Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2017

Regional Labour Market Dynamics The Gender Employment Gap

These are propositions of INGE NOBACK thesis Regional Labour Market Dynamics The Gender Employment Gap Although the gender employment gap is becoming smaller over time, the gender hours gap is actually widening. Specifically in The Netherlands, an increase in working hours is a more obvious solution for the decline in labour supply due to the aging than an increase in the retirement age. High quality and affordable child care is assumed to stimulate an increase in the working hours for women, but personal preferences and societal expectation may prevent this outcome from happening. Aging might pose a bigger threat to our current welfare levels than anticipated if women also take a significant share in the care for dependent elderly people. Part-time jobs have contributed greatly to the high level of female labour participation in the Netherlands but also present a serious hurdle in the career opportunities of women. In a traditional corporate cul

DAYA BELI TERPURUK, TETAPI JALAN SEMAKIN MACET

10 Agustus 2017 Oleh:  Rhenald Kasali Dalam CEO Forum Metro TV hari Kamis lalu (27/7/2017), saya sengaja mengundang Perry Tristianto sebagai narasumber bersama para pengusaha properti. Kami membutuhkan Perry untuk menguji kebenaran tentang lesunya pasar belakangan ini. Seperti pengusaha ritel dan properti lainnya, ternyata Perry mengkonfirmasi lesunya pasar. “Sulit,” ujarnya. “Tahun lalu saja sudah susah, tahun ini lebih susah lagi. Dan tahun depan saya yakin akan semakin susah …". Tapi ujungnya Perry mengatakan,  "semakin susah bagi kita tak mau berubah!” Perry yang dikenal sebagai salah satu raja FO (Factory Outlet), tahu persis pendapatan dari penjualannya di beragam FO di Bandung semakin hari semakin turun. Tetapi, bedanya dengan pengusaha lainnya, ia tak mau menuding masalahnya ada di daya beli.  “Sudahlah,” ujarnya lagi di Rumah Perubahan. “Masalahnya bukan di daya beli, tetapi gaya hidup masyarakat yang terus berubah. Cepat sekali,” tambahnya. Lawan-la

PENGADILAN UNTUK SANG AHLI STATISTIK

Oleh:  Bustanul Arifin Artikel ini bagus sekali. Menceritakan nasib Andreas Georgiou, ahli statistik yang sudah melalang buana 30 tahun, namun pada 2000 memutuskan pulang ke Yunani, tanah tumpah darahnya yang ekonominya sedang morat marit. Karena dari lulusan kampus ternama dan bekerja dua dasawarsa jadi pimpinan IMF, pemerintah Yunani langsung menawarinya jadi kepala badan statistik Yunani (Elstat). Selama 8 tahun mengepalai Elstat, ekonomi Yunani tidak kunjung membaik, malah semakin runyam. Jari  untuk saling menyalahkan sudah menunjuk kemana-mana. Rakyat, pemerintah yg naik turun, negara kreditor, IMF, dan kanselir Jerman Angela Merkel, gantian menjadi kambing hitam. Karena semua membela diri dengan sengit dan saling ancam, tiba-tiba semua pihak melakukan shoot the messenger (menghabisi pembawa pesan). Semua telunjuk menunjuk sang pembawa pesan yakni Andreas Georgiou. Tiba-tiba kejaksaan agung mengeluarkan tuntutan penjara seumur hidup ke Georgiou atas tuduhan k

MENGGUGAT AKURASI DATA SEKTORAL

Kompas, 10 Aug 2017 Oleh MAYLING OEY-GARDINER  Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia dan anggota Komisi Ilmu Sosial, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Impiankah untuk berharap bahwa karut marut data beras belakangan ini bisa menjadi dorongan bagi semua kementerian untuk memperbaiki akurasi data sektoral yang menjadi tanggung jawabnya, hingga mampu menghasilkan statistik yang mencerminkan fakta keadaan sebenarnya? Jika bukan impian, itulah yang diharapkan peneliti-ilmuwan agar dapat melaporkan fakta atau kebenaran yang ada dalam dunia empiris. Bagaimana tidak. Peneliti tentu saja mengharapkan pengambilan keputusan oleh pejabat secara berkelanjutan bisa terus memperbaiki kehidupan rakyat bermasyarakat. Hal ini hanya bisa diwujudkan jika pengambilan keputusan terkait kebijakan tersebut didasarkan pada fakta kebenaran yang ditunjukkan oleh data statistik yang dikumpulkan secara akurat, ilmiah, dan bertanggung jawab.  Kelemahan akurasi data se

ANOMALI DATA MAKRO DAN MIKRO

9 Agustus 2017 Oleh:   Ari Kuncoro, Dekan dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Beberapa minggu terakhir ini media massa, media sosial, dan kelompok Whatsapp diramaikan oleh perdebatan terjadinya perbedaan (discrepancy) antara data makroekonomi Indonesia, yaitu pertumbuhan produk domestik bruto, dan data/survei mikro di pasar retail. Beberapa foto yang menunjukkan betapa sepinya beberapa pusat perbelanjaan yang terkenal turut menghiasi diskursus masyarakat tersebut. Pertanyaan mendasar adalah mengapa walaupun pertumbuhan ekonomi pada 2017 triwulan III cukup baik, yaitu sebesar 5,01 persen, tetapi pada saat yang sama beberapa sumber menunjukkan terjadi pelemahan di pasar retail, seperti penurunan konsumsi semen nasional sebesar 1,2 persen year on year ( yoy ) pada semester I-2017, penurunan penjualan pakaian sebesar 15 persen pada saat Lebaran, dan tingkat kekosongan perkantoran di area pusat perkotaan (CBD) sebesar 18,4 persen. Yang menarik