Pengalaman
Umum Kemajuan Koperasi :
Mencari Determinan
Sejarah kelahiran
koperasi di dunia yang melahirkan model-model keberhasilan umumnya berangkat
dari tiga kutub besar, yaitu konsumen seperti di Inggris, kredit seperti yang
terjadi di Perancis dan Belanda kemudian produsen yang berkembang pesat di
daratan Amerika maupun di Eropa juga cukup maju. Namun ketika koperasi-koperasi
tersebut akhirnya mencapai kemajuan dapat dijelaskan bahwa pendapatan anggota
yang digambarkan oleh masyarakat pada umumnya telah melewati garis kemiskinan.
Contoh pada saat Revolusi Industri pendapatan/anggota di Inggris sudah berada
pada sekitar US$ 500,- atau di Denmark pada saat revolusi pendidikan dimulai
pendapatan per kapita di Denmark berada pada kisaran US$ 350,-. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya dukungan belanja rumah tangga baik sebagai
produsen maupun sebagai konsumen mampu menunjang kelayakan bisnis perusahaan
koperasi. Pada akhirnya penjumlahan keseluruhan transaksi para anggota harus
menghasilkan suatu volume penjualan yang mampu mendapatkan penerimaan koperasi
yang layak dimana hal ini ditentukan oleh rata-rata tingkat pendapatan atau
skala kegiatan ekonomi anggota.
Syarat 1
: "Skala usaha koperasi harus layak secara ekonomi"
Didaratan Eropa
koperasi tumbuh melalui koperasi kredit dan koperasi konsumen yang kuat hingga
disegani oleh berbagai kekuatan. Bahkan 2 (dua) bank terbesar di Eropa milik
koperasi yakni "Credit Agricole" di Perancis, RABO-Bank di
Netherlands Nurinchukin bank di Jepang dan lain-lain. Disamping itu hampir di
setiap negara menunjukkan adanya koperasi kredit yang kuat seperti Credit Union
di Amerika Utara dan lain-lain. Kredit sebagai kebutuhan universal bagi umat
manusia terlepas dari kedudukannya sebagai produsen maupun konsumen dan
penerima penghasilan tetap atau bukan adalah "potensial
customer-member" dari koperasi kredit.
Syarat 2 : "Harus
memiliki cakupan kegiatan yang menjangkau kebutuhan masyarakat luas, kredit
(simpan-pinjam) dapat menjadi platform dasar menumbuhkan koperasi".
Di manapun baik di
negara berkembang maupun di negara maju kita selalu disuguhkan contoh koperasi
yang berhasil, namun ada kesamaan universal yaitu koperasi peternak sapi perah
dan koperasi produsen susu, selalu menjadi contoh sukses dimana-mana. Secara
spesial terdapat contoh yang lain seperti produsen gandum di daratan
Australia, produsen kedele di Amerika Utara dan Selatan hingga petani tebu di
India yang menyamai kartel produsen. Keberhasilan universal koperasi produsen
susu, baik besar maupun kecil, di negara maju dan berkembang nampaknya terletak
pada keserasian struktur pasar dengan kehadiran koperasi, dengan demikian
koperasi terbukti merupakan kerjasama pasar yang tangguh untuk menghadapi
ketidakadilan pasar. Corak ketergantungan yang tinggi kegiatan produksi yang
teratur dan kontinyu menjadikan hubungan antara anggota dan koperasi sangat
kukuh.
Syarat 3 : "Posisi koperasi produsen yang
menghadapi dilema bilateral monopoli menjadi akar memperkuat posisi
tawar koperasi".
Di negara berkembang,
termasuk Indonesia, transparansi struktural tidak berjalan seperti yang dialami
oleh negara industri di Barat, upah buruh di pedesaan secara rill telah naik
ketika pengangguran meluas sehingga terjadi Lompatan ke sektor jasa terutama
sektor usaha mikro dan informal (Oshima, 1982). Oleh karena itu kita memiliki
kelompok penyedia jasa terutama disektor perdagangan seperti warung dan
pedagang pasar yang jumlahnya mencapai lebih dari 6 juta unit dan setiap hari
memerlukan barang dagangan. Potensi sektor ini cukup besar, tetapi belum ada
referensi dari pengalaman dunia. Koperasi yang berhasil di bidang ritel di
dunia adalah sistem pengadaan dan distribusi barang terutama di negara-negara
berkembang “user” atau anggotanya adalah para pedagang kecil sehingga model ini
harus dikembangkan sendiri oleh negara berkembang.
Koperasi selain
sebagai organisasi ekonomi juga merupakan organisasi pendidikan dan pada
awalnya koperasi maju ditopang oleh tingkat pendidikan anggota yang memudahkan
lahirnya kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam sistem demokrasi dan
tumbuhnya kontrol sosial yang menjadi syarat berlangsungnya pengawasan oleh
anggota koperasi. Oleh karena itu kemajuan koperasi juga didasari oleh tingkat
perkembangan pendidikan dari masyarakat dimana diperlukan koperasi. Pada saat
ini masalah pendidikan bukan lagi hambatan karena rata-rata pendidikan penduduk
dimana telah meningkat. Bahkan teknologi informasi telah turut mendidik
masyarakat, meskipun juga ada dampak negatifnya.
Syarat 4 : “Pendidikan
dan peningkatan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan kekuatan koperasi
(pengembangan SDM)”.
Sumber:
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas komentar Anda.
Salam hangat,
Icha