Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2011

Tahu Diri

Ada orang yang tahu diri dan ada orang yang tidak tahu diri . Ada baiknya menjadi orang yang tahu diri. Setidaknya itu memudahkan orang lain, sehingga tidak perlu repot mengingatkan mereka. Tapi kadang terlalu tahu diri hanya akan mempertebal tembok antara dia dan dunia luar sehingga dia hanya tahu dirinya sendiri, sampai akhirnya dia benar-benar lupa diri. Ada baiknya menjadi orang yang tidak tahu diri. Dia akan mendapati orang-orang disekitarnya memberikannya peringatan-peringatan. Asal dia punya ilmu untuk menyerapnya, maka dia akan pintar bela diri.

KISAH IBU BERMATA SATU

Alkisah, tersebutlah seorang ibu miskin bermata satu yang tinggal bersama putra tunggalnya di sebuah gubuk sederhana. Untuk menghidupi dan menyekolahkan anaknya, sang ibu menjual makanan dana menerima pesanan. Suatu hari sekolah tempat anaknya belajar memesan makanan untuk guru-guru. Ketika mengantar makanan ke sekolah, sang ibu menyempatkan diri untuk melihat anaknya. Dengan penuh sukacita, ibu menyapa anaknya yang sedang bermain dengan teman-temannya. Segera ibu tersebut menjadi pusat perhatian anak-anak. Bahkan sebagian ada yang mengejek dan menertawakannya. Anak tersebut menjadi sangat malu, ia lalu mengacuhkan dan lari meninggalkan ibunya. Sepulang sekolah, anak itu langsung menemui ibunya dan bertanya, “ Mengapa ibu ke sekolah dan mengapa ibu memepermalukanku?” Ibu tidak bisa menjawab, ia hanya meneteskan airmatanya dan terdiam. Namun putranya tidak merasa iba karena marah. “Kalau ibu hanya bisa membuatku malu, kenapa ibu tidak lenyap saja dari muka bumi ini?” Kata-kata

PELAJARAN DARI BIJI KOPI

Akhir-akhir ini ibu m emperhatikan tingkah laku putri remajanya yang sedikit lain dari biasa. Kegelisahan sangat jelas dari bahasa tubuhnya. Ibu mencoba untuk memperlakukan sang putri sebagai orang yang dewasa. Ia tidak berusaha untuk menanyakan apa yang mengganjal perasaan putrinya tersebut. Ia percaya sang putri bisa mencari jalan keluarnya sendiri. Tidak tahan dengan perlakuan sang Ibu, putrinya itu pun langsung menumpahkan semua keluh kesahnya. Tanpa memotong Ibu hanya mendengarkan dan mendengarkan. “Kok, Ibu diam saja sih? Aku kan sudah menceritakan semuanya. Jadi menurutmu Aku harus bagaimana?” tanya putrinya penuh ketidak puasan. Ibu tersenyum. Tanpa banyak bicara Ia bangkit dari kursinya dan menarik tangan putrinya ke dapur. Ibu mengambil tiga panci dan mengisinya dengan air. Dibiarkannya air itu mendidih dan memasukan wortel, telur dan biji kopi masing-masing pada satu panci. Setelah semua matang, diletakkan ketiga benda matang tadi ke atas piring. Ia menyuruh pu

Cerita Sedih dari Jengis Khan

Suatu hari yang cerah disekitar abad ke-13, hari itu adalah hari berburu sanag raja yang terkenal dengankeberaniannya itu. Diikuti para sahabat dan prajuritnya yang setia raja menunggang kuda dengan riang gembira. Dipergelangan tanggan raja bertenggerlah seekor rajawali kesayangannya. Elang itu sudah terlatih untuk mengintai mangsa dengan mata yang tajam. Bila dia melihat mangsa maka ia akan menukik tajam dan menyerangnya seperti anak panah. Tidak seperti biasanya tidak nampak tanda-tanda mangsa yang bisa diburu. Cuaca hari itu memang sangat terik. Setelah hampir seharian mencari, akhirnya rombongan memutuskan untuk pulang. NAmun Khan memisahkan diri dari rombongan. Khan mempunyai kebiasaan untuk memilih jalan yang berputar. Kebiasaan inilah yang membuatnya hafal tiap jengkal hutan. Setelah seharian berburu, ternyata persediaan air minumpun habis, tak disadari saat melihat genangan air, Khan teringat akan rasa hausnya. Dengan perlahan-lahan ia mendatangi air tersebut, ternyata airnya t

"Lomba Lari"

Poster dengan gambar anak laki-laki yang sedang mengacungkan piala membuat mata seorang gadis kecil berbinar-binar. "Aku mau ikut lomba itu" Ia berteriak pada Ibunya sesampainya di rumah. “Bu, hadiahnya hebat. Ada piala yang diikat dengan pita merah-putih, dan yang paling penting ada hadiah sepatunya, persis seperti yang di iklan TV.” Ibu mengangguk lemah. Hatinya bagai di sayat sembilu. Setelah kepergian suaminya keadaan ekonomi keluarga mereka benar-benar buruk. Hasilnya berdagang kue hanya cukup buat makan. Bukan sekali dua kali putri kecilnya itu minta dibelikan sepatu baru. Namun apalah daya, tangan tak sampai. Tanpa memperhatikan kepiluan hati ibunya, gadis kecil itu pergi tidur sambil membayangkan sepasang sepatu yang akan dia dapatkan. "Aku akan pakai sepatu baru! Aku akan jadi pemenang, dan semua orang tidak akan berani menghinaku lagi karena sepatuku yang butut. Lalu banyak anak anak cowok yang akan mengerubutiku bak seorang atlet terkenal. Lalu aku akan meny