis kecil ini. Ia mencoba untuk mengabaikannya.

Tapi suara itu kembali lagi...
"Nak, Ibu sudah membelikan sepatu seperti yang ada di TV. Warna pink seperti yang kamu mau."

Gadis kecil mulai goyah, itu suara ibu, lalu ia mencari-cari arah suara itu ke kiri dan kanan.
Konsentrasinya mulai terganggu, larinya mulai melambat.

"Disini nak!" Ibu menyorongkan sepasang sepatu pink sambil berteriak.

"Wah, aku bahkan tidak perlu lari lagi demi untuk mendapatkan Sepatu " kata gadis kecil dalam hati.

TIba-tiba 10 meter menjelang garis Finish.
Gadis kecil berbelok demi melihat sepatu yang jauh lebih bagus dari yang diperlombakan itu.
Warnanya Pink, cantik sekali.

Sambil mengambil sepatu itu dari tangan ibunya. lalu dia memeluk erat ibunya dengan perasaan tak menentu.
"Kini kau telah mendapatkan keinginanmu, sekarangkita pulang Nak". Ibu menggandeng putrinya yang masih terengah-engah.

Gadis kecil, senang, tapi sedih, tapi haru tapi bahagia. Argrhhhhh...perasaan yangkacau. Ingin mengucap terimakasih pada ibunya, tapi sekaligus ingin marah. KenapaBu? Kenapa ibu harus memberikanku sepatu disaat aku hampir mendapatkan garis finish?

Tapi gadis kecil tak sampai hati mengucapkan kata-kata itu dari dalam hatinya. Ia tahu itu karena ibunya sayang sekali padanya. Cuma dia masih belum bisa mengerti. Ia hanya berharap jatuh tertidur dan menganggap semua yangterjadi inihanyalah sebuah mimpi.
***

Ibu memandangi wajah putrinya yang lelap tertidur.
"Maaf Nak. Maaf karen aibu tak membiarkanmu berdiri dipodium bertuliskan angka 1.
Tak membiarkanmu menerima piala dengan penuh bangga,
Tak membiarkanmu memakai sepatu baru dari hasil keringatmu sendiri
Tak membiarkanmu menikmati sorak sorai teman-teman.
Itu karen aibu tak ingin kehilanganmu seperti ibu kehilangan ayahmu."

Hari itu akhirnya berakhir.Lomba lari tingkat desa itu di menangkan oleh seorang gadis yang tidak diperhitungkan oleh siapapun. Dia bahkan tidak populer sebelum akhirnya ia menang.Tapi ia berlari dengan komitmen yang lebih kuat dari apapun.

------------------------------------

Kawan,
Banyak dari kita yang hampir di setiap waktu menetapkan target dan kemudian berjalan ke arahnya dengan penuh semangat.
Yakin tidak ada rintangan yang mampu menghalangi kebulatan takad kita.

Tapi tidak kurang dari kita, berbelok, karena sesuatu. Kita menjadi tidak yakin dengan tujuan kita, kita menjadi terlalu banyak memperhitungkan resiko-resiko. Akhirnya kita memilih untuk berhenti, karen akita takut pada resiko yang terburuk. Setelah itu kita menyimpulkan bahwa tempat bagi "IMPIAN" itu adalah tetap di "DUNIA IMPIAN".

Bila kita kembali ke cerita Gadis Kecil dan Lomba Lari.

Gadis Kecil mungkin mendapatkan apa yang diinginkannya. Mungkin lebih.
Tapi ingatlah, si Gadis Kecil tidak pernah Menang!


Comments

Popular posts from this blog

SIR RONALD AYLMER FISHER (1890-1962)- "Pengembang Distribusi F"

Fisher   adalah pakar statistika, pertanian eksperimental, dan genetika kuantitatif asal Inggris. Richard Dawkins, tokoh pendukung neo-Darwinisme dan atheisme, menyebutnya sebagai “Pengganti Darwin terbesar”, dan ahli sejarah statistika Anders Hald menyebut “Fisher adalah seorang jenius yang dengan sendirian menciptakan dasar-dasar ilmu statistika modern”. Nama : Sir   Ronald Aylmer Fisher   TTL : Inggris, 17 Februari 1890 Peran dalam Statistika : pemberi landasan bagi banyak aspek dalam statistika modern, khususnya di bidang statistika inferensi, yang mempelajari teori estimasi dan uji hipotesis. Ia juga dikenal sebagai orang yang mampu menyatukan dua kutub perdebatan di awal perkembangan genetika modern: antara kutub genetika kuantitatif dan genetika kualitatif (genetika Mendel) Sumbangan Fisher Prinsip Disain Eksperimen maksimum likelihood sufficiency ,   ancilarity Diskriminator Lin

TABEL INPUT-OUTPUT: Penyajian Tabel

#6 Penyajian Tabel Input-Output Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu tabel I-O sebenarnya terdiri dari 4 (empat) kuadran, yaitu kuadran I merupakan kuadran input antara ( intermediate inputs ) atau kuadran konsumsi antara ( intermediate consumptions ), kuadran 2 merupakan kuadran permintaan akhir ( final demands ) atau konsumsi akhir ( final consumptions ), kuadran 3 merupak kuadran nilai tambah ( value added ) atau kudaran input primer ( primary inputs ), dan kuadran 4 merupakan kuadran keterkaitan nilai tambah dengan permintaan akhir ( interrelated between value added and final demands ).   Tetapi buku ini hanya mengenalkan suatu tabel I-O dengan menggunakan 3 (tiga) kuadran saja, yaitu kuadran 1, 2, dan 3, mengikuti tabel I-O yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Paling tidak, suatu tabel I-O dapat disusun dengan menggunakan kombinasi dari 4 (empat) bentuk susunan berikut, yaitu: Tabel I-O model impor bersaing ( competitive import Input-Output mod

Proyeksi Perubahan Piramida Penduduk Indonesia 2010-2035

Peristiwa lahir, mati dan pindah merupakan peristiwa alamiah yang bisa terjadi di suatu wilayah. Hal tersebutlah yang mengakibatkan adanya dinamika penduduk di wilayah tersebut. Karena merupakan peristiwa alamiah, maka dinamika penduduk bisa berlangsung walaupun tanpa intervensi. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa tanpa adanya intervensi maka tingkat kelahiran dan kematian bisa sangat tinggi. Padahal salah satu indikator perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah: rendahnya tingkat kematian dan rendahnya angka ketergantungan. Transisi demografi di Indonesia, berlangsung secara perlahan namun terus menerus. Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) menunjukkan adanya transisi demografi yang  mengubah struktur umur penduduk Indonesia. sejak tahun 1971. Keberhasilan berbagai program dalam mengintervensi dinamika penduduk telah mampu menggeser anak-anak dan remaja, berusia dibawah 15 tahun, yang biasanya besar dan berat di bagian bawah dari piramida penduduk Indonesia, ke bagian