Sejarah Jalur Kereta Api Bandung-Ciwidey
Keinginan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung untuk mereaktivasi jalur kereta api Bandung–Ciwidey sungguh menarik. Jalur kereta api ini sudah non-aktif sejak tahun 1982, dianggap tidak menguntungkan lagi karena kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Menariknya, walau dinon-aktifkan, konon Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka atau DJKA) sudah membuat masterplan reaktivasi, namun belum terlaksana hingga. Beberapa titik pernah aktif, seperti jalur menuju Kavaleri, dan jalur menuju Depot Pertamina. Sebagian rel digunakan hingga pertengahan 2000-an untuk mengangkut tank dari Pindad ke Kavaleri dan sebaliknya.
Semula, jalur ini dibangun untuk mengangkut hasil bumi dari Bandung selatan ke Stasiun Bandungatau ke Batavia. Hal ini disebabkan yang memerlukan alat pengangkut produk-produk perkebunan dari wilayah Bandung Selatan agar murah dan cepat. Biaya pengiriman hasil dari Bandung Selatan ke wilayah lainnya dengan menggunakan pedati perlu mengeluarkan biaya sebesar 15 hingga 18 sen tiap ton. Selain mahal, pedati pun memiliki kelemahan menghadapai jarak tempuh yang jauh dan jalanan yang sukar dilalui.
Oleh karena itu, kemudian dibangunlah jalur kereta api Bandung-Ciwidey yang menelan biaya sekitar ƒ1.776.000,00. jalur ini dibuat oleh perusahaan Belanda, Staatsspoorwegen (SS), yang terdiri atas segmen Cikudapateuh-Kopo (Soreang), dilanjut ke Ciwidey, dan dibuatkan pula jalur cabang dari Dayeuhkolot menuju Majalaya. Dalam verslag yang dibuat oleh Staatsspoorwegen, jalurnya sendiri dibuka untuk Bandung–Kopo (Soreang) dibuka pada tanggal 13 Februari 1921, dan Soreang–Ciwidey pada tanggal 17 Juni 1924
Pada perjalanannya, Staatsspoorwegen diserah- terimakan menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indone- sia (DKARI) hingga saat ini menjadi PT Kereta Api Indonesia (KAI).
[Ich-2024]
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha